William membuntuti gadis tersebut tanpa dapat ia sadari. Beberapa saat lalu, ajakan tersebut sangat sulit untuk ditolak. Padahal, William sudah memiliki rencana untuk berkunjung ke panti asuhan.
Ia membawa tas belanjaan Raelza tanpa berkomentar apa pun. Pekerjaan ini lebih sederhana dibandingkan yang dia pikirkan. Hingga gadis tersebut menoleh ke belakang dan menatap dengan kesal.“William, jangan membuntutiku dari belakang. Kita harus berjalan sejajar agar orang-orang tidak menganggapmu sebagai kurir,” protes Raelza.William tidak mengerti. Bagi dia, gadis ini bukanlah orang yang akan mempermasalahkan tentang hal sederhana seperti ini, apalagi memikirkan pendapat orang lain. Ia menyunggingkan senyuman pahit, merasa tidak layak untuk menerimanya.Jauh di hati William, kenangan pahit dengan Sarah dan James masih membekas, memberikannya ketakutan untuk tenggelam dalam hubungan asmara. Jadi, ia sengaja menjaga jarak dengan orang lain.“JangaWilliam Juanda berjalan dengan langkah mantap menuju sebuah toko barang mewah. Namun, di depan pintu, seorang pria mengenakan setelan jas hitam tiba-tiba muncul dan menghalangi jalannya. Pria itu memandang tajam dari ujung rambut William hingga ke ujung sepatunya, seolah menilai penampilannya dengan penuh angkuh.“Pengemis dilarang masuk. Kami tidak memberikan uang atau makanan secara cuma-cuma di sini,” ucapnya dengan nada merendahkan.William mengangkat alisnya, agak heran, kemudian terkekeh. Ia memang mengenakan pakaian sederhana yang sedikit usang, namun tidak ada alasan untuk dipermalukan seperti itu. Sudut bibir William sedikit melengkung, menunjukkan keheranan menyaksikan kesombongan pria itu.Tanpa ragu, William melemparkan sebuah kantong hitam ke lantai. Pria penjaga pintu itu segera menyadari isi misterius kantong tersebut. Ratusan juta rupiah terhampar di depannya, menjadi tumpukan uang yang berserakan seperti sampah. Pengunjung lain terkejut melihat pemandangan tersebut da
Dua hari yang gelap dan kabur. Itulah yang terakhir kali William ingat sebelum matanya perlahan-lahan terbuka di ruangan putih yang terang. Bunyi perangkat medis dan aroma antiseptik mengisi udara, memberikan kesan bahwa William berada di ruang perawatan rumah sakit. Ia merasa pusing dan tubuhnya terasa lemah saat ia mencoba bergerak.Berusaha untuk mencoba menyadari apa yang terjadi. Ia mengingat kecelakaan yang menimpanya saat tertabrak mobil. Rasa sakit di tubuhnya mulai terasa, tetapi ingatan lain mulai merasuki William. Kenangan pahit beberapa menit sebelum tertabrak mobil.‘James mempermainkanku lagi.’ William tertunduk, merasa kesal karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan. ‘Jika saja aku kaya, aku mungkin tidak akan berakhir seperti ini.’‘Tetapi, apakah dampak dari tabrakan itu berpengaruh pada penglihatanku?’William melihat jendela aneh di depan mata. Saat ia berusaha untuk meraihnya, tangan pemuda itu tembus begitu saja.「Selamat! Tuan William Juanda telah mewarisi sis
William berolahraga untuk pertama kali setelah beberapa hari terjebak di dalam kamar tanpa dapat melakukan apa pun. Ia merasa seperti hidup kembali, walaupun William sendiri tidak bisa menyangkal fakta kalau dulu dia adalah orang yang sangat jarang berolahraga karena tugas dan kerja paruh waktu. Ia mengatur nafas dan duduk di bangku taman. Ingatan buruk tentang taman seketika mengusik ketenangan William hingga ia merasa sakit perut dan mual. William berusaha untuk menghapus kenangan pahit tersebut dan melangkah maju, menjadikan momen itu sebagai pelajaran seumur hidup. Seorang perawat kemudian datang kepada William. “Tuan William, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Beliau bilang dia dari Perusahaan Eliort,” ucapnya dengan jelas. William memasang wajah masam, menebak siapa yang datang dengan membawa nama perusahaan. Jika bukan James, maka pasti orang suruhan mereka. Dan sangat mudah bagi William untuk menebak tujuan kedatangan orang itu. “Apa anda ingin saya mengatakan k
William mengepalkan tangan erat-erat, mencoba untuk menahan gelombang emosi yang merayap di dalam dirinya. Semua hal berjalan begitu lancar sebelum dia bertemu dengan Sarah dan James di pusat perbelanjaan. Ia berpikir menghabiskan uang dan mencari suasana baru akan menyenangkan, tetapi kenyataannya, suasana hatinya justru semakin tegang dan stres.**Beberapa waktu lalu.William membentangkan tangan, menghirup udara segar, dan menghembus pelan. Ia sudah bisa keluar dari rumah sakit kurang dari seminggu.Para dokter panik dan terkejut saat mereka mengetahui kemampuan pemulihan diri cepat. Padahal, baru beberapa hari lalu mereka melihat pemuda itu sekarat dan berada di ujung jurang kematian.「Silakan untuk menyelesaikan misi harian anda.」“Ayo kita selesaikan misi harian dan pulang!”William membuka pintu masuk pusat perbelanjaan dengan semangat yang menggebu-gebu. Misi dari sistem tidak terlalu sulit; hanya menghabiskan uang. Ini terasa seperti rekreasi menyenangkan. Ia berjalan melewa
Sebuah mobil sedan keluaran terbaru memasuki halaman kampus Universitas Indonesia. Pandangan mahasiswa di sekitar terpaku pada kemewahan mobil tersebut. Orang-orang mulai berkumpul dan mencoba menerawang sang pemilik melalui siluet.“Lihat, bukankah itu adalah mobil keluaran terbaru?”“Aku tidak tahu kalau di fakultas kita ada orang kaya,” tambah yang lainnya.Dagu Sarah perlahan naik, ia mendengus, dan tersenyum sombong. Perhatian orang-orang membuatnya semakin bersemangat. Setelah kejadian di mall kemarin, ia harus kesulitan untuk membujuk dan mengembalikan mood James. ‘Aku sudah bersusah payah mendapatkan mobil ini. Sudah sewajarnya kalian merasa iri,’ batin Sarah.Sarah melepaskan sabuk pengaman, menekan tombol pembuka pintu, dan menunjukkan diri di depan mahasiswa lain untuk memamerkan mobil barunya. Ia tersenyum penuh keangkuhan dan menutup pintu, berusaha untuk menyapa kenalannya.Tiba-tiba, perhatian semua orang beralih. Sarah ikut mencoba mencari tahu pencuri perhatian terseb
Mobil mewah itu melaju lebih kencang lagi di tengah gemerlap perkotaan dengan gedung-gedung menjulang tinggi. Jalan raya dipenuhi oleh cahaya-cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit yang megah, menciptakan suasana yang futuristik dan glamor. Kendaraan lainnya berlalu lalang, namun semua perhatian tercuri oleh mereka. Saat atap mobil terbuka, adrenalin meningkat dan teriakan histeris pria di kursi penumpang bergabung dengan deru mesin mobil yang kuat, menciptakan kegembiraan yang luar biasa di tengah keramaian kota. William, sang pengemudi, tak bisa menyembunyikan senyuman kepuasannya dan semakin memacu kecepatan, menikmati setiap detiknya.Namun, kegembiraan itu berubah menjadi momen penuh ketegangan saat William merasa tangan pemuda di sampingnya menggenggam pundaknya dengan kuat. Melalui tatapan berbinar, pemuda itu menunjukkan rasa ketakutannya dan memohon untuk melambatkan mobil. William mengerjap, menyadari bahwa mereka harus mengurangi kecepatan, menyadari terlalu terbawa
William tidak memiliki pilihan lain. Para preman itu, William mengetahui identitas mereka. Dulu dan sekarang tidak pernah berubah. James akan selalu menghantui kapan pun dia hidup dan tidak mungkin untuk lepas dari genggaman bajingan itu tanpa menunjukkan perlawanan berarti.Berpikir mengakhiri kontrak adalah kesempatan untuk melepaskan diri, namun dia salah.Kenangan buruk mulai menghantui dan merasuki hati William, mengingatkan rasa trauma dan ketakutan di masa lalu. Tanpa terasa mereka sampai di gedung kosong, tempat di mana dia biasa menerima pelajaran.“Sana dan duduklah dengan tenang sampai Tuan Muda sampai!”Pemuda itu didorong ke sudut ruangan dan terjatuh. Puing-puing dan lantai kasar melukai telapak tangan William. Ia tidak bisa memberikan perlawanan dengan pikiran kosong.Tidak lama, suara hentakan kaki terdengar mendekati keberadaan mereka. Wajah tidak asing itu terlihat menyeringai dengan jahat dan merendahkan. Ini adalah pemandangan yang sangat James rindukan, ketika ia
Ayunan tangan William mengenai tepat di muka James, membuat pemuda itu terjerembab ke belakang dan berputar. William masih memiliki kemarahan di hati, keinginan untuk memberi lebih banyak pelajaran harus ia urungkan.William tahu dia perlu memberi lebih banyak pelajaran hingga James merasa enggan untuk memancing masalah. Terlahir sebagai anak satu-satunya keluarga Eliort membuat pemuda itu tidak mengetahui batasan dan kapan menyerah—kesempatan ini seharusnya tidak dilewatkan begitu saja.Namun, William memutuskan untuk berhenti.‘Aku tidak boleh menjadi seperti James. Ia memang melakukan hal di luar batas, tetapi bukan berarti aku juga,’ batin William.James babak belur, sebagaimana para preman itu. Sesaat sebelum William sadar akan situasi, ia telah menyingkirkan semua preman dalam satu kali pukulan, membuat ia terkesan sekaligus takjub pada diri sendiri. Ia menjadi sangat kuat dengan menukar Poin Sistem, tetapi bagaimana dengan keterampilan bela diri lain?‘Aku merasa seperti tidak