Share

Bab 95. Tangisan Frustrasi

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-21 09:47:30

Biasanya, Marieana akan terlelap setelah ia bercinta dengan Maxim karena merasakan tubuhnya yang begitu lelah. Tetapi tidak dengan malam ini, Marieana tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan.

Gadis itu menoleh pada Maxim yang terlelap di sampingnya, memeluknya hangat dan erat. Perlahan, Marieana melepaskan lengan Maxim yang melilit perut rampingnya. Marieana menyibakkan selimut dan beranjak dari atas ranjang.

"Dinginnya..." Gadis itu berucap tanpa suara.

Ia meraih sebuah jubah mandi di tepi ranjang. Marieana berjalan dengan kaki gemetar mendekati sebuah meja kecil di depan sana.

Gadis itu membuka tasnya, ia meraih botol kecil berisi obat. Sebelum meminum obat itu, Marieana menoleh ke belakang, ke arah Maxim yang sedang tertidur pulas.

Dengan kedua mata berkaca-kaca, Marieana menyadari keputusasaan yang besar pada dirinya.

"Sampai kapanpun, aku tidak sudi hamil anak dari pria pembunuh sepertimu," ucap lirih Marieana.

Gadis itu segera meminum obat di tangannya dan kemba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
puji lestari
Kak Thor apa ini g ada rencana crazy up... hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 174. Apa yang Kau Sembunyikan Dariku?

    "Sayang, besok petang aku akan pergi ke Barchen dan pulang malam. Kau jangan menungguku dengan resah." Maxim mengatakan hal itu pada Margaret yang kini duduk di hadapannya di ruang makan. Margaret yang semula menikmati makan malamnya, sontak gadis itu berhenti mengunyah, ia menatap Maxim dengan tatapan lekat. "Bukannya kau bilang kalau kita akan segera menikah dalam waktu dekat? Tapi kau sangat sibuk sekali..." Laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyuman. "Ada hal penting yang akan aku urus, yang jelas jangan takut pernikahan kita nanti akan gagal." Pupil mata Margaret melebar seketika, namun gadis itu hanya menjawabnya dengan anggukan polos. "Kita menikah secara diam-diam saja, Maxim. Aku ... tidak ingin banyak orang tahu kalau kita sudah menikah," ujar Margaret. “Nanti, bisa muncul berita-berita baru yang tidak kita inginkan.” "Heem. Jangan khawatir." Maxim tersenyum membalasnya. Acara makan malam mereka pun berlanjut. Margaret merasakan seperti ada yang tidak beres deng

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 173. Kekayaanmu Telah Kembali, Margaret

    Saat pagi tiba, Maxim dan Margaret bersiap-siap untuk kembali pulang ke Laster. Kedatangan mereka di Yards yang sekejap membuat Erika dan Bellinda tampak sedih karena rindunya yang belum sempat terobati. "Nona dan Tuan harus kembali ke sini lagi bila ada waktu luang," ujar Bibi Erika menatap Margaret yang berdiri di samping Maxim. "Iya, Bi. Aku pasti akan ke sini lagi," jawab gadis itu."Hati-hati di jalan, Nak," sahut Bellinda. "Jangan lupa istirahat yang cukup." Margaret mengangguk. Ia segera mendekati sang Nenek dan memeluknya dengan erat. "Aku akan merindukan Nenek," bisik Margaret. "Nenek harus baik-baik saja sampai aku kembali." Wanita tua itu tersenyum hangat dan menangkup hangat kedua pipi Margaret dengan lembut. "Iya, Nak. Pulanglah, dan jaga dirimu baik-baik, Margaret..." Pelukan mereka terlepas. Maxim merangkul Margaret dan laki-laki tampan itu memperhatikan dua wanita tua di hadapannya. "Kalau begitu, kami pamit pulang," ucap Maxim. "Hati-hati di jalan, Tuan Maxim

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 172. Rencana Maxim dan Kekhawatiran Margaret

    "Tuan Maxim, rupanya Tuan Brian tidak menyerah juga. Beliau tetap mencari banyak bantuan dari perusahaan lain untuk mempermudah proyeknya di Barchen." Andrew membuka sebuah berkas dan menunjukkan di hadapan Maxim. "Dari beberapa orang-orang ini, mereka percaya kalau tambang berlian akan segara dibuka. Meskipun mereka semua tidak tahu, kalau Brian belum mendapatkan perizinan dari pimpinan kota. Jadi, saya takut para investor ini akan ikut kesal pada Tuan bila tahu, bahwa Brian sedang kita permainkan." Maxim terdiam. Laki-laki itu menatap dan membaca beberapa berkas-berkas penting yang Andrew laporkan padanya. Saat Maxim tiba di Fratz, ia langsung menemui Andrew dan meminta ajudannya itu untuk menceritakan semua informasi yang dia bawa. "Lalu? Apa lagi?" Maxim membuka suara. "Tuan Brian ... sekarang, diam-diam mencari Nona Margaret, Tuan," ucap Andrew. "Tanpa ada tanda tangan Nona, tambang itu tidak akan pernah mendapatkan surat perizinan. Apalagi fakta bahwa Nona Margaret mas

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 171. Aku Harus Pergi

    Semilirnya angin sejuk bersama aroma rerumputan dan pepohonan segar, masuk ke dalam kamar Margaret dari jendela kayu kamar itu yang terbuka. Margaret berbaring di atas ranjang kamar menatap dedaunan dari pepohonan yang terlihat dari jendela kamarnya. Ia berbaring dan menjadikan lengan Maxim sebagai bantalnya. "Maxim, bolehlah kita menginap di sini satu Minggu?" tanya Margaret. Gadis itu membalikkan badannya dan menatap Maxim yang kini memejamkan kedua matanya. Karena udara yang sejuk dan menenangkan, Maxim memilih untuk beristirahat dan menenangkan diri di tempat itu. Tapi Margaret yang sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana ini, ia terus merecoki Maxim yang menikmati ketenangan. "Kau pura-pura tidur, kan?" tanya gadis itu, ia mengecup pipi Maxim saat laki-laki tidak meresponnya. Nyatanya, laki-laki itu tetap tidak bangun dan setia memejamkan kedua matanya. "Ayolah, Maxim..." Margaret merengek. Gadis itu meletakkan kepalanya di atas dada bidang Maxim. Hingga Margaret

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 170. Menjadi Seorang Mama

    Setelah acara makan malam selesai, Margaret dan Maxim menikmati acara minum teh dan memakan kue kering buatan Bibi Erika. Baru kali ini Maxim mengikuti perbincangan hangat orang-orang tua yang pembahasannya begitu ringan, namun terdengar menyenangkan hingga Margaret tersenyum manis dan sangat bahagia. Setelah acara itu selesai dan malam telah datang, Maxim dan Margaret pun masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat. Margaret duduk di tepi ranjang sambil mengusap perutnya. "Apakah dia baik-baik saja," lirih Margaret. "Aku merasa—" "Mengapa, Sayang?" Margaret mendekatinya. Laki-laki itu duduk di belakangnya dan mengusap perut Margaret dari belakang. "Aku merasakan ada gerakan kecil," jawabnya lirih. Maxim tidak bisa merasakannya. Laki-laki itu mengecup pipi Margaret sekilas. "Sudahlah, cepat istirahat." Margaret berbaring dan ia menatap Maxim yang masih duduk di sampingnya, menatapnya sambil mengelus kening Margaret dengan penuh perhatian dan kasih sayang. "Maxim

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 169. Cerita Tentang Margaret dari Nenek Bellinda

    Suasana malam hari yang nyaman dan tenang. Maxim berdiri di teras samping rumah milik Nenek Bellinda. Laki-laki itu memperhatikan gelapnya pemandangan di sekitar sana. Hanya ada lampu-lampu bercahaya kuning, di sepanjang tepi jalan dan aliran anak sungai. Suara-suara nyaring serangga yang berbunyi, dan gemericik air pegunungan yang terdengar jelas di antara embusan angin sejuk yang membuat Maxim merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan. "Tuan Maxim, di mana Margaret?" Suara lembut dan serak tua itu membuat Maxim menoleh. "Margaret sedang tidur, Nyonya," jawabnya. "Aku akan membangunkannya nanti." Bellinda mengangguk. "Nenek sudah meminta Bibi Erika untuk memasakkan makanan kesukaannya. Dia pasti sangat senang," ujar wanita tua itu. Maxim hanya tersenyum lembut dan tulus. Setelah itu, Bellinda duduk di sebuah kursi kayu, di samping Maxim yang kini ikut duduk di sana. "Tuan Maxim ... Margaret adalah cucuku satu-satunya. Sejak dia berusia menginjak empat belas ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status