Share

3. Roh pedang kayu

Di alam bawah sadar Renggin Ang.

"Siapa kau? Beraninya mengambil alih tubuhku!" ucap Renggin Ang menghampiri gumpalan roh yang tiba-tiba hadir dalam tubuhnya.

"Hahaha. Ragamu cukup bagus, meski baru mencapai tingkat pejuang, Bocah. Aku akan melenyapkan jiwamu dan mengambil alih raga ini!"

Wuuush!

Roh itu mengikat kuat jiwa Renggin Ang, hingga anak itu merasa kesakitan.

"Aaargh!"

Beberapa kali roh pedang kayu berusaha untuk melenyapkan jiwa Renggin Ang, tapi gagal.

"Kekuatan mental anak ini cukup kuat, sangat sulit untuk bisa menghancurkan jiwanya," gumam roh pedang kayu.

Sementara itu, di kenyataan Ampy Ang melihat kakaknya terdiam seperti patung sembari memegang pedang kayu. Kemudian, gadis kecil itu naik ke punggung Renggin Ang. Dia meletakan telapak tangan di kepala Renggin Ang dengan sedikit mencengkeram.

"Mata elang!"

Patsss!

Dengan menggunakan mata elang, terlihatlah apa yang sedang terjadi dalam diri Renggin Ang.

"Hey, Kakak bodoh! Padahal kau bisa menendang roh itu dengan mudah, kenapa kau diam saja! Apa kau ingin aku mati dibunuh roh pedang kayu yang lapuk itu?!" ucap Ampy Ang.

Roh pedang kayu terkejut. Anak ini memiliki mata yang bagus. Pikirnya.

Swuuuush!

Bugh!

Tiba-tiba Renggin Ang menghempaskan roh itu dengan kekuatan anginnya. Kemudian dia melayangkan beberapa pedang angin memutari roh pedang kayu itu.

"Yeah! Kakak keren!" sorak Ampy Ang.

"A-ampun." Roh itu berlutut di hadapan Renggin Ang. "Anak ini, suatu saat akan menjadi orang hebat. Orang yang memiliki kekuatan mental yang kuat, hanya bisa dihitung dengan jari. Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengannya," gumamnya.

"Tolong jangan bunuh aku, aku bersedia mengikutimu seumur hidup," lanjut roh pedang kayu tunduk.

"Mengikutiku? Keluar dari tubuhku sekarang!" perintah Renggin Ang.

Seketika, roh itu kembali bersemayam ke dalam pedang kayu.

"Sampai kapan kamu mau menekan kepalaku terus begitu, Ampy Ang?" ucap Renggin Ang menaikan bola matanya ke atas.

"Ups."

Hap!

Gadis kecil itu turun dari punggung Renggin Ang. Kemudian, bolak balik mengamati pedang kayu yang digenggam kakaknya.

"Apa Kakak yakin dia akan patuh?" tanya Ampy Ang ragu.

"Jika dia tidak menurut, aku akan menaruh pedang lapuk ini di bawah kotoran kambing. Haha." Renggin Ang tertawa.

Tanpa digerakkan oleh Renggin Ang, tiba-tiba pedang kayu bergetar. "Aku pasti akan menurut," ujar Roh pedang kayu.

"Pffft. Kau yang sudah tua dan lapuk ini, bisa-bisanya takut pada anak kecil seperti kami," ucap Ampy Ang kepada roh pedang kayu.

Roh pedang kayu terdiam. Gadis kecil ini juga bukan gadis biasa. Sebenarnya, siapa mereka? Pikirnya.

Kedua kakak beradik itu bermalam di dalam gua, hingga pagi tiba. Renggin Ang memutuskan untuk memberi nama roh pedang kayu itu 'Suluh'.

Renggin Ang dan adiknya kembali melanjutkan perjalanan menuju Kediaman Ang. Setelah sampai tujuan, tampaknya kehadiran mereka sangat tidak diinginkan.

"Cih! Renggin Ang anak si sampah Seta Hun? Kau pikir aku peduli? Jika bukan karena anakku Meriy Ang pernah berjasa di keluarga ini, aku tidak akan mengizinkan mereka menginjakan kaki di keluarga ini!" ucap Piut Ang kepada seseorang yang melapor kedatangan Renggin Ang dan adiknya.

Ampy Ang sudah menduga hal ini akan terjadi. Gadis kecil itu telah mendengar banyak cerita dari sang ibu tentang keluarganya.

"Kakak, ayo kita pergi menemui paman Kent ..." Tiba-tiba Ampy Ang merasa sesak. "Ugh."

"Ampy!" Renggin Ang panik melihat adiknya tiba-tiba sesak napas. Wajah gadis kecil itu pucat.

Renggin Ang memegang dahi dan wajah Ampy Ang terasa panas. Kemudian, dia menggendongnya mencari bantuan.

Padahal berada di wilayah kekuasaan keluarga sendiri, tapi malah dikucilkan dan direndahkan.

Seorang pemuda berlari, tanpa sengaja menabrak Renggin Ang.

Brak!

"Ah, sialan! Siapa yang berani menghalangi jalanku?!" bentak pemuda itu menoleh-noleh dan mendapati Renggin Ang terjatuh bersama adiknya.

Pemuda itu adalah Bara Ang. Anak Sembar Ang, putra tertua keluarga Ang. Dia berusia 13 tahun.

"Hei, Itu Kakak Pertama!"

"Yeah! Kita berhasil mengejarnya."

Datang dua bersaudara menghampiri Bara Ang. Mereka adalah Say Ang dan Tu Ang. Say Ang adalah putri pertama dari Tiy Ang. Umurnya dua tahun lebih muda dari Bara Ang. Tu Ang adalah adik Say Ang. Dia seumuran dengan dengan Renggin Ang.

Di belakang, seorang anak kecil seumuran Ampy Ang mengejar-ngejar mereka. Dia adalah Beru Ang, anak dari Kent Ang, putra keempat keluarga Ang.

Greb!

Bara Ang mencengkeram kuat baju Renggin Ang. Lalu memukul wajahnya dengan kepalan tangan, hingga Renggin Ang terhempas.

"Sialan! Dari mana datangnya dua gembel ini?" tunjuk Bara Ang kesal. Dia mengibas-ngibaskan pakaiannya.

Pakaian Renggin Ang terlihat compang-camping karena efek menyerap mutiara spiritual. Hal itu menyebabkan ia naik ke tahap selanjutnya yang mengakibatkan rasa terbakar, hingga bajunya pun ikut terbakar.

Beru Ang tampak mengenali gadis kecil yang sedang tergeletak kesakitan. Dia segera kembali ke rumah untuk memanggil ayahnya.

"Hosh ... Hosh. Ayah!" serunya terengah-engah.

"Ada apa, Beru?" Kent Ang terburu-buru menemui sang buah hati, karena khawatir terjadi sesuatu padanya.

"Beru ... melihat Ampy sedang sekarat!"

"Apa! Di mana? Apakah dia bersama Renggin Ang?"

"Di dekat kediaman. Kak Renggin sedang ditindas Kakak Pertama."

"Ayo! Tunjukan Ayah tempatnya!"

Setelah mereka sampai, Kent Ang menyaksikan pertarungan yang cukup sengit antara Renggin Ang dan Bara Ang.

"Pedang angin!"

"Tangan batu!"

Sebuah pedang angin berbenturan hebat dengan batu besar berbentuk kepalan tangan.

BAAM!

Ledakan hebat membuat mereka terpukul mundur. Bara Ang tidak melewatkan kesempatan ini untuk melanjutkan serangan. Dia bergerak cepat melompat ke arah Renggin Ang.

"Tapak batu!"

Serangan kejutan Bara Ang membuat Renggin Ang gelagapan. Untung saja ada pamannya yang menangkis serangan itu tepat waktu.

"Cukup, Bara! Renggin Ang juga saudara kita," ujar Kent Ang.

"Saudara? Cih! Aku tak sudi!"

Kemudian Bara Ang mengibaskan tangannya di samping telinga, mengisyaratkan kepada Say Ang dan Tu Ang untuk pergi meninggalkan mereka.

"Yo, orang dewasa sudah ikut campur. Kita tidak bisa bersenang-senang lagi di sini."

"Cih!" Tu Ang bedecak kesal.

Mereka pun pergi meninggalkan Renggin Ang.

"Paman, tolong Ampy," ucap Renggin Ang berlutut di hadapan Kent Ang.

Kent Ang menggendong Ampy Ang dan membawa mereka ke rumah. Beru Ang memanggil Tabib Bil atas perintah ayahnya.

"Anak ini terkena racun," ucap Tabib Bil. "Maaf, aku tidak tahu pasti tentang racun ini."

"Bu-ah A-ajw pe-na-war-nya," ujar Ampy Ang tersendat. Gadis kecil itu harus mengatur napasnya dengan sebaik mungkin agar bisa berbicara.

"Buah Ajw? Hmm, buah ini memang terkenal bisa menjadi penawar segala racun. Tapi, tumbuhan itu hanya akan tumbuh di dataran tinggi. Dan, tumbuhan ini tergolong tanaman langka. Jadi, mungkin akan sulit untuk menemukannya," jelas Tabib Bil.

"Aku akan pergi mencarinya di Pegunungan Cincing," ucap Renggin Ang. "Paman, bolehkah aku menitipkan Ampy untuk sementara di sini?"

"Tentu saja, Paman akan bantu menekan racunnya," balas Kent Ang tersenyum sembari membelai rambut Renggin Ang.

"Terima kasih. Aku tahu, Paman pasti bertanya-tanya apa yang terjadi pada kami, dan bagaimana kami bisa sampai di sini, kan? Aku akan menjelaskannya setelah mendapatkan buah itu."

"Berhati-hatilah. Di Pegunungan Cincing, juga ada beberapa hewan dengan keganasan tingkat tinggi. Paman akan menunggumu. Kau harus kembali dengan selamat."

"Pasti!" Renggin Ang mengepalkan tangannya di depan untuk memantapkan diri.

"Kakak, bawalah ini." Beru Ang menyodorkan sebuah buntalan berisi makanan. "Ibuku telah menyiapkannya untukmu."

"Ah, sampaikan rasa terima kasihku kepada Bibi Bai."

Kemudian, Renggin Ang segera pergi dengan membawa pedang kayu dan buku kuno misterius yang ia selipkan di dalam bajunya.

Dapatkah Renggin Ang menemukan buah itu di Pegunungan Cincing?

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Donat Mblondo
terima kasih sudah berkunjung
goodnovel comment avatar
Donat Mblondo
aman... terima kasih sudah berkunjung
goodnovel comment avatar
Vhandhiny Lughya Stavina
nama tokohnya bikin ngakak, rengginang, Ampyang, meriyang, tp jangan ada kasih nama kut ang ya thorr......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status