"Huaaaaaa!" teriak Bara Ang terperanjat hingga jatuh ke belakang.Ikan raksasa itu membuat sebuah lapisan sisik untuk mengurung Renggin Ang dan Bara Ang di dalam wilayahnya."Beraninya memasuki wilayahku! Kalian pikir aku akan membiarkan kalian pergi dengan mudah?" seru si ikan."Ka-kau ... bisa bi-ca-ra?" ucap Bara Ang terkejut.Renggin Ang tidak merasa heran karena dia sendiri pernah berbicara dengan roh hewan spiritualnya."Hei, Ikan bethik! Kami hanya mengambil sebotol air untuk menghilangkan dahaga di perjalanan. Tidak ada maksud mengganggumu. Lagipula, kami sunggu tidak tahu bahwa danau ini adalah wilayahmu," ujar Renggin Ang."Aku tidak peduli, kalian akan kujadikan sebagai makan malamku hari ini. Haha, sudah lama sekali aku tidak menyantap daging seorang kultivator."Bara Ang tetap berlari menjauh hingga menabrak dinding lapisan sisik yang di buat oleh sang ikan. "Sial! Benar-benar tidak bisa keluar dari sini," decaknya.Buuur!Ikan itu menyerang Renggin Ang dengan semburan air
Di Air Terjun Adem dekat Kediaman Keluarga Ang."Mengapa kau membawaku ke sini?" tanya Li Lin kepada Ampy Ang."Di sini udaranya sangat sejuk. Kita bisa fokus berlatih dengan udara yang segar ini.""Hanya itu? Aku yakin kau memiliki maksud lain.""Hmm ... sebenarnya aku melihat banyak orang dari akademi datang ke arah kita. Kau kan sedang menjadi buronan. Tidak peduli bagaimanapun keadaanmu, mereka akan menangkapmu demi sekarung berlian," ungkap Ampy Ang."Kau ... apakah kau bisa melihat dengan jarak tertentu? Kau seperti mengetahui segala sesuatu yang akan mendekatimu. Bahkan, kau bisa mencari dan menemukan kakakmu dengan mudah."Ampy Ang terdiam. Baru kali ini dia merasa, betapa ceroboh dirinya mengatakan sesuatu hal yang tidak perlu untuk dikatakan. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Ampy Ang setelah itu.Mungkin ini adalah rahasia terbesarnya. Pikir Li Lin. "Ah, maaf. Aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada siapapun," ujarnya."Terima kasih," ucap Ampy Ang den
Renggin Ang memberi nama si cacing berkumis itu Cai Cing."Cukup. Terima kasih atas waktu yang kalian berikan," ucap Renggin Ang kepada Ampy Ang dan Li Lin. Anak itu lebih memilih langsung terjang daripada membiarkan mereka berdua untuk bertahan lebih lama."Heh, padahal kau sendiri masih butuh waktu lebih lama untuk melakukan teknik regenerasi. Apa kau yakin bisa menompang tubuhmu setelah aku menguras habis energi spiritualmu?" tanya Cai Cing."Haha. Aku tak yakin, tapi aku akan berusaha," jawabnya meringis.Renggin Ang melangkahkan kakinya menghampiri ikan bethik raksasa dengan percaya diri."Bersiaplah ikan bau, ajalmu akan datang!" Renggin Ang menoleh ke arah Cai Cing, lalu menganggukkan kepalanya. "Naga langit penembus jantung!"Sang naga membelah diri menjadi seribu naga kecil. Kemudian mereka melesat cepat ke arah sang ikan.Syuuut syuuut syuuut!Ikan itu memperkuat pertahanan dengan menebalkan sisiknya. Sayangnya bagian kepala tidak tertutup sisik. Sehingga segrombolan naga la
Bara Ang merasa tertohok. Sakit, tapi tak berdarah. Dia menyadari dirinya di masa lalu memang sangatlah buruk. "Maaf." Pemuda itu tertunduk berucap lirih."Apa? Aku tidak dengar. Suaramu sungguh tak bertenaga," ucap Ampy Ang meletakan telapak tangannya di belakang daun telinga."Aku minta maaf," ujar Bara Ang sekali lagi."Huh." Renggin Ang menghembuskan napas kasar. Lalu dia mendekati Bara Ang, hingga jarak di antara mereka kurang lebih satu jengkal. "Jangan salah paham. Aku hanya ingin menebus kesalahan ibuku kepada Keluarga Ang."Kemudian, Renggin Ang menarik tangan Ampy Ang menjauh dari tenda. "Maaf, aku ada keperluan dengan adikku."Setelah cukup jauh dan tidak terlihat oleh teman-temannya, Renggin Ang mengeluarkan buku kuno yang selalu terselip di bajunya. "Karena kejadian kemaren, Ibu mengerahkan segala usahanya untuk menolongku," ungkapnya kepada Ampy Ang."Apa! Jadi, Ibu ...""Untuk sementara, Ibu beristirahat di dalam buku ini untuk memulihkan jiwanya agar tidak lenyap," ter
Duata Hun mengajari Renggin Ang sebuah teknik bernama lithongan. Teknik ini adalah teknik untuk menekan kekuatan, sehingga hanya tampak separuh kekuatannya saja.Renggin Ang berdiri posisi mengangkang. Selanjutnya, dia memutar kedua tangannya dari samping, lalu melingkar ke atas. Menyatukan telapak tangan yang satu dengan yang lain. Tangan mulai turun, hingga sejajar dengan dada. Kemudian dia merenggangkan kedua tangannya dan menghadapkan telapak tangan ke bawah. "Heaaaaaat!" Renggin Ang berteriak keras. Anak itu menekan kuat energi spiritualnya hingga ke bawah lutut.Apabila dia menggunakkan kekuatannya melampaui batas, yaitu lebih dari separuhnya. Maka, dia harus menekannya kembali dengan teknik lithongan."Teknik ini ..." Ampy Ang mengkerutkan dahinya. "Aku pernah melihat Kakak Shen melakukannya," gumam Ampy Ang.Kemudian, Ampy Ang bertanya kepada Kakek Leluhur, "Apakah itu hanya dimiliki oleh keluarga Hun, Kakek?""Benar, aku yang telah membuat teknik ini. Jika ada orang lain yan
"Hahaha. Bukankah kalian dari Sekte Modar di bawah naungan Tetua Kelima?" tawa Mu Sang memincingkan sebelah mata memandang rendah anggota Sekte Modar.Renggin Ang berjalan memegang bahu Ampy Ang. "Biarkan aku saja yang mengatasinya." Kemudian, anak itu melewati adiknya, maju ke hadapan para tetua hingga posisi berada di samping Mu Sang."Halo, Senior!" sapa Renggin Ang kepada Mu Sang. "Aku adalah ketua Sekte Modar dan juga termasuk murid kesayangan Nona An Ting, senang berkenalan dengan Anda." Dia meringis."Ckck. Murid kesayangan si babi, apa yang bisa dibanggakan?""Tentu saja aku bangga. Nona An adalah orang yang baik. Aku yakin suatu saat Anda akan jatuh hati padanya.""Pffft. Aku akan mencium kakimu jika itu sampai terjadi.""Akan kuingat janji Anda, Senior." Renggin Ang menoleh ke arah An Ting yang sedang bersama teman-temannya. Dia tersenyum dengan senyuman yang paling menawan.An Ting sendiri merasa aneh dengan tingkah laku Renggin Ang. "Apa yang sedang anak itu lakukan di sana
"Jaga mereka baik-baik! Itu satu-satunya cara untuk menebus kesalahanmu. Ketamakan, rasa iri, dan ambisi hanya akan membuatmu lupa diri. Lihatlah kedua anak itu (Renggin Ang dan Ampy Ang), mereka saling membahu untuk bertahan hidup. Karena ulah kalian, mereka tumbuh tanpa orang tua. Karena keegoisan dan keserakahan kalian, para keturunanku di generasi selanjutnya morat marit mencari perlindungan," tutur Duata Hun menceramahi Tetua Mo.Tetua Mo terus tertunduk, bahkan dia tak sanggup manatap wajah sang leluhur. Mulutnya terkunci rapat tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba buliran air yang berasal dari matanya terjun ke tanah. Dia benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu.Sang leluhur maju lebih dekat berdiri tegap di hadapan Tetua Mo. "Tegakkan kepalamu! Lihat aku!" perintahnya."Situasi macam apa ini?" gumam Renggin Ang. Dia berdiri berdampingan bersama Ampy Ang di belakang roh sang leluhur. Suasana yang sangat mengintimidasi membuat mereka diam dengan patuh.Seketika, Tetua Mo meneg
"Hahaha. Keluarga Ang memang keluarga yang paling miskin di Daerah Wahid. Tadi pagi, mereka kalah taruhan dan berhutang kepada Keluarga Sang senilai 20.000 keping emas," ungkap Sung Sang menyinggung Renggin Ang."Ups ... pantas saja kalian bersikeras menjalin hubungan baik dengan Keluarga Lin dan sialnya, sekarang Keluarga Lin sudah hancur tak bersisa. Ckck. Sia-sia," ucap Su Ling dengan nada mengejek.Ampy Ang menutup telinga Renggin Ang agar tidak mendengarkan ocehan mereka yang tak bermanfaat. "Kakak, sepertinya ada seseorang yang telah memberitahukan kedatangan kita ke sini kepada mereka," bisik gadis itu."Hah? Siapa?" jawab Renggin Ang berbisik."Kakak tertua. Dia berada di balik gapura itu," tunjuk Ampy Ang.Tiba-tiba, Sung Sang melompat hendak menendang kepala Renggin Ang. "Beraninya kalian mengabaikanku!"Hap!Renggin Ang menangkap kaki Sung Sang hanya dengan satu tangan. Matanya melotot. Kemudian anak itu memutar kaki Sung Sang dengan putaran yang cukup kuat, hingga tubuh Su