"Kau tidak boleh mendaftar untuk menjadi warrior!"
Suara bernada tinggi itu membuat Hana meringkuk ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Hal itu termasuk wajar. Ia yang seorang omega akan secara otomatis tunduk pada wolf yang statusnya lebih tinggi darinya. Apalagi jika pasangannya yang berstatus gamma itu yang mengucapkannya meskipun kalimat itu sama sekali tidak ditujukan padanya.
"Kau boleh menggertakku di tempat lain, Ayah. Tapi jangan gunakan nada itu saat ada ibu di sini. Tidakkah kau tahu jika mate-mu ketakutan?"
"Jangan pernah panggil aku dengan sebutan Ayah! Aku bukan ayahmu!" bentak Eric, ayah angkat Lunar.
“Baik. Aku tak akan menyebutmu ayah lagi, Paman!”
Lunar membalas bentakan ayah angkatnya –yang kini berubah menjadi paman- dengan nada yang tak kalah tinggi darinya. Lunar merasa tak terima dengan bentakan itu karena ibu angkatnya yang terlihat ketakutan akibat suara bernada tinggi. Tak ada siapapun lagi di ruang utama rumah yang Lunar tempati belasan tahun itu. Hanya ada mereka bertiga, yakni Lunar, Hana, dan Eric, mate Hana.
Jujur saja, tak ada rasa gentar sedikitpun di hati Lunar mendengar gertakan Eric. Tidak seperti ibu angkatnya yang kini meringkuk ketakutan. Mungkin hal ini dikarenakan status Lunar yang hampir setara dengan Eric, sedangkan status Hana berada di bawah mereka. Untung saja kakak angkatnya itu tidak sedang berada di rumah. Jika mereka kumpul berempat, mungkin saja Lunar akan terpojok karena melawan dua gamma.
“Berhenti bertingkah semaumu, anak pungut! Aku sudah cukup bersabar selama ini akan tingkahmu yang seenaknya itu. Jangan lupakan posisimu di sini. Kau hanya anak yang tak memiliki siapa-siapa dan menumpang hidup di keluargaku selama belasan tahun!”
Bibir Lunar terkatup erat mendengar kalimat kasar yang di tujukan ayah angkatnya itu padanya. Lunar mengerti. Dan bahkan teramat faham jika ia hanya seorang yang menumpang hidup di keluarga orang lain. Ayah yang sudah meninggal dan ibu yang tidak jelas keberadaannya mempertegas hal itu. Tapi untuk kata tidak memiliki siapa-siapa, Lunar akan menyangkalnya. Dia masih memiliki bibinya, meski paman dan sepupunya sama sekali tak menghiraukannya atau menganggap keberadaannya.
Biasanya, ayahnya hanya akan memandangnya dengan dingin atau tidak menyerukan sapaan saat bertemu atau berpapasan dengannya. Tak pernah ada pembicaraan panjang di antara mereka. Bahkan untuk sekedar menanyakan kabar pada Lunar, pamannya itu enggan. Dan kini, ia terlibat perbincaraan yang dirasa akan panjang dan disertai bentakan-bentakan hanya karena ia mengungkapkan keinginannya untuk mendaftar ujian calon warrior beberapa waktu mendatang.
Memang untuk Lunar hal itu akan terasa sepele sekali. Ia hanya mengutarakan keinginannya dan tak membutuhkan kata persetujuan dari pamannya. Karena menurut Lunar, persetujuan dari bibinya saja sudah cukup mewakili. Tapi entah bagaimana ayah angkatnya –oh, sekarang pamannya- itu mengetahui hal ini dan langsung mencercanya dengan kata-kata menyudutkannya. Seolah keputusan Lunar adalah hal yang membahayakan nyawanya.
Jujur saja, Lunar geram sekali dengan kata-kata pamannya yang mengatainya anak pungut. Ia memang bukan putri kandungnya, ia adalah keponakannya. Apa salahnya merawat keponakan yang sudah tidak memiliki orang tua sepertinya? Jika saja tangannya tak di genggam erat oleh bibinya, mungkin Lunar akan kehilangan kesabaran dan mengamuk pada pamannya itu. Atau bahkan mungkin yang lebih parahnya ia akan ber-shift1 dengan serigalanya.
Sepertinya, bertarung dengan serigala pamannya dalam wujud buasnya mungkin terdengar tidak buruk.
Baiklah, lupakan kalimat terakhir itu karena demi apapun ia telah berjanji kepada bibinya untuk menjaga diri agar tidak berubah sembarangan. Lunar juga sangat tahu jika nantinya ia berubah, bukan hal baik yang akan menyertai dirinya.
“Sejujurnya, Paman. Aku sama sekali tak membutuhkan izinmu untuk mendaftar ujian calon warrior. Aku sudah mengantongi izin bibi sebagai waliku dan aku sudah menyerahkan berkas itu.”
Nada bicara Lunar melunak karena genggaman pada tangannya dan ia yang tak sanggup melihat air mata bibinya mengalir terus menerus. Ia mengerti jika bibinya tengah memberitahu dirinya bahwa hal untuk menghadapi kekerasan pamannya adalah bukan dengan kekerasan juga, melainkan kesabaran dan kelembutan. Seperti yang selama ini bibinya lakukan. Dan dengan setengah mati Lunar menahan dirinya untuk tidak berkata keras pada pamannya itu.
“Kau! Kau sudah berada dalam keluargaku namun melangkahi izinku. Lancang sekali!”
“Siapa yang lancang, Paman! Sedari kecil kau sudah melepas pertanggung jawaban dan wali atasku hingga bibi yang mengambil kewalian penuh diriku. Dari dulu kau tak pernah peduli akan apa yang aku lakukan. Lalu mengapa sekarang kau memperdulikan kewalian itu? Dari dulu aku baik-baik saja saat bibi yang mengambil alih perizinan waliku. Lantas, mengapa untuk sekali ini kau menuntutnya? Tidakkah tindakanmu ini sangat terlambat, Paman?”
Eric menggeram. Ucapan Lunar memang ada benarnya. Ia yang selalu menolak ketika permintaan perwalian atas Lunar yang selalu datang padanya kini seolah meminta hak itu kembali setelah mengetahui Lunar telah mendaftar ujian calon warrior. Jika saja hak perwalian itu ia kantongi sedari dulu, pastilah Lunar akan meminta izinnya dan ia tak akan mengizinkannya.
Karena entah mengapa, Eric terlalu membenci Lunar dan dengan segala yang ada pada anak itu. Lunar memang tak pernah brbuat salah padanya. Hanya saja, ia sama sekali tak bisa memaafkan apa yang orangtua Lunar lakukan padanya di masa lalu. Ingatannya masih tajam. Dan semua kejadian itu masih terekam dengan jelas di otaknya.
“Baiklah! Lakukan semaumu, anak pungut. Tapi ingat hal ini baik-baik. Aku tak akan membuat jalanmu menjadi mudah untuk masuk ujian itu. Zoya akan mengikutimu. Dan aku akan pastikan jika kau sama sekali tak akan bisa berkutik.”
Dengan amarah yang masih bersarang di hatinya, Eric pergi meninggalkan Lunar yang masih terduduk dengan ditemani mate-nya yang menangis akibat ucapan kerasnya. Ia sudah tak sanggup berada lebih lama di satu tempat dengan orang yang tak ia sukai. Meski hati dan jiwa serigalanya melolong pilu karena melihat mate-nya yang tengah sedih seperti itu, ia tak gentar. Ia tetap menguatkan hati untuk tidak menghambur dan memeluk mate-nya serta memberi ketenangan padanya. Dirinya telah kebal. Bertahun-tahun menjadi pemimpin warrior membuatnya terlatih agar tidak selalu menuruti sisi serigalanya.
“Sayang, tetap panggil bibi dengan sebutan ibu, ya,” pinta Hana. Ia sudah bisa mengendalikan dirinya setelah mate-nya pergi menjauh darinya dan Lunar. Karena tekanan aura mate-nya yang tinggi, jiwa omeganya tertekan hingga tak mampu berkata atau bahkan mengangkat wajah meski sedikit pun.
“Tentu, Bu. Aku akan tetap memanggil Ibu meski mate Ibu kini ku panggil Paman. Bagiku, Ibu adalah sosok yang tak terganti bagiku. Dan Ibu tak pantas mendapat panggilan bibi dariku,” balas Lunar.
Hana menggeleng pelan. “Lalu bagaimana jika kau bertemu dengan ibumu suatu hari nanti? Bukankah panggilan ibu sudah kau sematkan padaku?”
“Aku-“ Lunar menunduk dan menjeda, “-tidak yakin akan bertemu dengannya.” Dan suaranya melirih di akhir kalimat.
“Jangan begitu, sayang. Yakinlah jika suatu saat kau bisa bertemu dengan ibumu dan kau bisa berkumpul dengannya.”
“Sudahlah, Bu. Aku akan mengatasinya nanti. Lagi pula aku sama sekali belum memikirkan bagaimana nantinya jika aku bertemu dengannya. Aku tak ingin berharap banyak. Cukup ibu yang selalu ada di sampingku dan mendukungku.”
“Tentu, kau mendapat semua yang kau inginkan dari Ibu.”
Hana beringsut menggapai tubuh Lunar dan membawanya ke dalam pelukannya. Lunar memang masih lima belas tahun, namun tubuh Lunar sudah bisa menyamai tubuhnya. Mungkin karena Lunar seorang deltha dan ia omega yang membuat pertumbuhan Lunar menjadi lebih cepat.
Bohong rasanya jika Lunar tak ingin memeluk ibu kandungnya seperti ini. Ia ingin, namun apa daya ia sama sekali belum bisa berharap apa-apa.
Terkadang, ia berpikir jika dirinya ini terkesan jahat karena mengambil kasih sayang seorang ibu dari anaknya karena semenjak ia mulai mengingat, bibinya itu sudah lebih memprioritaskan dirinya ketimbang putri kandungnya sendiri. Pernah ia ingin mengutarakan hal itu. Pernah ia ingin mengatakan kepada bibinya bahwa ada seorang putri yang masih membutuhkan kasih sayang ibu kandungnya. Namun, ia tak ingin ketika ia mengucapkan hal itu, sikap bibinya nanti akan berubah kepadanya.
Biarlah.
Ia ingin egois untuk hal ini. Lagi pula, bukankah kakak angkatnya itu sudah mendapat kasih sayang penuh dari ayahnya? Dan juga, bibinya tidak benar-benar mengabaikan putri kandungnya. Ia hanya memberi kasih sayang yang lebih kepada Lunar.
Jadi, Lunar tak salah, kan?
Note :
Air mata Lunar tak bisa terbendung lagi saat ia berhadapan dengan wanita yang memiliki paras rupawan, kulit pucat khas vampire, dan rambut merah panjang lurus yang digerai dan menambah kesan menawan. Sebelum ini, ia telah diberitahu bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya, sosok yang telah melahitkan ia ke dunia dan melewati banyak hal hingga kini. “Mm-Mom?” lirih Lunar. Ia ingin memastikan bahwa siapa yang ada dihadapannya adalah sang ibu. “Tentu saja bukan. Dia ibuku, Sepupu! Jadi, jangan mengaku bahwa ibuku adalah ibumu.” Karin datang dan menghalangi pandangan unar pada sosok yang awalnya ia akui pandang sebagai ibunya. “Ced!” Lunar membentak Cedrick karena merasa dipermainkan. Tadi, pria vampire yang menjadi pasangannya itu sudah mengatakan bahwa ibunya memiliki rambut merah panjang yang indah dan kulit pucat khas vampire. Lalu, apa ini? Mengapa saat ia menemukan wanita dengan ciri itu, Karin malah mengakuinya sebagai ibu. Ia malu. Sangat malu karena telah
“Kau benar, Sean. Lunar masih memiliki anggota keluarga lain. Ia memiliki bibi dengan keluarga yang utuh dan semua keluarganya adalah vampire.” Sean melupakan satu hal, bahwa tuannya itu memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain. Tentu Cedrick akan dengan mudah membaca apa yang ia pikirkan. Akan tetapi, ia tergelitik dengan informasi yang Cedrick bawakan untuknya. Keluarga Lunar dari pihak ibu adalah vampire? “Master. Setahuku, Lunar tidak memiliki aroma vampire sama sekali. Aku sudah dekat dengannya selama bertahun-tahun dan sama sekali tak bisa menemukan kejanggalan itu. Jika ibu Lunar manusia, aku sudah tahu. Aroma manusia tercium samar dari tubuh Lunar.” Sean mengeluarkan apa yang ia pikirkan dan kini enggan hanya memendamnya dalam hati. Untuk apa dipendam? Bukankah tuannya bisa membaca pikiran? Ia pendam pun pasti Cedrick akan mengetahuinya dengan mudah. Untuk kalangan musuh, kemampuan itu terlihat sangat berbahaya. Namun, kau akan aman jika be
Perjanjian darah mereka lakukan untuk menegaskan hubungan mereka sebagai tuan dan bawahan. Sean adalah watcher, yang berarti saat ia ditugaskan di luar pack, semua kenangan yang ia miliki akan terhapus. Hal itu memang sudah seharusnya dilakukan agar saat mereka bertugas, para watcher tak akan memikirkan keluarga.Watcher adalah milik pack sepenuhnya. Berbeda dengan warrior yang mempertahankan ingatan dan kesadaran mereka, watcher harus mejadi alat yang sempurna untuk kepentingan pack. Jadi, mereka diharuskan untuk kehilangan jati diri dan menjadi pribadi yang lain.Kematian Sean adalah hal terencana dan menjadi sebuah rekayasa yang bagus dari Cedrick untuk mengelabuhi pack. Cedrick melakukan banyak hal untuk membuat tanda yang menunjukkan bahwa Sean dan kawanannya telah habis tak tersisa oleh penyerangan rogue dan membawa sisa dari mereka untuk dijadikan bawahan.Alhasil, tiga dari kelompok watcher yang mencakup Sean di dalamnya kini berada di bawah perlindungan
“Kau sudah melakukan tugasmu, Sean?” tanya Cedrick pada Sean yang mndatanginya di kamar yang biasa ia gunakan untuk menginap di kediaman itu.Waktu sudah berlalu, dan Lunar masih belum sadar dari pingsannya.Sean mngangguk pelan dan berucap, “Aku yakin Lunar akan baik-baik saja, Master. Lunar delta yang kuat dan aku yakin dia tak akan mengingat apa pun dari pertempurannya dengan Arthur.”“Lalu kau? Apakah kau sudah mengingat banyak hal?” tanya Cedrick. Ia tak memalingkan pandangannya sama sekali dari Lunar yang masih tak sadarkan diri dan terbaring di ranjang. Baginya, tak ada hal yang penting selain Lunar.“Kurasa, hampir sepenuhnya ingat, Master. Hanya beberapa memori penting di masa kecil yang sulit untuk kuingat kembali.”“Lalu tentang Lunar?”“Sudah semua, Master.”“Bagus. Kau bisa beristirahat dan lakukan apa hal yang ingin kau lakukan, Sean. Tugasmu s
“Argh!”Arthur memekik hingga pekikannya membuat binatang yang berada dekat dengannya terkejut. Tak menyangka bahwa serigala Nathaline akan mematahkan tangannya dan sekali tarikan dengan gigitannya. Jika gigitan Nathaline tadi masih berupa luka, kini lengan Arthur sudah putus hingga sendi lengannya.Darah yang mengucur tak bisa lagi terelakkan, dan untuk pertama kalinya sejak Arthur bisa bertransformasi dan menemukan statusnya, ia menangis. Air matanya keluar tanpa mampu ia cegah saat menyadari Nathaline dengan buas memakan tangan yang ia dapatkan.Jika sudah seperti ini, akan sulit untuk Arthur bisa bertarung dengan baik karena jika berubah ke bentuk serigala, Arthur tak bisa lagi menggunakan empat kaki untuk berlari. Kehilangan satu kaki berarti tak bisa berlari kencang dan bertarung dengan kedua cakar depan, karena saat were kehilangan salah satu anggota gerak, maka tubuh serigalanya juga memiliki kekurangan.Mau bagaimana lagi, perubahan s
Andai Lunar telah mating, Cedrick harus melewati serangkaian hal untuk menghilangkan tanda itu. Bodohnya ia, yang ketika melakukan klaim pada Lunar tak menyadari ada tanda atau tidak.“Bagus, Lunar Sayang. Kau memberiku pertunjukan yang bagus. Ah, tidak, Nathaline-ku,” lirih Cedrick. Ia begitu mengagumi cara bertarung Lunar yang tak bisa disamakan dengan apa pun yang pernah ia lihat. Lunar dan Arthur jelas memiliki pelatihan gaya bertarung yang sama. Jadi, masih sulit untuk bisa menebak siapa dari mereka yang akna memenangkan pertandingan kali ini.Arthur boleh saja memiliki badan dan kekuatan alpha dan pengalaman yang lebih banyak dari Lunar, tetapi ia memiliki luka di lengan akibat gigitan Lunar dan tubuh yang belum pulih sepenuhnya. Apalagi efek dari rantai perak juga belum sepenuhnya bisa ia netralkan. Jadi, Lunar yang masih awam tentang pertarungan berat dan usia yang belia bisa menjadi lawan yang setara dengannya.Serigala Nathaline memiliki ke