Share

4. Gadis api

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2022-04-15 06:56:30

Dalam perjalanan menuju Pegunungan Cincing, Renggin Ang melewati sebuah pasar yang masih termasuk daerah kekuasaan keluarga Ang. Anak itu berpapasan dengan Bara Ang.

"Lihat, Kak Bara! Dia anak yang tadi, kan?" tanya Tu Ang.

"Heh, benar. Itu dia."

Bara Ang menghampiri Renggin Ang dan mendorongnya hingga terjatuh.

"Hey, sialan! Enam bulan lagi akan ada kompetisi keluarga. Jika kau bernyali, ikuti kompeisi ini dan saat itu, akan menjadi hari kematianmu!" seru Bara Ang.

"Haha. Dia tidak akan bisa mengikuti kompetisi. Yang bisa mengikuti kompetisi minimal harus berada di tingkat pejuang tahap kelima. Aku tidak yakin, dia bisa menembus tiga tahap dalam waktu enam bulan," ujar Say Ang.

Mereka berjalan melewati Renggin Ang sambil mencibir.

"Cih! Sombong sekali!" decit Suluh, si roh pedang kayu. "Jika kau mau, aku bisa merasuki tubuh mereka dan menghancurkan kultivasinya."

"Tidak perlu. Apapun yang mereka katakan, yang terpenting saat ini adalah aku harus segera menemukan obat penawar untuk Ampy Ang."Renggin Ang bangun dan kembali melanjutkan perjalanan ke Pegunungan Cincing.

Setelah sampai di Pegunungan Cincing, anak itu menjumpai seekor monster ayam hitam. Ayam itu mendelik menatap Renggin Ang.

"Lari bodoh! Ayam itu sudah bersiap untuk mematukmu!" teriak Suluh.

Seketika mata sang monster bersinar. Ayam itu mengepakkan sayapnya dan melompat ke arah Renggin Ang. Paruhnya sedikit terbuka, siap untuk melahap mangsa.

Petok petok ....

"Waaaaaa!" Renggin Ang berlari zig zag untuk menghindari patukan sang ayam.

Whuuuuuus!

Tiba-tiba, bayangan panah api melesat menembus badan ayam itu. Namun ayam itu hanya mendapat sedikit goresan.

"Ayam itu milikku!" ucap seorang gadis yang tampak sedikit lebih muda dari Renggin Ang.

Ayam itu berbalik menatap sang gadis. Dia terlihat seperti sedang mengejan.

"Sepertinya dia sudah tidak tahan ingin buang air besar," gumam Renggin Ang memerhatikan dengan seksama.

Tepluk!

Kotoran berwarna hitam kecoklatan terjatuh dari anus sang ayam. Lalu, dia menghentakan kaki dan memukul kotorannya ke arah si gadis dengan ekor.

Whuuuus!

Jurus yang digunakan monster ayam itu adalah ... 'taik ayam peledak'. Pikir Renggin Ang.

"Awaaas!"

Renggin Ang tersadar dan berlari menubruk gadis itu untuk menyelamatkannya.

Bruk!

Mereka terjatuh ke dalam sebuah lubang.

Boom!

Ledakan taik ayam itu mengeluarkan asap kuning yang berbau kecut sangat menyengat.

"Ugh," rintih gadis itu. "Menjauhlah dariku!" Gadis itu mendorong Renggin Ang. Dia mengibas-ngibaskan pakaiannya membersihkan dari runtuhan tanah.

"Haish! Galak sekali," balas Renggin Ang. Anak itu mulai mengendus-endus merasakan bau yang memualkan.

Hoek!

Begitu pula dengan gadis itu, dia langsung muntah ketika menghirup asam kecut dari asap kuning yang makin memudar.

Tidak lama kemudian, kepala sang ayam tiba-tiba muncul di atas lubang tempat mereka terjatuh.

Petok petok petok!

Renggin Ang dan gadis itu bagaikan cacing yang terperangkap dalam lubang.

"Sial! Ini semua gara-gara kau!" ucap gadis itu menyalahkan Renggin Ang.

"Heh, jika aku tidak mendorongmu, kau pasti sudah hancur berkeping-keping terkena ledakan itu. Ledakan taik ayam itu setara dengan kekuatan tingkat pendekar tahap kedua. Kau tidak akan bisa menahannya," terang Renggin Ang.

Gadis itu terdiam. Dia memang tidak tau taik ayam itu akan menjadi sebuah ledakan hebat. Sekarang, yang harus mereka pikirkan adalah, bagaimana cara melawan monster ayam yang sedang mereka hadapi.

"Aku tidak bisa menggunakkan formasi lingkaran api di tempat sempit seperti ini," gumam sang gadis.

Petooooook!

Monster ayam itu melucutkan paruhnya untuk mematuk mereka.

"Menghindar!" seru Renggin Ang menarik tangan gadis itu.

"Tuan yang bodoh, kau bisa mengandalkanku kali ini," ujar Suluh.

Renggin Ang merentangkan tangan untuk melindungi sang gadis yang berada di belakangnya.

"Berlindunglah di belakangku, Nona."

"Apa yang bisa dilakukan oleh kultivator tingkat pejuang tahap kedua sepertimu?" tanya gadis itu meragukan Renggin Ang.

Seorang kultivator bisa menduga-duga tingkatan kultivator lain dengan melihat aura energi spiritualnya. Hal ini berlaku bagi tingkatan yang lebih rendah dengan dirinya. Jadi, sangat sulit menduga tingkatan kultivator yang tingkatannya lebih tinggi.

"Heh, kau lihat saja," jawab Renggin Ang tersenyum.

Petooooook!

Lagi-lagi ayam itu melucutkan paruhnya untuk mematuk mereka.

"Ikuti instruksi dariku," ujar Suluh.

Renggin Ang mengangguk.

Dengan instruksi dari roh pedang kayu, anak itu menggunakan jurus tebasan angin untuk membuka mulut monster ayam. Kemudian, dia melemparkan pedang kayu dan berteriak, "Pedang kayu penembus tulang!" Renggin Ang menggabungkan tehnik pedang kayu dengan jurus pedang angin miliknya.

Whuuuus!

Sleeeb!

Pedang kayu itu melesat cepat menembus kerongkongan, hingga ke dubur sang ayam. Setelah itu, Renggin Ang menarik kembali pedang kayu itu ke tangannya, dan monster ayam itu pun mati.

Bangkai ayam itu berubah menjadi sebutir mutiara berwarna cokelat pekat. Renggin Ang mengambilnya, lalu melempar mutiara tersebut kepada si gadis.

"Ambil ini!"

Gadis itu menangkapnya dengan sigap.

"Kenapa kau memberikannya kepadaku? Bukankah kau yang mengalahkannya?"

"Tadi, kau bilang ayam itu milikmu, kan? Atau, anggap saja sebagai hadiah dariku." Renggin Ang nyengir. Lalu dia pergi dan berkata kepada gadis itu, "Sampai jumpa lagi, gadis api! Aku harus segera pergi melanjutkan perjalanaku."

"Gadis api? Huh!" Gadis itu mendengus. Kemudian, datang beberapa pengawal menghampirinya.

"Nona Yu, apakah Anda baik-baik saja? Anda tiba-tiba menghilang tanpa jejak membuat kami khawatir," ucap seorang pengawal.

"Aku baik-baik saja. Ayo kembali ke perkemahan!" jawabnya.

Sementara itu, Renggin masih mencari keberadaan buah ajw. Sampai tiba waktu sore, dia menemukan sebuah pohon.

Badan pohon itu bersisik dan daunnya menyerupai pohon kelapa. Buah pohon itu, berwarna oranye kekuningan, ini buah yang masih mentah. Teksturnya keras dan padat. Buah yang sudah matang, akan berubah warna menjadi hitam pekat. Jika digigit, terasa lembut di mulut dan mengenyangkan perut.

"Hey, bukankah ini buah ajw?" tanya Renggin Ang sembari menunjuk buah yang dimaksud. Dia meletakan buntalan bekalnya di samping pohon itu.

"Benar," sahut Suluh.

Kemudian Renggin Ang mengambil beberapa buah. Tiba-tiba, dari balik pohon itu mucul seekor monster ular rangon. Ular ini memang tidak berbisa. Namun, sang ular sudah bersemayam cukup lama, dia memiliki aura keganasan tingkat menengah. Kekuatannya setara dengan tingkat prajurit.

"Sssss ...."

Ular itu menjulurkan lidahnya sambil menatap tajam Renggin Ang. Anak itu dibuat gemetar olehnya.

"Ka-kabuuuur!"

Baru saja tiga langkah Renggin Ang melangkahkan kaki, monster ular itu mengibaskan ekornya dan menggulung Renggin Ang dengan kuat.

Renggin Ang berusaha melepaskan diri menggunakan jurus tebasan angin. Namun, tidak berefek pada ular itu. Kemudian, dia mencoba melawannya lagi dengan jurus pedang angin. Sayangnya sisiknya sangat tebal, sehingga ular itu tidak mendapat goresan sedikitpun.

Ular itu semakin menggulung erat tubuh Renggin Ang. Tubuh anak itu seperti diperas, hingga keluar darah dari pori-pori kulitnya.

"Aaargh!" rintihnya. "Hey, Suluh! Tidak bisakah kau menolongku?"

"Tidak bisa, kekuatanku diukur tergantung siapa yang menggunakanku. Kau minimal harus berada di tingkat pendekar jika ingin mengalahkannya."

"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aargh, ini menyakitkan."

"Tidak ada yang bisa kau lakukan, kecuali jika ada suatu keajaiban."

"Akankah aku mati seperti ini? Ibu, maafkan aku. Ampy, maafkan Kakak." Renggin Ang memejamkan mata menangis pasrah. Tubuhnya berlumuran penuh darah segar miliknya.

Kondisi anak itu melemah, matanya mulai kabur. Tiba-tiba, buku kuno yang terselip di bajunya terguncang. Buku itu bersinar terang menunjukan kemisteriusannya.

Akankah buku itu membawa keajaiban untuk menyelamatkan hidup Renggin Ang?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurcholis Ekoleksono
hebat... ada aja yg membantu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   128. Membebaskan jiwa Meriy Ang

    Renggin Ang berada di tingkat master tahap pertama, Ampy Ang berada di tingkat jendral tahap pertama, sedangkan Sina Hun berada di tingkat master tahap sembilan. Mereka melawan Master Yu yang barada di tingkat legend tahap ketiga. "Kakak, bukankah kau bilang tadi punya rencana?" tanya Ampy Ang. "Ah, itu. Aku memiliki racun pencuci otak. Aku tidak yakin ini akan berhasil jika digunakan kepada Master Yu." "Itu tidak akan berhasil! Master Yu telah mencapai tingkat legend dan telah membentuk kekebalan tubuh anti racun. Jadi itu akan sia-sia," kata Sina Hun. "Aku memiliki cara yang lebih ampuh untuk mengalahkannya." "Apa itu?" tanya Renggin Ang dan Ampy Ang bersamaan. "Kau sudah mendapatkan buku itu kembali bukan?" Renggin Ang mengangguk. "Buka bab teknik penggabungan roh hewan spiritual khusus untuk orang yang memiliki energi spiritual panas dan dingin!" ucap Sina Hun. "Adakah teknik seperti itu?" tanya Renggin Ang. "Aku pernah mendengarnya dari kakekku." "Kakek buyut?" "Benar.

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   127. Manusia api bersayap

    Saat sedang mengobrol dengan Pemimpin Keluarga Dong, Tu Lung Dong mendengar kerang ajaibnya bersiul. Dia mendapat kabar dari para mermaid bahwa Laut Pelangi bagian selatan sedang diserang pasukan monster ular putih yang dipimpin oleh ratu siluman ular putih, Shi Yue. Mendengar kabar tersebut, Tu Lung Dong tidak bisa diam. Dia pun menyampaikan hal tersebut kepada Ampy Ang."Pergilah, Tuan! Tidak perlu mengkhawatirkan kami di sini. Para mermaid itu membutuhkan Anda sekarang," ujar Ampy Ang kepada Tu Lung Dong.Selang beberapa detik kemudian setelah Tu Lung Dong pergi, datang seorang wanita yang tampak sangat lemah. Bahkan menjalankan kakinya pun harus dibantu. Ampy Ang melihat seorang gadis yang tadi mendahuluinya saat hendak menghampiri Renggin Ang, dia bergegas menyambut wanita lemah itu seraya berseru."Ibu!""Ibu? Apakah itu raga Ibu? Mengapa Sera Yu memanggilnya ibu?" tanya Renggin Ang kepada Meriy Ang mencari kejelasan."Itu memang raga Ibu. Tapi, dalam tubuh itu ada jiwa seseorang

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   126. Menemukan raga Meriy Ang

    Master Yu tampak tidak menikmati pertandingan. Kemudian, pria itu mengeluarkan sebuah buku yang menjadi masih menjadi sebuah misteri baginya. Biasanya pria itu hanya menaruhnya di atas rak pada tumpukan buku-buku yang berdebu."Cih! Aku tidak menyangka buku ini akan tertulis dengan tulisan yang tidak bisa kumengerti. Baru kali ini aku mendapatkan tulisan serumit ini! Hah, sial! Sia-sia saja aku merebut buku ini dari bocah itu. Bagaimana bisa Master Wang memahaminya? Tidak hanya itu, dia bahkan bisa mempelajari segala isi buku ini hingga mengaktifkan formasi tujuh bintang untuk menyegel jiwa Meriy Ang," ucap Master Yu menggerutu.Master Wang adalah salah satu murid kakek buyut Renggin Ang dari generasi kelima Keluarga Hun. Dia yang telah menghasut para keturunan generasi keenam Keluarga Hun, sehingga menimbulkan pertikaiaan perebutan buku kuno itu. Lelaki itu juga yang telah berpura-pura menyarankan agar buku kuno itu disembunyikan. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah merebut buku kuno

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   125. Memasuki usia remaja

    "Ada apa?" tanya Shi Kiel Dong."Aku melihat bayangan seseorang di luar!" Renggin Ang bangkit dari ranjang dan membuka jedela kamarnya. "Kakak San, Tetaplah di sini bersama Tuan Muda Kiel! Aku akan pergi mengeceknya. Kalian boleh tidur terlebih dahulu jika aku tak kunjung kembali." Dia melompat dari jendela mengikuti bayangan itu.Tampak seseorang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja. Dia bergerak, lari, dan melompat dengan cepat. Tiba-tiba berhenti di sebuah pekarangan yang cukup lapang. Kemudian, dia duduk di bawah sebuah pohon yang rindang dan lebat. Dia pun melepas kain penutup wajahnya.Fiuh!Hembusan napas kasar menyertainya. Tampak seorang gadis yang berumur setahun lebih muda dari Renggin Ang sedang mendongakkan kepala bersandar pada pohon besar di belakangnya."Sera Yu!"Suara Renggin Ang sangat rendah, sehingga hanya terdengar oleh dirinya sendiri."Apa yang ia lakukan di tengah malam begini di sana?"Renggin Ang menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   124. Bertemu paman

    "Kau memiliki rubah yang bagus, Tuan Muda Kiel." Fen Yu berjalan memutari mereka sembari terus memandang ke arah Gu Rhi San. Dia tampak terkagum-kagum dengan bentuk tubuh rubah Gu Rhi San yang bersih dan berbulu lebat. "Rubah ini sangat cantik, aku menyukainya. Bisakah kau memberikannya kepadaku sebagai hadiah?" ucapnya memaksa."Cih! Aku bukan betina!" celetuk Gu Rhi San kesal."Ka-kau bi-bisa bicara?" Fen Yu kaget."Tentu saja. Aku tidak mau memiliki Tuan bodoh sepertimu. Kau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin! Huh!""Apa kau bilang!" Fen Yu menggertak.Datang seorang gadis dari belakang Fen Yu mendekati pemuda itu dan menjewernya."Paman mencarimu. Kau membolos latihan lagi, Kakak Sepupu! Bukanya meningkatkan kultivasi malah bermain-main! Dasar pemalas!" ucap gadis itu memarahi Fen Yu."Aargh! Ayolah Sera Yu! Sekali-kali kau juga harus menikmati hidup. Tidak perlu kau terlalu memperdulikan ocehan ayahmu yang semakin hari semakin tua itu. Lagipula, kompetisi Benua Yu masih t

  • Si Bodoh yang Luar Biasa (LDN Seri 1)   123. Tuan Muda dari Keluarga Dong

    Renggin Ang yang awalnya berencana untuk berlatih di akademi Gendon, sang kakek malah menyuruhnya berlatih di Akademi Dongu di Benua Yu. Demi merebut kembali buku kuno sang leluhur, Renggin Ang pun mengikuti saran sang kakek. Dia keluar dari kamar melewati jendela bersama Gu Rhi San. Lagi-lagi anak itu mengambil jalur belakang."Kakak San, ayo!" ajaknya telah bersiap untuk terbang bersama Cai Cing.Renggin Ang mengubah dirinya menjadi Chen Tong dan memakai kalung yang diberikan Kakek Mo kepadanya. Dia mendarat di sebuah wilayah sebelah selatan Benua Yu. Anak itu berjalan dari pantai hingga mendapati keramaian di pemukiman."Maaf, Ki Sanak. Kalau boleh tau, apa nama wilayah ini?" tanya Renggin Ang kepada seorang kakek tua."Ini ... emm." Kakek tua itu tampak berpikir."Bukankah tinggal menyebutkannya saja? Apakah kakek ini sudah pikun?" gumam Renggin Ang.Kemudian kakek tua itu menoleh ke sana ke mari seperti sedang memastikan sesuatu. Lalu, dia mendekat kepada Renggin Ang dan berbisik.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status