Di sebuah dunia kultivator, terdapat tujuh dataran benua Yaitu Me, Ji, Ku, Hi, Bi, Ni dan Yu. Dataran Benua Me terbagi menjadi enam daerah yaitu Wahid, Itsnen, Tsalasa, Arba', Khomsa, dan Sitta.
Daerah Wahid terpecah menjadi enam kekuasaan yang masing-masing dipimpin oleh keluarga ternama. Mereka adalah Ci, Lin, Ling, Sang, Ju, dan Ang. Dengan wilayah kekuasaan Keluarga Ci sebagai pusat kota.Seorang kultivator terbagi menjadi tujuh tingkatan, yaitu:1. Pejuang2. Pendekar3. Prajurit4. Kesatria5. Jendral6. Master7. LegendAdapun hewan, terbagi menjadi tiga tingkat keganasannya, yaitu:1. Rendah2. Menengah3. TinggiMasing-masing tingkatan harus melalui sembilan tahap untuk naik ke tingkatan selanjutnya.Setiap kultivator, memiliki tujuh titik meridian yang tertutup. Apabila seseorang bisa membuka satu titik meridian, dia akan naik ke tingkatan selanjutnya.Ada juga yang namanya kekuatan mental. Kekuatan ini adalah kekuatan alam bawah sadar seorang kultivator. Semakin kuat kekuatan mentalnya, maka raganya tidak akan mudah dikuasai oleh jiwa pendatang yang merasuki dirinya...."Kakak, AWAAAAS!"Wuuuush!Jaring laba-laba melesat ke arah mereka, dan mereka pun terjerat.Hrrrrrrr!Monster laba-laba itu mendekati Renggin Ang dan adiknya. Air liurnya menetes siap untuk melahap mereka."Huwaaaaaa! Ampy, bagaimana ini? Matilah kita!" teriak Renggin Ang ketakutan."Dasar tidak berguna! Cepat, lakukan sesuatu!" cela Ampy Ang. Sebenarnya dia tidak bermaksud mengejek kakaknya. Namun, mau tidak mau gadis kecil itu harus mengatakan kalimat kasar untuk membangkitkan semangat sang kakak."Apa kau bilang?! Heh, lihat saja! Dalam sekejap, aku akan mencabik-cabik laba-laba itu!" tunjuknya."Bagus, itu baru Kakakku."Tanpa mereka sadari, monster itu sudah berada di hadapan mereka. Laba-laba itu membuka lebar mulutnya, siap menelan mereka hidup-hidup."Wadaw!" Renggin Ang terperanjat.Dia segera membebaskan diri dari jaring laba-laba yang menjeratnya. Anak itu menurunkan Ampy Ang dari punggungnya."Ampy, bantu Kakak cari titik lemah laba-laba ini!" Renggin menebas jaring laba-laba dengan tebasan angin, lalu dia nekat masuk ke mulut laba-laba itu."Bodoh! Kenapa Kakak malah dengan senang hati menjadi santapannya?!" teriak Ampy Ang kesal. "Huh!" Dia mendengus.Gadis kecil itu sempat terciprat kelenjar racun sang laba-laba. Dia pernah mendengar penjelasan dari ibunya, bahwa racun kelenjar monster laba-laba akan bereaksi setengah hari setelah terkena racun.Ampy Ang menggunakan jurus mata elang untuk mencari titik lemah sang laba-laba. Seketika, matanya berkilau memancarkan cahaya kuning.Sementara itu, Renggin Ang yang berada di dalam perut laba-laba, kebingungan kocar-kacir menghindari asam lambung yang terus meluap."Tidaaak! Jangan telan aku! Aaaaaa!"Dalam keadaan terdesak Renggin Ang mengeluarkan jurus pedang angin. Ternyata, jurus ini mampu menjebol punggung sang monster."Wah, hebat! Aku tidak menyangka jurusku sekuat ini," ucap Renggin Ang melompat keluar.Akan tetapi, monster itu belum mati. Justru dia semakin menggila. Laba-laba itu melirik ke arah Renggin Ang. Anak itu tersadar dan berlari tanpa arah.Syuuut! Syuuut!Monster itu menutup pintu gua dan mengikat Renggin Ang dengan jaringnya. Renggin Ang terbungkus jaring seperti kepompong."Aaaaaaargh! Laba-laba sialan, menjauhlah dariku!" Jaring itu mengikat kuat Renggin Ang sampai terasa sesak. Dia terus menggeliat seperti ulat.Ketika monster itu semakin dekat, Renggin Ang bangun melompat-lompat kabur dari kejarannya."Waaaaaa!""Ketemu!" ucap Ampy Ang tiba-tiba. "Ampy sudah menemukan titik lemahnya.""Cepat katakan, sebelum monster ini menyantapku!""Matanya! Tusuk kedua bola matanya!""Tebasan angin!" Renggin Ang mencabik-cabik jaring yang menyelimuti dirinya.Kemudian, dia berbalik arah menghadapi monster itu."Pedang angin!" Seketika angin berkumpul membentuk dua buah pedang melayang di atas kedua tangannya"Heaaaat!"Whuuuuuus!Renggin Ang melesatkan pedang angin itu ke arah mata sang laba-laba.Monster laba-laba itu menghalaunya dengan jaring. Akan tetapi, pedang angin milik Renggin Ang dapat menembusnya dengan mudah.Sleb!Pedang angin itu berhasil mendarat di kedua bola mata sang laba-laba.Hrrrrrrrrr!Monster itu pun tumbang."Heh! Kamu lihat kehebatan Kakak, kan," ucap Renggin Ang bangga. Dia menggosok-gosokan telunjuknya di bawah lubang hidung."Kakak memang hebat, tapi bodoh!" ketus Ampy Ang."Aiiih! Apakah kau benar-benar adikku?" Renggin Ang meremas-remas pipi mungil Ampy Ang. Namun, gadis kecil itu hanya diam dengan tatapan dingin.Tiba-tiba bangkai sang monster berubah menjadi sebutir mutiara berwarna hitam pekat."Apa itu?" tunjuk Renggin Ang.Ampy Ang mengambil mutiara itu. "Ini ... mutiara spiritual tingkat rendah," ujarnya."Mutiara spiritual? Bagaimana kamu bisa tau?""Ibu bilang, semakin cerah warna mutiara yang dihasilkan dari berburu hewan, maka semakin tinggi kualitasnya."Renggin Ang melompong. Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi kesal. "Kenapa ibu tidak mengajarkannya padaku?""Tentu saja karena Kakak bodoh! Haha.""Berhenti mengataiku bodoh!" Renggin Ang menarik hidung adiknya."Aaagh. Iya ... iya. Itu karena Kakak terlalu fokus berlatih fisik dengan ayah. Kakak juga tidak pernah membaca buku lain selain kitab bela diri. Terlalu meremehkan ilmu alam."Renggin Ang terdiam dan mengangguk. "Lalu, apa yang harus Kakak lakukan dengan mutiara ini?""Mutiara itu sangat cocok untuk seorang kultivator tingkat pejuang seperti Kakak. Kakak bisa menyerapnya untuk mempercepat naik ke tahap selanjutnya," jelas Ampy Ang.Renggin Ang duduk bersila bersiap untuk menyerapnya. Mutiara itu melayang di hadapan Renggin Ang, lalu terpacah menjadi serbuk hitam. Kemudian, anak itu menghirupnya.Seketika, muncul hawa panas dalam tubuhnya. Dia bertahan dengan memejamkan mata."Aaaargh!"Tubuhnya merasa terbakar. Ini bukan pertama kali baginya. Namun, tetap saja menyakitkan. Dahulu ada sang ayah yang membantunya menetralkan suhu tubuh. Kini, dia harus berusaha sendiri untuk mengatasi situasi sekarang."Ugh, aku pasti bisa," gumam Renggin Ang mulai terdesak.Tiba-tiba ...Byuuuur!Renggin Ang merasakan badannya basah kuyup."Ampy Aaaaaang!" teriaknya membelalakan mata."Badan Kakak terlihat berasap-asap dan kebetulan aku menemukan sumber air di gua ini. Jadi, aku menyiramkannya tanpa pikir panjang. Xixi.""Wah, kamu menghawatirkan Kakak, ya." Renggin Ang nyengir."Tidak tuh." Ampy Ang berpaling menyembunyikan wajahnya. "Jika Kakak gagal berkultivasi, maka tidak akan ada yang selamat diantara kita. Esok hari, racun ini sudah mulai bereaksi," gumamnya.Badan Renggin Ang tampak lebih bugar dari sebelumnya. Ternyata dia berhasil menembus tingkat pejuang tahap kedua."Ah, tadi Ampy menemukan sebuah pedang kayu. Anehnya, pedang itu menancap di sebuah batu besar," ujar Ampy mengkerutkan dahi."Bagaimana mungkin sebatang kayu bisa menancap di batu?"Gadis kecil itu membawa Renggin Ang untuk melihat pedang yang menancap di batu besar. Saat Renggin Ang hendak menyentuhnya, tiba-tiba Ampy Ang melihat cahaya biru pada pedang itu."Tunggu, Kakak!"Sayangnya Ampy Ang gagal mencegah kakaknya. Gadis kecil itu merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada Renggin Ang.Renggin Ang mencabut pedang itu dengan sangat mudah. Kemudian dia berbalik dengan tatapan kosong memancarkan cahaya biru.Apa yang terjadi pada Kakak? Batin Ampy Ang sedikit cemas.Di alam bawah sadar Renggin Ang. "Siapa kau? Beraninya mengambil alih tubuhku!" ucap Renggin Ang menghampiri gumpalan roh yang tiba-tiba hadir dalam tubuhnya."Hahaha. Ragamu cukup bagus, meski baru mencapai tingkat pejuang, Bocah. Aku akan melenyapkan jiwamu dan mengambil alih raga ini!"Wuuush!Roh itu mengikat kuat jiwa Renggin Ang, hingga anak itu merasa kesakitan."Aaargh!"Beberapa kali roh pedang kayu berusaha untuk melenyapkan jiwa Renggin Ang, tapi gagal."Kekuatan mental anak ini cukup kuat, sangat sulit untuk bisa menghancurkan jiwanya," gumam roh pedang kayu.Sementara itu, di kenyataan Ampy Ang melihat kakaknya terdiam seperti patung sembari memegang pedang kayu. Kemudian, gadis kecil itu naik ke punggung Renggin Ang. Dia meletakan telapak tangan di kepala Renggin Ang dengan sedikit mencengkeram."Mata elang!"Patsss!Dengan menggunakan mata elang, terlihatlah apa yang sedang terjadi dalam diri Renggin Ang."Hey, Kakak bodoh! Padahal kau bisa menendang roh itu dengan mud
Dalam perjalanan menuju Pegunungan Cincing, Renggin Ang melewati sebuah pasar yang masih termasuk daerah kekuasaan keluarga Ang. Anak itu berpapasan dengan Bara Ang."Lihat, Kak Bara! Dia anak yang tadi, kan?" tanya Tu Ang."Heh, benar. Itu dia."Bara Ang menghampiri Renggin Ang dan mendorongnya hingga terjatuh."Hey, sialan! Enam bulan lagi akan ada kompetisi keluarga. Jika kau bernyali, ikuti kompeisi ini dan saat itu, akan menjadi hari kematianmu!" seru Bara Ang."Haha. Dia tidak akan bisa mengikuti kompetisi. Yang bisa mengikuti kompetisi minimal harus berada di tingkat pejuang tahap kelima. Aku tidak yakin, dia bisa menembus tiga tahap dalam waktu enam bulan," ujar Say Ang.Mereka berjalan melewati Renggin Ang sambil mencibir."Cih! Sombong sekali!" decit Suluh, si roh pedang kayu. "Jika kau mau, aku bisa merasuki tubuh mereka dan menghancurkan kultivasinya.""Tidak perlu. Apapun yang mereka katakan, yang terpenting saat ini adalah aku harus segera menemukan obat penawar untuk Am
Di kala Renggin Ang sudah mencapai batasnya, tiba-tiba muncul sosok bayangan Meriy Ang di hadapannya."Ibu," ucap anak itu lirih. Remang-remang, dia melihat ibunya melawan sang ular dan pada akhirnya tak sadarkan diri.Kekuatan dahsyat milik wanita itu membuat monster ular kesulitan. Hal itu membuat lilitan badannya pada tubuh Renggin Ang merenggang."Lepaskan anak itu!" ucap Meriy Ang kepada monster ular. "Aku akan membiarkanmu pergi, jika kau melepaskan anak itu sekarang.""Ssshh."Tanpa pikir panjang, ular itu pun melepaskan Renggin Ang dan pergi.Meriy Ang mendekat melihat kondisi tubuh Renggin Ang. Matanya sayu ketika mendapati tubuh Renggin Ang penuh darah. Kemudian, dia menyalurkan energi spiritualnya untuk mempercepat penyembuhan. Setelah wanita itu menghabiskan seluruh energinya, dia kembali beristirahat ke dalam buku kuno untuk memulihkan diri...."Ugh, gelap."Renggin Ang terbangun saat hari tengah malam. Dia beberapa kali mengucek matanya, mengira dirinya telah mati."Apak
Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya."Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang."Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi. "Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang.""Ah, ternyata begitu."Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan."Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul."Aaaaargh!"Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggi
Ampy Ang membawa Renggin Ang mendekati sebuah jurang. Mereka menjumpai tiga orang dewasa sedang tertawa puas."Ssst," bisik Ampy Ang, meletakan telunjuknya di depan bibir.Kakak beradik itu bersembunyi di balik gundukan tanah yang menggunung sembari mengintai. Ampy Ang mengetahui, tiga orang dewasa itu telah membuang seseorang ke jurang. Anak itu belum jatuh, dia menggenggam kuat akar pohon yang terjulur di tebing."Ada apa dengan tiga orang dewasa itu?" tanya Renggin Ang kepada Ampy Ang."Mereka melempar seseorang ke jurang.""Apa?!""Ssst. Tunggu mereka pergi. Anak itu masih bisa bertahan lebih lama.""Anak itu? Orang yang mereka lempar?"Si gadis kecil mengangguk. Sembari menunggu ketiga orang itu pergi, Ampy Ang mengambil beberapa pelepah pisang. Kemudian, dengan cepat dia menganyamnya menjadi tali, sedangkan Renggin Ang hanya terbengong melihat keterampilan adiknya.Setelah ketiga orang dewasa itu pergi, Ampy Ang bergegas ke tepi jurang dan melemparkan tali pelepah pisang."Hei!
Keluarga Lin merupakan satu-satunya keluarga yang memiliki harta melimpah di Daerah Wahid. Di pesisir pantai Laut Pelangi, terdapat gua karang yang di dalamnya banyak ditemukan berlian. Itu sebabnya banyak kelompok yang menginginkan wilayah kekuasaan Keluarga Lin.Namun, pertahanan Keluarga Lin cukup kuat. Mereka tidak goyah hanya dengan beberapa serangan. Akan tetapi, tentu saja hati mereka tidak luput dari rasa khawatir. Rasa cemas yang terus menghantui, membuat Bersa Lin terus mengingatkan kepada anaknya semata wayang."Jika suatu saat Keluarga Lin berada di ambang kehancuran, kau harus menjadi salah satu yang selamat diantara kami apapun yang terjadi," ucap lelaki paruh baya itu kepada Li Lin.Adu kekayaan yang sengit, selalu dimenangkan oleh Keluarga Lin dalam pelelangan. Hal itu menyebabkan keluarga lain semakin iri kepada mereka."Barang lelang selanjutnya adalah tungku perunggu," ujar si pelelang.Sebuah tungku tua dan lusuh dengan ukiran unik di setiap sisinya. Tungku itu men
Monster kampret adalah seekor kelelawar besar. Kepakkan sayapnya, dalam jarak dekat dapat membuat lima puluh orang dewasa terhempas dengan mudah.Whuuuus!Tenda-tenda yang didirikan oleh rombongan Keluarga Lin terombang-ambing dengan arus angin yang dahsyat."Kakak, cepat bangun!" seru Ampy Ang menggoyang-goyangkan tubuh Renggin Ang.Namun, lelahnya perjalanan membuat Renggin Ang tertidur sangat pulas. Dia sama sekali tidak menanggapi seruan adiknya."Kakaaaaak!" Sekali lagi Ampy Ang berteriak di dekat telinga Renggin Ang dengan suara yang menggelegar.Renggin Ang terperanjat. Dia membelalakan matanya seperti orang linglung.Di depan tenda, mulai terdengar suara gaduh pertempuran. Tampaknya rombongan Keluarga Lin terbangun akibat goncangan angin."Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Li Lin membuka tenda kecil tempat Renggin Ang dan Ampy Ang berada."Tidak, Kakakku sedang kumat. Butuh proses untuk menata otaknya sampai dia benar-benar sadar." Ampy Ang berjalan keluar tenda meninggal
"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi