Kontrak Jodoh Sang Penari

Kontrak Jodoh Sang Penari

last updateLast Updated : 2025-10-03
By:  LyvOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
11views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kirana, penari Bedhaya terakhir Keraton, dipaksa meninggalkan gemerlap budaya Jawa demi kontrak pernikahan dengan Baskara, CEO dingin di Jakarta. Perjanjian mereka bukan hanya tentang harta, melainkan tentang kutukan spiritual kuno yang mengancam kehancuran kedua keluarga jika mereka gagal menemukan 'kunci' cinta sejati dalam lima tahun. Ketika sabotase bisnis dan serangan spiritual mengancam karier menari Kirana, Baskara dipaksa meyakini mitos yang selama ini ia remehkan. Rahasia gelap terkuak: Kutukan itu terkait erat dengan saudara kembar Baskara yang hilang, seorang antagonis yang kini memegang Jimat Cakra, artefak kekuatan jahat. Demi menyelamatkan warisan dan satu sama lain, Kirana dan Baskara harus bersatu, menukar kemewahan metropolitan dengan misteri candi tersembunyi. Di sana, Kirana harus menarikan tarian paling suci dalam hidupnya, sebuah ritual yang akan mengangkat kutukan, tetapi mungkin akan memaksanya mengorbankan jiwa penarinya selamanya. Bisakah cinta yang lahir dari kontrak mengalahkan takdir leluhur?

View More

Chapter 1

Tarian Terakhir

Alunan gamelan terdengar sayup, tapi bagi Kirana, yang bergema hanyalah detak jantungnya sendiri. Bukan lagi tentang kesempurnaan gerak, bukan pula tentang penonton yang menatap. Ini adalah tentang sebuah janji yang harus dituntaskan, sebuah persembahan untuk semua yang akan ia tinggalkan di sini.

Kirana menekan punggung telapak tangan ke dahi. Keringat yang bercampur bedak dingin keraton membaur, perih di sudut matanya, tetapi ia tidak boleh berkedip, tidak boleh berhenti. Ini adalah tarian terakhir di lantai kayu penuh kenangan ini.

Ia sedang membawakan Bedhaya Sembilan Bidadari, tarian sakral yang menuntut kesempurnaan batin dan keselarasan spiritual. Gerakannya, halus seperti air dan kuat seperti akar pohon beringin, menceritakan kisah perjuangan antara kehendak dewa dan takdir manusia. Namun, untuk Kirana Ayu Kencana, 24 tahun, tarian itu bukan lagi narasi mitologi; itu adalah pengorbanan dirinya.

Lima bulan yang lalu, ramalan kuno yang selalu dianggap dongeng oleh generasi muda Keraton telah menjadi kenyataan. Bencana keuangan menghantam Yayasan Budaya, diikuti oleh serangkaian kemalangan spiritual yang tak terjelaskan, pembusukan mendadak pada pusaka-pusaka penting, dan penyakit misterius yang menyerang kesehatan Sang Ayah.

Satu-satunya solusi, yang tertulis dalam Perjanjian Cakra Kuno: Pernikahan kontrak dengan pewaris Adiwangsa Group di Jakarta, Baskara Adiwangsa, seorang pria yang dikabarkan dingin dan hanya percaya pada angka-angka.

Ketika gamelan akhirnya berhenti dengan gong terakhir yang menggema, Kirana ambruk ke lantai, membiarkan tubuhnya bersandar pada tiang kayu tua yang telah menyaksikan ribuan jam latihannya.

"Cukup, Nduk," suara Gus Jaya, mentor dan penasihat spiritualnya, memecah keheningan.

Gus Jaya maju, wajahnya yang tua dihiasi kerutan kesedihan. Ia mengenakan beskap hitam dan blangkon yang tegak. Matanya yang tajam, yang biasanya memancarkan kebijaksanaan, kini tampak redup karena rasa iba.

"Tarianmu sempurna, Kirana. Ini adalah Bedhaya yang paling pahit yang pernah kau bawakan," ujar Gus Jaya, membantu Kirana bangkit.

Kirana tidak menjawab. Ia hanya menatap lantai, di mana bayangannya terlihat memudar dalam cahaya sore yang keemasan.

"Mengapa saya harus pergi, Gus? Jika kutukan itu membutuhkan persatuan sejati, bukankah menikahi pria yang tidak menghargai satu pun hal yang saya yakini hanya akan memperburuk keadaan?" tanya Kirana, suaranya bergetar. Rasa memberontak yang ia pendam kini perlahan naik ke permukaan.

Gus Jaya menghela napas panjang. Ia mengambil tempat duduk di bangku panjang, mengisyaratkan Kirana untuk duduk di sebelahnya.

"Perjanjian Kuno itu adalah pedang bermata dua, Nduk. Leluhur Adiwangsa meminta kekuatan spiritual Cakra dari leluhur kita, tetapi dengan syarat, bahwa keturunan mereka harus menemukan cinta sejati dalam lima tahun setelah pernikahan kontrak. Jika gagal, energi Cakra itu akan berbalik, menghancurkan kekayaan Adiwangsa dan memutus garis keturunanmu secara spiritual," jelas Gus Jaya, suaranya pelan tetapi penuh bobot sejarah.

"Kita tidak punya pilihan. Kekuatan finansial Adiwangsa adalah satu-satunya benteng yang bisa menahan kerusakan spiritual yang sudah menyentuh Keraton. Jika Keraton runtuh karena kebangkrutan, kita akan kehilangan semua pelindung spiritual yang kita miliki. Kau adalah perisainya, Kirana."

Kirana memejamkan mata. Jadi, hidupnya hanyalah sebuah alat. Sebuah ritual.

"Lalu, apa yang Baskara dapatkan?" tanya Kirana getir. "Selain citra publik yang bersih, apa yang ia dapatkan dari pernikahan tanpa cinta ini?"

"Ia mendapatkan waktu," jawab Gus Jaya. "Waktu untuk menemukan cara, waktu untuk memahami apa yang coba ia lawan.

Bagi Baskara, ini adalah kalkulasi bisnis. Bagi kita, ini adalah perjuangan hidup-mati spiritual. Kau harus membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, sesuatu yang melampaui logika dan angka, sebelum waktu habis."

"Bagaimana jika saya gagal?"

"Maka kita semua gagal. Dan kau akan terjebak dalam pusaran kutukan yang akan menghancurkanmu sepenuhnya," kata Gus Jaya, tanpa melembutkan kenyataan.

Gus Jaya lalu bangkit dan mengambil sebuah kotak yang tersembunyi di balik altar kecil. Kotak itu ramping, terbuat dari beludru hitam pekat, kontras sekali dengan ornamen kuningan halus di Keraton.

"Busana dan perlengkapanmu sudah diatur. Penerbangan ke Jakarta subuh nanti," katanya. "Ini, ambil."

Kirana meraih kotak itu. Dingin. Berat. Rasanya seperti menggenggam takdir yang asing dan menyakitkan. Ia membuka tutupnya.

Di dalamnya, di atas lapisan satin putih, terdapat sebuah cincin platinum, minimalis dan modern, berkilauan. Simbol formalitas yang menandakan kepemilikannya di mata hukum, tetapi bukan di mata hati. Cincin pertunangan dari Baskara Adiwangsa.

Jari-jari Kirana yang lentur, yang hanya terbiasa menyentuh kain sutra kuno, sampur, atau tanah tempat ia menari, kini menyentuh logam dingin itu. Hawa Jakarta yang serba cepat dan asing terasa menusuknya dari dalam kotak beludru.

"Semua sudah diatur, Kirana. Kau akan bertemu Baskara di Jakarta. Upacara sipil akan sederhana dan tertutup. Ingatlah," bisik Gus Jaya, suaranya kini kembali menjadi suara penasihat Keraton yang berwibawa, penuh peringatan kuno, "pernikahan kontrak ini memberi kalian tenggat waktu tepat lima tahun untuk menemukan .…"

Gus Jaya berhenti sejenak, menatap Kirana lurus-lurus, aura di sekitarnya terasa menekan.

"… untuk menemukan apa yang Baskara sebut takhayul, dan apa yang kita sebut—"

"Cinta sejati," potong Kirana, menelan ludah, suaranya kini hanya seutas benang. Ia memasukkan cincin itu ke jarinya. Terlalu besar. Terlalu dingin.

"Ya. Karena jika dalam lima tahun itu kalian gagal menyatukan hati dan energi kalian," Gus Jaya maju selangkah, mencondongkan tubuhnya, suaranya berubah menjadi desisan yang mengerikan di tengah keheningan sanggar, "maka Kutukan Cakra akan mencapai puncaknya. Dan yang pertama kali hancur bukanlah kekayaan Adiwangsa. Melainkan—"

"Kirana!"

Sebuah suara mendadak memanggil dari balik pintu kayu, seruan mendesak dari salah seorang abdi dalem yang bertugas mengantar.

Kirana tersentak.

"Waktu kita habis. Mobil penjemput dari Jakarta sudah menunggumu di gerbang utama, Nduk. Sekarang."

Kirana menoleh ke pintu. Ia tidak punya waktu lagi untuk berduka. Tugas memanggil.

Ia bangkit, menenteng kotak cincin itu dengan erat. Di belakangnya, Gus Jaya hanya berbisik, matanya menatap cincin platinum di jari Kirana yang baru saja dimasukkan dengan tergesa-gesa.

"Jika kalian gagal ... ia akan bangkit. Saudara kembar Baskara yang hilang ...."

Langkah kaki Kirana terhenti di ambang pintu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status