"Kabarnya, enam bulan lagi Daerah Khomsa akan mengadakan kompetisi herbalis di Menara Giting," ujar salah seorang pengunjung yang duduk di meja sebelah Renggin Ang. Dia sedang mengobrol dengan teman di hadapannya."Heh! Kompetisi untuk para kakek-kakek sombong? Tidak ada wanita cantik, tidak ada pemuda hebat. Ah, tidak seru!""Kau salah. Justru kompetisi ini hanya diadakan untuk para pemuda pemudi minimal berumur 15 tahun. Dan persaingan kompetisi ini ditunjukkan untuk seluruh penduduk di Benua Me."Renggin Ang, Ampy Ang, dan Pe Ci mendengarkan mereka dengan seksama."Di mana letak Menara Giting?" tanya Renggin Ang.Pe Ci meninggikan kedua bahu memberi tanda ketidaktahuannya."Menara itu berada di pusat wilayah kekuasaan Keluarga Rang Daerah Khomsa," jawab Ampy Ang."Kebetulan sekali! Kita bisa sekalian mencari orang itu," ujar Pe Ci.Kemudian pengunjung yang duduk di meja samping berkata lagi, "Kau tahu apa yang paling dinanti-nanti kita para kaum pemuda?"Orang yang berada di hadap
Terbentuk sepuluh buah butiran pil berwarna ungu dengan ukiran garis melengkung melayang di atas tungku. Lalu Renggin Ang menggambil sebuah botol dari cincin spiritualnya dan memasukkan pil tersebut ke dalam botol itu. Pil ini bernama pil regenerasi. Khasiatnya yaitu, apabila seseorang terpotong atau hancur sebagian tubuhnya, jika meminum pil tersebut sebelum darah mengering, organ tubuh akan terbentuk kembali dalam waktu tiga kedipan mata. Pil ini sudah memasuki keahlian herbalis tingkat ketiga."Haha. Lihatlah! Aku benar-benar untung banyak. Satu pil, setidaknya terjual 300 keping emas," ucap Renggin Ang pemer di hadapan si penjual herbal. Seketika, mata si penjual herbal membelalak. Bibirnya bergetar, "Apakah aku sedang bermimpi? Padahal dia hanya seorang anak kecil."Sebaliknya, Singka Wang justru menatap Renggin Ang dengan tatapan kagum. "Hebat!" Dalam lubuk hatinya yang terdalam, sebenarnya dia sangat ingin belajar menjadi seorang herbalis. Namun, tidak ada seorang pun yang ma
"Berikan uang 1.000 keping emas sebagai bayaran nyawa kalian!" ucap Ampy Ang membalas perkataan orang itu."Hahaha!" Sekelompok orang itu tertawa. Mereka terdiri dari lima orang pria.Seorang pria melangkah maju berkacak pinggang di hadapan Ampy Ang. Matanya melotot dengan bibir terkantup. Kemudian berkata, "Hei anak kecil! Apa kau tidak takut mati!"Ampy Ang ikut bekacak pinggang dan mendelikkan matanya membalas tatapan pria itu. "Hei pria jelek! Apa kau ingin merasakan jurus baruku!""Lihatlah! Bukankah ini Singka Wang si anak tengik yang mengaku-ngaku sebagai tabib? Hahaha." Satu pria lagi datang dan langsung menoyor kepala Singka Wang.Pe Ci bergerak menghalangi pria itu agar tidak menyakiti Singka Wang."Berhati-hatilah, Senior! Mereka telah mencapai tingkat prajurit tahap keenam," kata Singka Wang.Pria itu menaikan salah satu ujung bibirnya ke atas. Dengan sombongnya dia berkata kepada Pe Ci, "Heh, sekarang kau sudah tahu, kan. Betapa hebatnya aku. Aku akan mengampunimu jika ka
Pria misterius itu memiliki mata kuning emas dan rambut merah. Sebagian wajahnya tertutup oleh kain hitam. Dia mengenakan jubah biru gelap compang-camping. Sorot matanya menatap tajam seorang gadis kecil yang menggunakan jurus belenggu rantai emas.Ampy Ang membalas tatapan mata pria itu. Aura kegelapan dengan ribuan jiwa mengaum di sekelilingnya seolah-olah sedang meminta pertanggungjawaban kepada pria itu.Wajah pria tampak muda, gagah, dan menawan. Namun, itu semua hanya tipuan semata. Ampy Ang dapat melihat jelas sosok asli pria itu adalah seorang pria tua renta dengan umur ribuan tahun.Apa yang membuatnya bisa tampak begitu muda? Pikir Ampy Ang memutar otaknya cukup keras. Tiba-tiba gadis itu teringat, bahwa sang ibu pernah berkata, ada beberapa teknik terlarang yang sangat tidak dianjurkan untuk mempelajarinya. Karena, teknik terlarang dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan untuk penggunanya.Selain teknik penghancur raga yang digunakan Seta Hun untuk menyelamatkan anak
Renggin Ang melihat sang adik tampak bingung. "Ternyata adikku yang pintar bisa saja mengalami kesulitan," ucapnya memencet hidung Ampy Ang. "Kalau begitu, mari kita bertarung tanpa rencana! Katakan padaku, apa yang membuatmu memutuskan untuk kabur daripada melawannya.""Dia adalah Pemimpin Keluarga Tang, Kelon Tang. Sungai Bachin ini sudah memasuki wilayah kekuasaan Keluarga Tang. Tapi, kabarnya dia tidak memiliki satu pun keluarga. Dia hanya hidup seorang diri memimpin para bawahannya. Kelima pria yang mencegat kita adalah bawahannya. Aku pernah mendengar mereka berkata, bahwa pemimpin mereka tidak pernah mengalami masa tua," ucap Singka Wang."Hahaha. Ternyata kau cukup tahu juga tentangku, Tuan Muda yang terbuang dari Keluarga Wang! Tapi, sayangnya kau hanya tahu sebatas itu." Pria itu menyeringai.Saat itu, Renggin Ang berada di hadapan Kelon Tang dengan posisi kuda-kuda. Kemudian, Kelon Tang mulai menggerakkan tangannya untuk menyerang Renggin Ang. "Hati-hati, Kakak! Jangan bia
"Le-leluhur? Ka-kakek leluhur!" ucap Renggin Ang dengan mata membulat.Duata Hun hanya membalasnya dengan tersenyum. Sedangkan Pe Ci mengira bahwa roh yang merasuki Ampy Ang adalah Leluhur Keluarga Ang."Heh, leluhur anak itu? Hahaha! Hanya segumpalan roh yang merasuki anak kecil, apa yang perlu ditakutkan?" ujar Kelon Tang.Duata Hun menunjukkan sosok bayangan dirinya yang sesungguhnya ke hadapan pria itu. "Aku memang hanya bisa menggunakan sebagian kekuatanku. Tapi, itu sudah sangat cukup untuk membalas jiwa-jiwa yang kau lahap sesuka hati. Manusia-manusia yang tak berdosa mati mengenaskan di tanganmu. Lihatlah! Betapa banyak tulang belulang dan tengkorak manusia di dasar sungai."Aura dan tekanan yang begitu kuat, membuat Kelon Tang sangat sulit untuk bergerak dan berkata-kata. "Ba-bagai-mana kau bi-sa me-nge-ta-hui semua tentangku?""Kau tak perlu tahu!" Duata Hun menggerakkan telapak tangannya ke arah kepala pria itu. "Tapak penghancur!"Wuuuuush!Booom!Namun, rupanya Kelon Tang
Keesokan harinya, Renggin Ang menemani Singka Wang berangkat ke Menara Giting untuk mendaftarkan diri mengikuti kompetisi herbalis. Kompetisi akan dimulai saat matahari tepat berada di atas kepala.Hiruk pikuk suara penonton menyoraki para peserta yang mereka dukung. Sorakan mereka bertambah ramai ketika putri tunggal dari Keluarga Yu menampakkan diri untuk menghadirinya. Kabarnya, gadis itu sedang mencari seorang herbalis yang bisa membuat pil penyatu jiwa.Pil penyatu jiwa adalah pil herbalis tingkat kelima. Pil ini digunakan untuk menyatukan jiwa seseorang yang raganya telah hancur dengan raga pengganti. Tentunya penyatuan ini dilakukan dengan teknik tertentu.Siang hari pun tiba, kompetisi dimulai dengan sepuluh peserta yang ikut berpartisipasi."Nona Yu, duduklah di sebelahku!" Seorang pemuda gagah dan berpakaian rapi, berdiri sembari memegang pedangnya mempersilakan Sera Yu untuk duduk di sampingnya. Dia adalah Tuan Muda dari Keluarga Tung, Geman Tung.Sera Yu tampak mencari-car
"Aku akan mencobanya. Tapi, apakah aku akan mendapat hadiah?" ucap Renggin Ang basa-basi."Apabila orang yang membantu adalah seorang lelaki, maka Tuan Yu akan menikahkannya dengan Nona Yu setelah upacara kedewasaan, pada umurnya yang ke-17 tahun. Dan apabila dia seorang perempuan, Tuan Yu akan mengangkatnya sebagai anak kedua dan mendapatka warisan sepertiga dari seluruh hartanya," jelas si pengawal.Sebenarnya Renggin Ang sendiri tidak mengharapkan apapun dan hanya ingin membantu. Namun, ternyata tanggapan yang luar biasa keluar dari mulut sang pengawal membuatnya tertarik."Menikah dengan Nona yang angkuh ini?" Renggin Ang mendekatkan wajahnya ke hadapan Sera Yu. "Jika kau tidak menyukainya bukankah itu adalah pemaksaan?" ucapnya kepada Sera Yu."Aku tidak merasa keberatan.""Bagaimana jika yang berhasil membuat pil itu adalah seorang kakek tua renta? Apakah kau tetap tidak merasa keberatan? Xoxo." Renggin Ang cengengesan mengerjai gadis itu.Sera Yu terdiam. Dia tidak menjawab Ren