“Tolong ….” Suara lirih itu terdegar semakin jelas dan kini Konan pun bisa mendengarnya. Apalagi, suaranya terdengar pilu. Langkah Lunar mantap tanpa keraguan sedikit pun, tetapi tidak dengan Konan. Ia masih merasa waspada dan khawatir jika itu hanya jebakan.
“Tak bisakah kau memelankan laju kakimu!?” pekik Konan. Ia kesulitan mengimbangi langkah Lunar dalam menghindari akar pohon yang menonjol dan mengganggu langkah. Ah, tidak! Bukan langkah lagi, melainkan laju lari kaki Lunar. Jika begini, perbedaan dari mereka terlihat. Lunar yang terbiasa menggunakan dua kaki akan memiliki kecepatan berbeda dengan Konan yang terbiasa dengan empat kaki.
“Semakin kita melambatkan diri, semakin terancam nyawa orang lain. Jangan buang-buang waktu.”
Konan melongo, siapa tadi yang menolak melakukan perjalanan lebih cepat dengan berubah? Bukankah itu dirinya? Kini, dia yang berkata tak boleh melambatkan diri. Ia heran, sebenarnya bagaiman
“Riana!” Kedua pasang mata itu menoleh ke arah dua she-wolf yang baru datang dan salah satu yang dipapah lainnya. Riana yang sebelum ini memasang wajah muram karena perkataan Lunar, kini tersenyum karena melihat temannya datang dan masih hidup. Ia bersyukur karena permintaannya pada Moon Goddess terkabul. Sahabatnya datang dengan keadaan selamat meski tak ia pungkiri jika hatinya merasa miris karena dia tak selamat dari luka.“Sahabatmu hebat! Ia hampir menghabisi klompok warrior yang mengejar kalian sendirian. Aku tak membantu banyak dan terkesan hanya menjadi pahlawan kesiangan saja,” ucap Konan. Ada rasa bangga yang terselip di wajahnya kala menceritakan betapa hebat orang yang telah ia selamatkan.“Tentu, Lily seorang beta dan warrior sekaligus. Meski she-wolf, dia tak kalah hebat dari mate-ku.” Riana memandang sahabatnya dengan bangga. Sudah sejak lama ia mengenal Lily dan Rei. Mereka bertiga teman bermain sejak kecil tanpa mema
“Kak Konan, kau yakin dengan keputusanmu?” Lunar sudah kembali memanggil Kakak pada Konan dan bukan kau lagi. Sebab, ia sudah meredakan amarahnya pada kakak perempuan dari Davian itu. Ternyata, sosok Konan tak seburuk yang ia pikirkan. Ada banyak hal baik yang telah Konan lakukan dan membuatnya terkesima. Terutama pada hal yang ia lakukan untuk Riana tadi. Lunar tak menyangka jika Konan akan membantunya untuk mencarikan tempat untu Riana tinggal. Jujur saja jika tadi ia berniat membawa Riana dan mate serta rekannya untuk tinggal di flat sempit yang ia miliki.“Kau pikir aku tidak melakukan hal ini dengan didasari pemikiran yang matang, huh!”“Ya … entah. Aku tak tahu karena Kak Konan melakukan hal itu tanpa berpikir, menurutku.”“Dengar, ya, mate Davian. Aku sudah memikirkan banyak hal dari mereka. Sejak kecil aku sudah terlahir menjadi rogue. Aku memang tidak pernah merasakan rasanya tinggal di wilayah pack seper
Konan berlari sekencang mungkin saat mereka melalui hutan. Selama ini, ia belum merasakan berlari dengan hati yang begitu bebas. Di kawanan, ia memang sering melakukan latihan dengan menggunakan tubuh werewolf. Tapi, jujur saja ia belum pernah merasakan rasa bebas yang begitu menyenangkan. Bahkan, saat berkejaran dengan mendiang adiknya pun, ia tak merasakan hal itu."Lain kali kita harus melakukan hal ini lagi, Lexa," ujar Konan pada sisi serigalanya yang bernama Lexa. Serigala yang bertubuh besar itu terlihat begitu gagah dengan Lunar di atasnya. Sebagai seorang gamma, Konan melebihi batas serigala normal. Bahkan, ayahnya sampai terkejut saat melihat perubahan Konan untuk pertama kalinya."Aku tak tahu apa yang telah memengaruhi hal ini, yang jelas, aku tak akan melewatkan kesempatan lainnya."Konan menyetujui ucapan serigalanya. Jika sedari awal ia mengetahui hal yang bisa membuatnya berlari bebas, tentu ia akan melakukannya lebih sering. Ia juga mungkin tak
“Tahu tentangmu? Jangan bercanda, Deltha!” Tanpa sadar, vampire -female itu mengungkap jati diri Lunar. Dan hal itu membuat tubuh dua she-wolf itu menegang.“Tak banyak yang mengetahui aku sebagai Deltha, Vampire! Secara tak langsung kau menunjukkan bahwa kau tahu banyak tentangku,” ujar Lunar. Ia tak salah untuk menuduh. Aroma dan jubah yang familiar, juga pengungkapan statusnya, membuat Lunar sangat yakin jika vampire itu bukan vampire sembarangan yang asal bicara. Jika tak salah duga, mungkin sudah lama vampire itu mengikuti atau mencari informasi tentang Lunar.“Ups! Ternyata aku salah bicara, ya.” Vampire itu tertawa dan setelah itu berkata, “jangan khawatir, Adik Kecil. Aku bukan pihak yang bisa menjahatimu. Kau akan mengetahui aku jika saatnya tiba.”Lunar semakin tak mengerti saja. Jika begini, bukankah semua menjadi tambah jelas? Namun, tak ada hal yang bisa ia korek informasinya dari vampire-female itu ka
“Sebenarnya, dia adalah vampire yang beberapa kali kurasakan kehadirannya saat bertemu Davian di perbatasan. Hawa kehadirannya tak asing dan aku yakin ia menyembunyikan sesuatu yang penting. Tak hanya itu, aku dipaksa menemuinya di hutan saat Davian mengamuk di pack. Kau tahu, terlalu banyak kejanggalan yang vampire itu buat untukku. Sialnya dia sama sekali tak mau memberitahukan apa pun padaku,” tutur Lunar.Konan mungkin bisa mengerti. Terlalu banyak kebetulan amat tak baik karena bisa saja hal itu adalah sebuah kesengajaan dan bukan lagi kebetulan. Jika ada yang orang yang bertemu secara kebetulan secara berurutan, maka bersiaplah akan kekecewaan.“Aku mengerti maksudmu. Tapi memohon seperti tadi bukanlah penyelesaian yang bagus,” ujar Konan.“Lalu?”“Coba pikir, kau baru beberapa kali dengannya secara langsung dan meminta sebuah penjelasan atas semua yang terjadi. Menurutku, akan terlihat konyol jika dia langs
Begitu jemputan mereka datang, ada kecanggungan di antara keduanya. Lunar masih tetap diam karena Konan yang banyak memojokkannya di perjalanan. Ia tak terima. Andai saja ia dapat membungkam mulut berisik Konan, sudah pasti ia lakukan. Sayangnya hal itu masih belum bisa ia lakukan. Perlu strategi yang lebih matang untuk menghadapi she-wolf arogan itu. Mungkin, saat belum dilahirkan dua jiwa mereka tertukar satu sama lain. Maksudnya antara Konan dan Davian. Davian bersikap lebih lembut dalam memperlakukannya.Tentu saja hal itu karena Davian mate dari Lunar. Memang apa lagi yang memengaruhi watah werewolf macam mereka?konan yang menyadari kecanggungan di antara mereka tak bisa lagi mencairkan suasana. Ia tahu, Lunar pasti tersinggung atas ucapannya. Namun, ia juga tak bisa untuk tidak meremehkan deltha itu. Tanpa sadar, Konan telah merasa tersaingi karena kehadiran Lunar. Perjalanan mereka ke tempat yang menjadi tujuan awal hanya berisi Lunar yang menunjukkan jalan. Ko
Lunar merasa ada yang tak beres di atmosfer sekelilingnya. Sesuatu yang begitu familiar ia rasakan, tetapi lupa apa itu. Dan begitu ia keluar dari cafe, ia menyadarinya. Ada aroma dari Sean yang terendus dan mulai pudar. Itu berarti, baru saja Sean melewati jalan ini.Lunar berlari secepat yang ia bisa. Ia harus menemukan Sean apa pun caranya karena ada hal yang harus ia bicarakan dengan he-wolf itu. Dengan gesit, ia menghindari tabrakan dengan manusia yang berjalan kaki sambil terus mengendus aroma yang Sean tinggalkan. Semakin dekat, semakin kuat. Ia yakin pasti Sean tidak sedang berlari.“Sean, ini aku, Lunar,” ucapnya. Memang tak terlalu keras, tapi untuk pendengaran serigala, itu cukup untuk jarak dua puluh meter.Sampai di persimpangan dan ada gang kecil, Lunar tertarik untuk memasukinya karena aroma Sean yang semakin menguat dari arah sana. Ia sudah tak berlari lagi dan hanya berjalan sambil menajamkan inderanya untuk berjaga-jaga, siapa tahu
“Aku mencarimu ke mana-mana. Dari mana saja kau!” bentak Konan. Lunar hanya mengernyitkan dahi saat tangan kirinya tiba-tiba ditarik. Ia yang semula tengah melamun karena memikirkan sikap Sean yang sedikit janggal kini kesal. Bukankah tadi Konan sudah ia minta untuk pergi dan she-wolf itu menyanggupinya?“Bukankah kau sudah pamit pergi? Aku sudah memintamu untuk tak mengikutiku lagi dan kau menyanggupinya. Apa kau membuntutiku?”Ups! Dituduh begitu, Konan tak bisa berkutik. Ia akui jika ia salah dan mengikuti Lunar secara diam-diam. Sayangnya ia kehilangan jejak Lunar di tengah jalan dan begitu ketemu, dia langsung lupa dengan apa yang seharusnya ia lakukan. Sekarang, tak ada gunanya ia minum ramuan itu jika pada akhirnya akan ketahuan seperti ini. Ah, sudah jatuh, tertimpa tangga, pula.“E-eh. Kumohon kali ini izinkan aku menginap di tempatmu, ya. Aku janji untuk mnjaga sikap, mulut, dan berkelakuan baik. Kau bisa memegang ucapanku