Dalam perjalanan menuju Pegunungan Cincing, Renggin Ang melewati sebuah pasar yang masih termasuk daerah kekuasaan keluarga Ang. Anak itu berpapasan dengan Bara Ang.
"Lihat, Kak Bara! Dia anak yang tadi, kan?" tanya Tu Ang."Heh, benar. Itu dia."Bara Ang menghampiri Renggin Ang dan mendorongnya hingga terjatuh."Hey, sialan! Enam bulan lagi akan ada kompetisi keluarga. Jika kau bernyali, ikuti kompeisi ini dan saat itu, akan menjadi hari kematianmu!" seru Bara Ang."Haha. Dia tidak akan bisa mengikuti kompetisi. Yang bisa mengikuti kompetisi minimal harus berada di tingkat pejuang tahap kelima. Aku tidak yakin, dia bisa menembus tiga tahap dalam waktu enam bulan," ujar Say Ang.Mereka berjalan melewati Renggin Ang sambil mencibir."Cih! Sombong sekali!" decit Suluh, si roh pedang kayu. "Jika kau mau, aku bisa merasuki tubuh mereka dan menghancurkan kultivasinya.""Tidak perlu. Apapun yang mereka katakan, yang terpenting saat ini adalah aku harus segera menemukan obat penawar untuk Ampy Ang."Renggin Ang bangun dan kembali melanjutkan perjalanan ke Pegunungan Cincing.Setelah sampai di Pegunungan Cincing, anak itu menjumpai seekor monster ayam hitam. Ayam itu mendelik menatap Renggin Ang."Lari bodoh! Ayam itu sudah bersiap untuk mematukmu!" teriak Suluh.Seketika mata sang monster bersinar. Ayam itu mengepakkan sayapnya dan melompat ke arah Renggin Ang. Paruhnya sedikit terbuka, siap untuk melahap mangsa.Petok petok ...."Waaaaaa!" Renggin Ang berlari zig zag untuk menghindari patukan sang ayam.Whuuuuuus!Tiba-tiba, bayangan panah api melesat menembus badan ayam itu. Namun ayam itu hanya mendapat sedikit goresan."Ayam itu milikku!" ucap seorang gadis yang tampak sedikit lebih muda dari Renggin Ang.Ayam itu berbalik menatap sang gadis. Dia terlihat seperti sedang mengejan."Sepertinya dia sudah tidak tahan ingin buang air besar," gumam Renggin Ang memerhatikan dengan seksama.Tepluk!Kotoran berwarna hitam kecoklatan terjatuh dari anus sang ayam. Lalu, dia menghentakan kaki dan memukul kotorannya ke arah si gadis dengan ekor.Whuuuus!Jurus yang digunakan monster ayam itu adalah ... 'taik ayam peledak'. Pikir Renggin Ang."Awaaas!"Renggin Ang tersadar dan berlari menubruk gadis itu untuk menyelamatkannya.Bruk!Mereka terjatuh ke dalam sebuah lubang.Boom!Ledakan taik ayam itu mengeluarkan asap kuning yang berbau kecut sangat menyengat."Ugh," rintih gadis itu. "Menjauhlah dariku!" Gadis itu mendorong Renggin Ang. Dia mengibas-ngibaskan pakaiannya membersihkan dari runtuhan tanah."Haish! Galak sekali," balas Renggin Ang. Anak itu mulai mengendus-endus merasakan bau yang memualkan.Hoek!Begitu pula dengan gadis itu, dia langsung muntah ketika menghirup asam kecut dari asap kuning yang makin memudar.Tidak lama kemudian, kepala sang ayam tiba-tiba muncul di atas lubang tempat mereka terjatuh.Petok petok petok!Renggin Ang dan gadis itu bagaikan cacing yang terperangkap dalam lubang."Sial! Ini semua gara-gara kau!" ucap gadis itu menyalahkan Renggin Ang."Heh, jika aku tidak mendorongmu, kau pasti sudah hancur berkeping-keping terkena ledakan itu. Ledakan taik ayam itu setara dengan kekuatan tingkat pendekar tahap kedua. Kau tidak akan bisa menahannya," terang Renggin Ang.Gadis itu terdiam. Dia memang tidak tau taik ayam itu akan menjadi sebuah ledakan hebat. Sekarang, yang harus mereka pikirkan adalah, bagaimana cara melawan monster ayam yang sedang mereka hadapi."Aku tidak bisa menggunakkan formasi lingkaran api di tempat sempit seperti ini," gumam sang gadis.Petooooook!Monster ayam itu melucutkan paruhnya untuk mematuk mereka."Menghindar!" seru Renggin Ang menarik tangan gadis itu."Tuan yang bodoh, kau bisa mengandalkanku kali ini," ujar Suluh.Renggin Ang merentangkan tangan untuk melindungi sang gadis yang berada di belakangnya."Berlindunglah di belakangku, Nona.""Apa yang bisa dilakukan oleh kultivator tingkat pejuang tahap kedua sepertimu?" tanya gadis itu meragukan Renggin Ang.Seorang kultivator bisa menduga-duga tingkatan kultivator lain dengan melihat aura energi spiritualnya. Hal ini berlaku bagi tingkatan yang lebih rendah dengan dirinya. Jadi, sangat sulit menduga tingkatan kultivator yang tingkatannya lebih tinggi."Heh, kau lihat saja," jawab Renggin Ang tersenyum.Petooooook!Lagi-lagi ayam itu melucutkan paruhnya untuk mematuk mereka."Ikuti instruksi dariku," ujar Suluh.Renggin Ang mengangguk.Dengan instruksi dari roh pedang kayu, anak itu menggunakan jurus tebasan angin untuk membuka mulut monster ayam. Kemudian, dia melemparkan pedang kayu dan berteriak, "Pedang kayu penembus tulang!" Renggin Ang menggabungkan tehnik pedang kayu dengan jurus pedang angin miliknya.Whuuuus!Sleeeb!Pedang kayu itu melesat cepat menembus kerongkongan, hingga ke dubur sang ayam. Setelah itu, Renggin Ang menarik kembali pedang kayu itu ke tangannya, dan monster ayam itu pun mati.Bangkai ayam itu berubah menjadi sebutir mutiara berwarna cokelat pekat. Renggin Ang mengambilnya, lalu melempar mutiara tersebut kepada si gadis."Ambil ini!"Gadis itu menangkapnya dengan sigap."Kenapa kau memberikannya kepadaku? Bukankah kau yang mengalahkannya?""Tadi, kau bilang ayam itu milikmu, kan? Atau, anggap saja sebagai hadiah dariku." Renggin Ang nyengir. Lalu dia pergi dan berkata kepada gadis itu, "Sampai jumpa lagi, gadis api! Aku harus segera pergi melanjutkan perjalanaku.""Gadis api? Huh!" Gadis itu mendengus. Kemudian, datang beberapa pengawal menghampirinya."Nona Yu, apakah Anda baik-baik saja? Anda tiba-tiba menghilang tanpa jejak membuat kami khawatir," ucap seorang pengawal."Aku baik-baik saja. Ayo kembali ke perkemahan!" jawabnya.Sementara itu, Renggin masih mencari keberadaan buah ajw. Sampai tiba waktu sore, dia menemukan sebuah pohon.Badan pohon itu bersisik dan daunnya menyerupai pohon kelapa. Buah pohon itu, berwarna oranye kekuningan, ini buah yang masih mentah. Teksturnya keras dan padat. Buah yang sudah matang, akan berubah warna menjadi hitam pekat. Jika digigit, terasa lembut di mulut dan mengenyangkan perut."Hey, bukankah ini buah ajw?" tanya Renggin Ang sembari menunjuk buah yang dimaksud. Dia meletakan buntalan bekalnya di samping pohon itu."Benar," sahut Suluh.Kemudian Renggin Ang mengambil beberapa buah. Tiba-tiba, dari balik pohon itu mucul seekor monster ular rangon. Ular ini memang tidak berbisa. Namun, sang ular sudah bersemayam cukup lama, dia memiliki aura keganasan tingkat menengah. Kekuatannya setara dengan tingkat prajurit."Sssss ...."Ular itu menjulurkan lidahnya sambil menatap tajam Renggin Ang. Anak itu dibuat gemetar olehnya."Ka-kabuuuur!"Baru saja tiga langkah Renggin Ang melangkahkan kaki, monster ular itu mengibaskan ekornya dan menggulung Renggin Ang dengan kuat.Renggin Ang berusaha melepaskan diri menggunakan jurus tebasan angin. Namun, tidak berefek pada ular itu. Kemudian, dia mencoba melawannya lagi dengan jurus pedang angin. Sayangnya sisiknya sangat tebal, sehingga ular itu tidak mendapat goresan sedikitpun.Ular itu semakin menggulung erat tubuh Renggin Ang. Tubuh anak itu seperti diperas, hingga keluar darah dari pori-pori kulitnya."Aaargh!" rintihnya. "Hey, Suluh! Tidak bisakah kau menolongku?""Tidak bisa, kekuatanku diukur tergantung siapa yang menggunakanku. Kau minimal harus berada di tingkat pendekar jika ingin mengalahkannya.""Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aargh, ini menyakitkan.""Tidak ada yang bisa kau lakukan, kecuali jika ada suatu keajaiban.""Akankah aku mati seperti ini? Ibu, maafkan aku. Ampy, maafkan Kakak." Renggin Ang memejamkan mata menangis pasrah. Tubuhnya berlumuran penuh darah segar miliknya.Kondisi anak itu melemah, matanya mulai kabur. Tiba-tiba, buku kuno yang terselip di bajunya terguncang. Buku itu bersinar terang menunjukan kemisteriusannya.Akankah buku itu membawa keajaiban untuk menyelamatkan hidup Renggin Ang?Di kala Renggin Ang sudah mencapai batasnya, tiba-tiba muncul sosok bayangan Meriy Ang di hadapannya."Ibu," ucap anak itu lirih. Remang-remang, dia melihat ibunya melawan sang ular dan pada akhirnya tak sadarkan diri.Kekuatan dahsyat milik wanita itu membuat monster ular kesulitan. Hal itu membuat lilitan badannya pada tubuh Renggin Ang merenggang."Lepaskan anak itu!" ucap Meriy Ang kepada monster ular. "Aku akan membiarkanmu pergi, jika kau melepaskan anak itu sekarang.""Ssshh."Tanpa pikir panjang, ular itu pun melepaskan Renggin Ang dan pergi.Meriy Ang mendekat melihat kondisi tubuh Renggin Ang. Matanya sayu ketika mendapati tubuh Renggin Ang penuh darah. Kemudian, dia menyalurkan energi spiritualnya untuk mempercepat penyembuhan. Setelah wanita itu menghabiskan seluruh energinya, dia kembali beristirahat ke dalam buku kuno untuk memulihkan diri...."Ugh, gelap."Renggin Ang terbangun saat hari tengah malam. Dia beberapa kali mengucek matanya, mengira dirinya telah mati."Apak
Melihat keadaan Ampy Ang tampak buruk, membuat Renggin Ang kebingungan. Dia menggigit kuku jarinya."Tenanglah, Ampy Ang sedang berusaha membuka titik meridian pertama dalam tubuhnya," ucap Meriy Ang."Apa? Bukankah yang harus dirasakan, tubuh yang meledak-ledak dan hawa panas seperti terbakar?" Renggin Ang mengingat kembali, peristiwa saat dirinya pertama kali berkultivasi. "Kekuatan spiritual Ampy Ang bersifat dingin, seperti milik Ibu. Berbeda denganmu yang memiliki kekuatan spiritual bersifat panas, Renggin Ang.""Ah, ternyata begitu."Ampy Ang telah berhasil membuka titik meridian pertama. Saat ini gadis itu masih tengah berjuang mempertahankan diri, Renggin Ang duduk santai di depannya dengan berpangku tangan."Aku yakin kau bisa mengatasinya sendiri. Iya kan, adikku." Anak itu tersenyum simpul."Aaaaargh!"Badan Ampy Ang sedikit menunduk. Dia mulai memejamkan mata dengan ekspresi seperti orang menahan kentut. Gadis kecil itu membelalakan matanya secara mendadak, membuat Renggi
Ampy Ang membawa Renggin Ang mendekati sebuah jurang. Mereka menjumpai tiga orang dewasa sedang tertawa puas."Ssst," bisik Ampy Ang, meletakan telunjuknya di depan bibir.Kakak beradik itu bersembunyi di balik gundukan tanah yang menggunung sembari mengintai. Ampy Ang mengetahui, tiga orang dewasa itu telah membuang seseorang ke jurang. Anak itu belum jatuh, dia menggenggam kuat akar pohon yang terjulur di tebing."Ada apa dengan tiga orang dewasa itu?" tanya Renggin Ang kepada Ampy Ang."Mereka melempar seseorang ke jurang.""Apa?!""Ssst. Tunggu mereka pergi. Anak itu masih bisa bertahan lebih lama.""Anak itu? Orang yang mereka lempar?"Si gadis kecil mengangguk. Sembari menunggu ketiga orang itu pergi, Ampy Ang mengambil beberapa pelepah pisang. Kemudian, dengan cepat dia menganyamnya menjadi tali, sedangkan Renggin Ang hanya terbengong melihat keterampilan adiknya.Setelah ketiga orang dewasa itu pergi, Ampy Ang bergegas ke tepi jurang dan melemparkan tali pelepah pisang."Hei!
Keluarga Lin merupakan satu-satunya keluarga yang memiliki harta melimpah di Daerah Wahid. Di pesisir pantai Laut Pelangi, terdapat gua karang yang di dalamnya banyak ditemukan berlian. Itu sebabnya banyak kelompok yang menginginkan wilayah kekuasaan Keluarga Lin.Namun, pertahanan Keluarga Lin cukup kuat. Mereka tidak goyah hanya dengan beberapa serangan. Akan tetapi, tentu saja hati mereka tidak luput dari rasa khawatir. Rasa cemas yang terus menghantui, membuat Bersa Lin terus mengingatkan kepada anaknya semata wayang."Jika suatu saat Keluarga Lin berada di ambang kehancuran, kau harus menjadi salah satu yang selamat diantara kami apapun yang terjadi," ucap lelaki paruh baya itu kepada Li Lin.Adu kekayaan yang sengit, selalu dimenangkan oleh Keluarga Lin dalam pelelangan. Hal itu menyebabkan keluarga lain semakin iri kepada mereka."Barang lelang selanjutnya adalah tungku perunggu," ujar si pelelang.Sebuah tungku tua dan lusuh dengan ukiran unik di setiap sisinya. Tungku itu men
Monster kampret adalah seekor kelelawar besar. Kepakkan sayapnya, dalam jarak dekat dapat membuat lima puluh orang dewasa terhempas dengan mudah.Whuuuus!Tenda-tenda yang didirikan oleh rombongan Keluarga Lin terombang-ambing dengan arus angin yang dahsyat."Kakak, cepat bangun!" seru Ampy Ang menggoyang-goyangkan tubuh Renggin Ang.Namun, lelahnya perjalanan membuat Renggin Ang tertidur sangat pulas. Dia sama sekali tidak menanggapi seruan adiknya."Kakaaaaak!" Sekali lagi Ampy Ang berteriak di dekat telinga Renggin Ang dengan suara yang menggelegar.Renggin Ang terperanjat. Dia membelalakan matanya seperti orang linglung.Di depan tenda, mulai terdengar suara gaduh pertempuran. Tampaknya rombongan Keluarga Lin terbangun akibat goncangan angin."Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Li Lin membuka tenda kecil tempat Renggin Ang dan Ampy Ang berada."Tidak, Kakakku sedang kumat. Butuh proses untuk menata otaknya sampai dia benar-benar sadar." Ampy Ang berjalan keluar tenda meninggal
"Menunduk!" Ampy Ang menekan punggung Li Lin dengan tangan kecilnya. Wuuuush! Sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang di atas mereka. Kemudian itu mengenai tiang dan terjatuh. Sekelompok orang mendatangi Li Lin dengan raut wajah tak senang. Mereka adalah orang-orang dari Keluarga Ling. Tuan Muda Keluarga Ling, Pang Ling menatap Li Lin dengan tatapan mengintimidasi. Dia berkacak pinggang sembari berkata kasar kepadanya. "Cepat, panggil ayahmu! Kita tidak akan menang melawan mereka," ucap Ampy Ang berbisik sembari menarik-narik ujung baju Li Lin. Keluarga Ling dipimpin oleh seorang pria tua bernama Bal Ling. Kakek tua itu memiliki dua anak, yang pertama adalah Ma Ling dan yang ke dua adalah Dar Ling. Pang Ling adalah anak pertama Dar Ling. Dia berumur 13 tahun, dan tingkat kultivasinya telah mencapai tingkat pendekar tahap keenam. Pang Ling melirik ke Ampy Ang, lalu dia tersenyum simpul. "Gadis kecil yang menawan," gumamnya. Li Lin meluruskan tangannya ke samping menghalangi
Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta
Zeng ... zeng ... zeng.Suara monster lalat berdengung memekikan telinga Ampy Ang. Titik lemahnya berada di kedua matanya.Monster lalat itu terbang mengelilingi Ampy Ang dengan mengeluarkan serangan seribu bakteri.Cuap ... cuap ... cuap.Kerumunan bakteri bersatu menyerang Ampy Ang."Tembakan telunjuk halilintar!" Gadis kecil itu berlari dan berguling di tanah sembari menghabisi serbuan gerombolan bakteri.Pyu ... pyu ... bzzzzt ....Setiap tembakan, mengeluarkan sengatan halilintar yang bisa menghabisi seratus bakteri. Sayangnya ribuan bakteri terus bertambah tanpa henti membuat Ampy Ang kesulitan.Di saat genting, tiba-tiba Ampy Ang merasakan kehadiran segerombol orang. Mereka berjumlah sekitar lima orang dengan membawa satu tawanan anak perempuan di dalam sangkar besi. Ternyata mereka adalah para bandit yang sedang menjajah mencari mangsa.Tanpa pikir panjang, Ampy Ang berlari melewati segerombol orang itu, lalu bersembunyi di bawah tumpukan daun pisang yang sudah mengering."Hos