Di alam bawah sadar Renggin Ang.
"Siapa kau? Beraninya mengambil alih tubuhku!" ucap Renggin Ang menghampiri gumpalan roh yang tiba-tiba hadir dalam tubuhnya."Hahaha. Ragamu cukup bagus, meski baru mencapai tingkat pejuang, Bocah. Aku akan melenyapkan jiwamu dan mengambil alih raga ini!"Wuuush!Roh itu mengikat kuat jiwa Renggin Ang, hingga anak itu merasa kesakitan."Aaargh!"Beberapa kali roh pedang kayu berusaha untuk melenyapkan jiwa Renggin Ang, tapi gagal."Kekuatan mental anak ini cukup kuat, sangat sulit untuk bisa menghancurkan jiwanya," gumam roh pedang kayu.Sementara itu, di kenyataan Ampy Ang melihat kakaknya terdiam seperti patung sembari memegang pedang kayu. Kemudian, gadis kecil itu naik ke punggung Renggin Ang. Dia meletakan telapak tangan di kepala Renggin Ang dengan sedikit mencengkeram."Mata elang!"Patsss!Dengan menggunakan mata elang, terlihatlah apa yang sedang terjadi dalam diri Renggin Ang."Hey, Kakak bodoh! Padahal kau bisa menendang roh itu dengan mudah, kenapa kau diam saja! Apa kau ingin aku mati dibunuh roh pedang kayu yang lapuk itu?!" ucap Ampy Ang.Roh pedang kayu terkejut. Anak ini memiliki mata yang bagus. Pikirnya.Swuuuush!Bugh!Tiba-tiba Renggin Ang menghempaskan roh itu dengan kekuatan anginnya. Kemudian dia melayangkan beberapa pedang angin memutari roh pedang kayu itu."Yeah! Kakak keren!" sorak Ampy Ang."A-ampun." Roh itu berlutut di hadapan Renggin Ang. "Anak ini, suatu saat akan menjadi orang hebat. Orang yang memiliki kekuatan mental yang kuat, hanya bisa dihitung dengan jari. Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengannya," gumamnya."Tolong jangan bunuh aku, aku bersedia mengikutimu seumur hidup," lanjut roh pedang kayu tunduk."Mengikutiku? Keluar dari tubuhku sekarang!" perintah Renggin Ang.Seketika, roh itu kembali bersemayam ke dalam pedang kayu."Sampai kapan kamu mau menekan kepalaku terus begitu, Ampy Ang?" ucap Renggin Ang menaikan bola matanya ke atas."Ups."Hap!Gadis kecil itu turun dari punggung Renggin Ang. Kemudian, bolak balik mengamati pedang kayu yang digenggam kakaknya."Apa Kakak yakin dia akan patuh?" tanya Ampy Ang ragu."Jika dia tidak menurut, aku akan menaruh pedang lapuk ini di bawah kotoran kambing. Haha." Renggin Ang tertawa.Tanpa digerakkan oleh Renggin Ang, tiba-tiba pedang kayu bergetar. "Aku pasti akan menurut," ujar Roh pedang kayu."Pffft. Kau yang sudah tua dan lapuk ini, bisa-bisanya takut pada anak kecil seperti kami," ucap Ampy Ang kepada roh pedang kayu.Roh pedang kayu terdiam. Gadis kecil ini juga bukan gadis biasa. Sebenarnya, siapa mereka? Pikirnya.Kedua kakak beradik itu bermalam di dalam gua, hingga pagi tiba. Renggin Ang memutuskan untuk memberi nama roh pedang kayu itu 'Suluh'.Renggin Ang dan adiknya kembali melanjutkan perjalanan menuju Kediaman Ang. Setelah sampai tujuan, tampaknya kehadiran mereka sangat tidak diinginkan."Cih! Renggin Ang anak si sampah Seta Hun? Kau pikir aku peduli? Jika bukan karena anakku Meriy Ang pernah berjasa di keluarga ini, aku tidak akan mengizinkan mereka menginjakan kaki di keluarga ini!" ucap Piut Ang kepada seseorang yang melapor kedatangan Renggin Ang dan adiknya.Ampy Ang sudah menduga hal ini akan terjadi. Gadis kecil itu telah mendengar banyak cerita dari sang ibu tentang keluarganya."Kakak, ayo kita pergi menemui paman Kent ..." Tiba-tiba Ampy Ang merasa sesak. "Ugh.""Ampy!" Renggin Ang panik melihat adiknya tiba-tiba sesak napas. Wajah gadis kecil itu pucat.Renggin Ang memegang dahi dan wajah Ampy Ang terasa panas. Kemudian, dia menggendongnya mencari bantuan.Padahal berada di wilayah kekuasaan keluarga sendiri, tapi malah dikucilkan dan direndahkan.Seorang pemuda berlari, tanpa sengaja menabrak Renggin Ang.Brak!"Ah, sialan! Siapa yang berani menghalangi jalanku?!" bentak pemuda itu menoleh-noleh dan mendapati Renggin Ang terjatuh bersama adiknya.Pemuda itu adalah Bara Ang. Anak Sembar Ang, putra tertua keluarga Ang. Dia berusia 13 tahun."Hei, Itu Kakak Pertama!""Yeah! Kita berhasil mengejarnya."Datang dua bersaudara menghampiri Bara Ang. Mereka adalah Say Ang dan Tu Ang. Say Ang adalah putri pertama dari Tiy Ang. Umurnya dua tahun lebih muda dari Bara Ang. Tu Ang adalah adik Say Ang. Dia seumuran dengan dengan Renggin Ang.Di belakang, seorang anak kecil seumuran Ampy Ang mengejar-ngejar mereka. Dia adalah Beru Ang, anak dari Kent Ang, putra keempat keluarga Ang.Greb!Bara Ang mencengkeram kuat baju Renggin Ang. Lalu memukul wajahnya dengan kepalan tangan, hingga Renggin Ang terhempas."Sialan! Dari mana datangnya dua gembel ini?" tunjuk Bara Ang kesal. Dia mengibas-ngibaskan pakaiannya.Pakaian Renggin Ang terlihat compang-camping karena efek menyerap mutiara spiritual. Hal itu menyebabkan ia naik ke tahap selanjutnya yang mengakibatkan rasa terbakar, hingga bajunya pun ikut terbakar.Beru Ang tampak mengenali gadis kecil yang sedang tergeletak kesakitan. Dia segera kembali ke rumah untuk memanggil ayahnya."Hosh ... Hosh. Ayah!" serunya terengah-engah."Ada apa, Beru?" Kent Ang terburu-buru menemui sang buah hati, karena khawatir terjadi sesuatu padanya."Beru ... melihat Ampy sedang sekarat!""Apa! Di mana? Apakah dia bersama Renggin Ang?""Di dekat kediaman. Kak Renggin sedang ditindas Kakak Pertama.""Ayo! Tunjukan Ayah tempatnya!"Setelah mereka sampai, Kent Ang menyaksikan pertarungan yang cukup sengit antara Renggin Ang dan Bara Ang."Pedang angin!""Tangan batu!"Sebuah pedang angin berbenturan hebat dengan batu besar berbentuk kepalan tangan.BAAM!Ledakan hebat membuat mereka terpukul mundur. Bara Ang tidak melewatkan kesempatan ini untuk melanjutkan serangan. Dia bergerak cepat melompat ke arah Renggin Ang."Tapak batu!"Serangan kejutan Bara Ang membuat Renggin Ang gelagapan. Untung saja ada pamannya yang menangkis serangan itu tepat waktu."Cukup, Bara! Renggin Ang juga saudara kita," ujar Kent Ang."Saudara? Cih! Aku tak sudi!"Kemudian Bara Ang mengibaskan tangannya di samping telinga, mengisyaratkan kepada Say Ang dan Tu Ang untuk pergi meninggalkan mereka."Yo, orang dewasa sudah ikut campur. Kita tidak bisa bersenang-senang lagi di sini.""Cih!" Tu Ang bedecak kesal.Mereka pun pergi meninggalkan Renggin Ang."Paman, tolong Ampy," ucap Renggin Ang berlutut di hadapan Kent Ang.Kent Ang menggendong Ampy Ang dan membawa mereka ke rumah. Beru Ang memanggil Tabib Bil atas perintah ayahnya."Anak ini terkena racun," ucap Tabib Bil. "Maaf, aku tidak tahu pasti tentang racun ini.""Bu-ah A-ajw pe-na-war-nya," ujar Ampy Ang tersendat. Gadis kecil itu harus mengatur napasnya dengan sebaik mungkin agar bisa berbicara."Buah Ajw? Hmm, buah ini memang terkenal bisa menjadi penawar segala racun. Tapi, tumbuhan itu hanya akan tumbuh di dataran tinggi. Dan, tumbuhan ini tergolong tanaman langka. Jadi, mungkin akan sulit untuk menemukannya," jelas Tabib Bil."Aku akan pergi mencarinya di Pegunungan Cincing," ucap Renggin Ang. "Paman, bolehkah aku menitipkan Ampy untuk sementara di sini?""Tentu saja, Paman akan bantu menekan racunnya," balas Kent Ang tersenyum sembari membelai rambut Renggin Ang."Terima kasih. Aku tahu, Paman pasti bertanya-tanya apa yang terjadi pada kami, dan bagaimana kami bisa sampai di sini, kan? Aku akan menjelaskannya setelah mendapatkan buah itu.""Berhati-hatilah. Di Pegunungan Cincing, juga ada beberapa hewan dengan keganasan tingkat tinggi. Paman akan menunggumu. Kau harus kembali dengan selamat.""Pasti!" Renggin Ang mengepalkan tangannya di depan untuk memantapkan diri."Kakak, bawalah ini." Beru Ang menyodorkan sebuah buntalan berisi makanan. "Ibuku telah menyiapkannya untukmu.""Ah, sampaikan rasa terima kasihku kepada Bibi Bai."Kemudian, Renggin Ang segera pergi dengan membawa pedang kayu dan buku kuno misterius yang ia selipkan di dalam bajunya.Dapatkah Renggin Ang menemukan buah itu di Pegunungan Cincing?Dalam perjalanan menuju Pegunungan Cincing, Renggin Ang melewati sebuah pasar yang masih termasuk daerah kekuasaan keluarga Ang. Anak itu berpapasan dengan Bara Ang."Lihat, Kak Bara! Dia anak yang tadi, kan?" tanya Tu Ang."Heh, benar. Itu dia."Bara Ang menghampiri Renggin Ang dan mendorongnya hingga terjatuh."Hey, sialan! Enam bulan lagi akan ada kompetisi keluarga. Jika kau bernyali, ikuti kompeisi ini dan saat itu, akan menjadi hari kematianmu!" seru Bara Ang."Haha. Dia tidak akan bisa mengikuti kompetisi. Yang bisa mengikuti kompetisi minimal harus berada di tingkat pejuang tahap kelima. Aku tidak yakin, dia bisa menembus tiga tahap dalam waktu enam bulan," ujar Say Ang.Mereka berjalan melewati Renggin Ang sambil mencibir."Cih! Sombong sekali!" decit Suluh, si roh pedang kayu. "Jika kau mau, aku bisa merasuki tubuh mereka dan menghancurkan kultivasinya.""Tidak perlu. Apapun yang mereka katakan, yang terpenting saat ini adalah aku harus segera menemukan obat penawar untuk Am
Di kala Renggin Ang sudah mencapai batasnya, tiba-tiba muncul sosok bayangan Meriy Ang di hadapannya."Ibu," ucap anak itu lirih. Remang-remang, dia melihat ibunya melawan sang ular dan pada akhirnya tak sadarkan diri.Kekuatan dahsyat milik wanita itu membuat monster ular kesulitan. Hal itu membuat lilitan badannya pada tubuh Renggin Ang merenggang."Lepaskan anak itu!" ucap Meriy Ang kepada monster ular. "Aku akan membiarkanmu pergi, jika kau melepaskan anak itu sekarang.""Ssshh."Tanpa pikir panjang, ular itu pun melepaskan Renggin Ang dan pergi.Meriy Ang mendekat melihat kondisi tubuh Renggin Ang. Matanya sayu ketika mendapati tubuh Renggin Ang penuh darah. Kemudian, dia menyalurkan energi spiritualnya untuk mempercepat penyembuhan. Setelah wanita itu menghabiskan seluruh energinya, dia kembali beristirahat ke dalam buku kuno untuk memulihkan diri...."Ugh, gelap."Renggin Ang terbangun saat hari tengah malam. Dia beberapa kali mengucek matanya, mengira dirinya telah mati."Apak
Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya."Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang."Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi. "Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang.""Ah, ternyata begitu."Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan."Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul."Aaaaargh!"Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggi
Ampy Ang membawa Renggin Ang mendekati sebuah jurang. Mereka menjumpai tiga orang dewasa sedang tertawa puas."Ssst," bisik Ampy Ang, meletakan telunjuknya di depan bibir.Kakak beradik itu bersembunyi di balik gundukan tanah yang menggunung sembari mengintai. Ampy Ang mengetahui, tiga orang dewasa itu telah membuang seseorang ke jurang. Anak itu belum jatuh, dia menggenggam kuat akar pohon yang terjulur di tebing."Ada apa dengan tiga orang dewasa itu?" tanya Renggin Ang kepada Ampy Ang."Mereka melempar seseorang ke jurang.""Apa?!""Ssst. Tunggu mereka pergi. Anak itu masih bisa bertahan lebih lama.""Anak itu? Orang yang mereka lempar?"Si gadis kecil mengangguk. Sembari menunggu ketiga orang itu pergi, Ampy Ang mengambil beberapa pelepah pisang. Kemudian, dengan cepat dia menganyamnya menjadi tali, sedangkan Renggin Ang hanya terbengong melihat keterampilan adiknya.Setelah ketiga orang dewasa itu pergi, Ampy Ang bergegas ke tepi jurang dan melemparkan tali pelepah pisang."Hei!
Keluarga Lin merupakan satu-satunya keluarga yang memiliki harta melimpah di Daerah Wahid. Di pesisir pantai Laut Pelangi, terdapat gua karang yang di dalamnya banyak ditemukan berlian. Itu sebabnya banyak kelompok yang menginginkan wilayah kekuasaan Keluarga Lin.Namun, pertahanan Keluarga Lin cukup kuat. Mereka tidak goyah hanya dengan beberapa serangan. Akan tetapi, tentu saja hati mereka tidak luput dari rasa khawatir. Rasa cemas yang terus menghantui, membuat Bersa Lin terus mengingatkan kepada anaknya semata wayang."Jika suatu saat Keluarga Lin berada di ambang kehancuran, kau harus menjadi salah satu yang selamat diantara kami apapun yang terjadi," ucap lelaki paruh baya itu kepada Li Lin.Adu kekayaan yang sengit, selalu dimenangkan oleh Keluarga Lin dalam pelelangan. Hal itu menyebabkan keluarga lain semakin iri kepada mereka."Barang lelang selanjutnya adalah tungku perunggu," ujar si pelelang.Sebuah tungku tua dan lusuh dengan ukiran unik di setiap sisinya. Tungku itu men
Monster kampret adalah seekor kelelawar besar. Kepakkan sayapnya, dalam jarak dekat dapat membuat lima puluh orang dewasa terhempas dengan mudah.Whuuuus!Tenda-tenda yang didirikan oleh rombongan Keluarga Lin terombang-ambing dengan arus angin yang dahsyat."Kakak, cepat bangun!" seru Ampy Ang menggoyang-goyangkan tubuh Renggin Ang.Namun, lelahnya perjalanan membuat Renggin Ang tertidur sangat pulas. Dia sama sekali tidak menanggapi seruan adiknya."Kakaaaaak!" Sekali lagi Ampy Ang berteriak di dekat telinga Renggin Ang dengan suara yang menggelegar.Renggin Ang terperanjat. Dia membelalakan matanya seperti orang linglung.Di depan tenda, mulai terdengar suara gaduh pertempuran. Tampaknya rombongan Keluarga Lin terbangun akibat goncangan angin."Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Li Lin membuka tenda kecil tempat Renggin Ang dan Ampy Ang berada."Tidak, Kakakku sedang kumat. Butuh proses untuk menata otaknya sampai dia benar-benar sadar." Ampy Ang berjalan keluar tenda meninggal
"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi
Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta