Share

6. Siapa sebenarnya Manggala?

"Oh...!" Manggala langsung berlutut memberi hormat.

"Bangunlah, kau tamu kehormatanku. tidak sepantasnya kau berlaku sungkan begitu," kata Raja Siluman Ular Putih.

Manggala bangkit dari berlutut. Kepalanya tetap tertunduk. Sepertinya dia tidak sanggup membalas tatapan mata raja ular itu. Tatapan matanya begitu dalam, dan memiliki daya kekuatan yang amat dahsyat.

"Kau murid sahabatku, Manggala, Aku senang bertemu denganmu,”

“Sejak tadi, kau menyebut murid sahabatku. Maaf, aku bukan hanya murid, tapi juga putra ayahku, Raja Samudra”

Kali ini, wajah Raja Siluman Ular Putih sedikit berubah, tapi cuma sesaat, yang sesaat kemudian sudah berubah tenang bagaikan air.

“Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Manggala. Ku harap, kau siap untuk mendengar dan menerima kenyataan” ucap Raja Siluman Ular Putih diiringi perubahan di wajah Manggala. Tapi Manggala tetap diam menanti. Melihat kediaman Manggala. Raja Siluman Ular Putih melanjutkan ucapannya, “Kau mungkin hanya murid sahabatku, Raja Samudra. Tapi yang jelas kau bukan putra kandungnya”

Semakin berubahlah paras Manggala dan sebelum Manggala berucap sesuatu, Raja Siluman Ular Putih sudah melanjutkan ucapannya. “Seperti halnya diriku, Raja Samudra bukanlah berasal dari bangsa manusia. Kami berdua berasal dari bangsa ghaib, sedangkan kau... adalah bangsa manusia. Aku merasa, rajah Petir di dadamu itu pasti memiliki hubungan yang sangat erat dengan kelahiranmu didunia ini...” Sampai disini Raja Siluman Ular Putih menghentikan perkataannya, dapat dilihatnya bagaimana wajah Manggala kembali berubah dengan kening berkerut, sepertinya Manggala tengah mencerna ucapan Raja Siluman Ular Putih barusan.

Manggala bukanlah pemuda bodoh. Di pikirannya, Manggala berusaha menyambung tali merah perkataan Raja Siluman Ular Putih dengan peristiwa rencana pembunuhan dirinya oleh kedua senopati Istana Dasar Samudra.

“Jika aku bukan putra Ayahku, lalu siapa aku? Siapa kedua orangtuaku? Darimana aku berasal?” kata-kata itu terus berputar-putar dipikirannya.

Raja Siluman Ular Putih dapat melihat bagaimana Manggala tenggelam di alam pikirannya sendiri, maka dia melanjutkan ucapannya, “Aku dan Raja Samudra, Sebelum berpisah untuk mempersiapkan diri dalam pemuksaan dari mayapada ini, kami membuat sebuah ikatan janji" kata Raja Siluman Ular Putih itu lagi.

"Janji...? Janji apa?" tanya Manggala tertarik.

"Aku dan Raja Samudra punya satu janji. Jika salah satu diantara kami memperoleh pewaris lebih dulu, maka ia akan menjadi pewaris tunggal dua aliran ilmu. Yaitu ilmu-ilmu Segoro (Samudra) dan ilmu-ilmu Ular Putih. Itu berarti kau juga adalah muridku," Raja Siluman Ular Putih menjelaskan.

Betapa gembiranya hati Manggala mendengar kata-kata itu. Tapi dia tidak mau menunjukkan dirinya senang akan mendapatkan ilmu kepandaian lagi. Dia teringat dengan salah satu kalimat yang pernah dibacanya dalam buku ayahnya. Di situ tertera bahwa dirinya tidak diperkenankan mempelajari ilmu kesaktian lain selain ilmu-ilmu Segoro (Samudra).

Teringat dengan kata-kata yang tertulis di dalam buku ayahnya itu, Manggala buru-buru menjura memberi hormat. Kemudian tangan kanannya menyilang di dada dengan sikap tegak dan mata tajam memandang Raja Siluman Ular Putih.

"Maaf, bukannya aku menolak. Aku bukan seorang yang haus akan ilmu kesaktian. Aku tidak mau mencampur dua aliran ilmu," kata Manggala tegas.

"Ha ha ha...," Raja Siluman Ular Putih tertawa terbahak-bahak. "Apa lagi yang dikatakan Raja Samudra padamu?"

"Tidak ada," sahut Manggala.

Tiba-tiba Raja Siluman Ular Putih mengangkat tangannya, dan ;

Werrr...!

Di tangan Raja Siluman Ular Putih kini tampak tergenggam sebuah gulungan kertas, lalu memberikannya kepada Manggala.

“Aku tahu, kedua bola mata putihmu itu bisa melihat Manggala. Jadi, silahkan kau baca isi surat ini!” kata Raja Siluman Ular Putih lagi, Manggala tak heran kalau Raja Siluman Ular Putih bisa mengetahui keistimewaan matanya yang sebelumnya benar-benar buta.

Anehnya, saat Manggala membuka gulungan kertas itu, dimana didalamnya terdapat deretan tulisan aksara kuno yang secara ajaib, Manggala bisa membacanya.

"Bagaimana, apakah aku pantas menjadi Gurumu atau tidak," kata Raja Siluman Ular Putih. Surat itu ternyata memang sebuah surat janji yang dilakukan oleh Raja Samudra dan Raja Siluman Ular Putih, tentang pengangkatan calon murid pewaris ilmu-ilmu Segoro (Samudra) dan Ilmu-ilmu Ular Putih.

"Baiklah," desah Manggala. "Aku harus memanggilmu apa?"

"Guru."

Manggala kembali menjura hormat.

"Ha ha ha..., hebat! Ternyata Raja Samudra juga mengajarkan tata sopan santun padamu. Bagus aku suka, kau memang pantas menjadi pewaris tunggal dari dua pendekar digdaya tanpa tanding," Raja Siluman Ular Putih tertawa terbahak-bahak kesenangan. "Mari, selama kau mempelajari ilmu-ilmu Ular Putih, kau tinggal di istanaku ini."

"Terima kasih," ucap Manggala.

"Mari...."

-o0o-

MANGGALA tidak ingat, berapa lama dia berada di istana Raja Siluman Ular Putih. Yang jelas ini, sosok Manggala yang dulunya kecil, kini telah menjelma menjadi seorang pemuda berbadan tegap berotot. Rambutnya sebatas bahu tak teratur. Wajahnya yang memang tidak tergolong tampan, tapi dihiasi oleh alis mata yang menukik bagai sayap elang, memperlihatkan ketajaman muka-nya. Terlihat sangat jantan!

Selama itu pula dia selalu digembleng dalam beberapa jurus dan ilmu kesaktian. Selain mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Raja Siluman Ular Putih, Manggala juga melatih dan menyempurnakan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Bahkan terkadang Raja Siluman Ular Putih juga membantunya menyempurnakan jurus-jurus dan ilmu-ilmu Segoro (Samudra) yang dimilikinya. Tapi secara diam-diam, Manggala juga melatih Tenaga Inti Geledeknya.

Selama berada di istana Raja Siluman Ular Putih, Manggala selalu memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Kenapa kedua senopati istana dasar samudra itu ingin membunuhnya? Siapa yang memberikan perintah? Ayahnyakah? Tapi itu tidak mungkin menurut Manggala. Karena ayahnya begitu sayang kepadanya.

Setiap kali ada kesempatan sendiri, Manggala selalu merenung memikirkan hal itu, dan rupanya ini diperhatikan oleh Raja Siluman Ular Putih. "Kau melamun lagi, Manggala," tegur Raja Siluman Ular Putih ketika memergoki Manggala tengah melamun seorang diri.

"Oh!" Manggala buru-buru menjura memberi hormat.

"Apa yang membuatmu melamun?" tanya Raja Siluman Ular Putih berwibawa suaranya.

"Tidak apa-apa, Guru," sahut Manggala.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nofri Pakaya
sambunyannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status