"Bolehkah aku meminta bantuan Ibu?"[Boleh]"Kalau begitu aku mau meminta bantuan ibu saja."Ting![Sistem Non Aktif]Tak beberapa lama kemudian, setelah Ali melihat Abdul keluar rumah, ia langsung berjalan menghampiri Liana ibunya dan meminta waktunya untuk bisa berbicara dengan ibunya di meja makan.Ali terdiam sejenak, kemudian ia mengambil nafas dalam-dalam. "Bu, aku tahu sesuatu yang mungkin tidak seharusnya aku tahu. Tetapi aku merasa harus berbicara tentang ini."Liana memperhatikan anaknya dengan cemas. "Apa yang terjadi, Nak?"Ali menatap ibunya dengan serius. "Atasan ayah melakukan penyelewengan anggaran di perusahaan. Ayah ikut terlibat."Liana terkejut mendengar hal itu. "Kamu yakin, Nak?""Iya, Bu. Aku sangat yakin. Tetapi, ayah tidak mau melaporkannya karena takut beban keuangan keluarga akan bertambah berat."Liana merasa kebingungan. "Aku tahu ayahmu. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu.""Bu, aku tahu ini sulit untuk dipercaya. Tetapi kita harus menyelesaikan ini
Ali bertanya kepada Liana Ibunya. "Ibu, bagaimana dengan reaksi Ayah?""Reaksi apa Nak?" jawab Liana balik bertanya. Ia seolah bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ali, meskipun sebenarnya dia menyadari apa maksud yang ingin disampaikan oleh Ali."Ibu belum mencoba membujuk Ayah?" Ali berusaha menekankan pertanyaannya, "Bukannya Ibu kemarin bilang mau membujuk Ayah supaya melaporkan atasannya yang akan melakukan penyelewengan anggaran di perusahaannya?!"Liana lalu melayangkan senyuman lembut terhangatnya kepada Ali dan berkata, "Sudah kok." Liana lalu merapikan meja makan."Terus apa kata Ayah?!" selidik Ali penasaran."Ayah masih belum mau melaporkan atasannya." "Apa! Ta-tapi kenapa! I-ibu mungkin belum cukup berusaha untuk membujuk Ayah!"Mendengar keluhan dari anaknya Ali, Liana lalu terdiam dan menatap tegas ke arah wajah Ali dan berkata, "Ali, Ibu sudah berusaha. Sekarang cepat habiskan sarapanmu dan berangkat bersama Ibu ke Sekolah.""Ba-baiklah." Ali yang melihat waja
“Ju-juggling Coach?!” Ali langsung terkejut mendengar permintaan Andre, karena ia memang belum pernah sama sekali melakukan juggling seumur hidupnya. Juggling adalah teknik menggiring bola dengan kaki yang dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri tanpa membiarkan bola jatuh ke tanah. “Siap Coach!” Coach Andre lalu memberikan bola kepada Ali, dan ketika Ali mencoba melakukan juggling, ia kesulitan untuk mengendalikan bola, karena bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan. Ali tidak ingin menyerah dan mencoba untuk melakukan juggling dengan lebih serius. Namun, hasilnya tetap sama, bola itu selalu terlepas dari kendalinya setelah hanya dua atau tiga kali sentuhan saja. Melihat kemampuan juggling Ali yang sangat buruk, Andre lalu memberikan pengarahan kepada Ali bagaimana cara melakukan juggling yang benar. Namun, kembali hasilnya tetap sama, Ali memang tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol bola. "Baiklah Ali, selama se
Abdul lalu terdiam agak lama, lalu berkata dengan lirih. “Kamu dan Ali benar … Aku memang terlibat penyelewengan anggaran perusahaan. Dan hal ini sangat mengganggu pikiran dan mental ku, Li!” Mendengar pengakuan dari suaminya Abdul, Liana terkejut namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan Abdul. Liana tidak menyangka bahwa apa yang diungkapkan oleh Ali mengenai penyelewengan anggaran ternyata benar adanya. “Baiklah sekarang tolong jujur kepadaku, sudah sejauh mana keterlibatanmu dalam penyelewengan anggaran ini.” selidik Liana dengan wajah seriusnya. “Panjang ceritanya, namun besok adalah harinya dimana aku yang seharusnya menandatangani pembelian barang Fiktif yang dilakukan oleh atasanku.” ungkap Abdul. “Besok jangan kamu tanda tangani surat itu. Kamu adukan atasanmu ke Unit Satuan Pengawasan Internal Perusahaan.” terang Liana memberi saran. “Tapi ada kemungkinan mereka juga terlibat Li, posisi ku saat ini sangat terjepit.” “Kamu harus lakukan sesuatu hal yang
“Kamu tahu dari siapa?” “A-aku tahu dari siapa?” Ali terhenyak, wajahnya terpaku, “Oh iya aku lupa, seharusnya aku tidak tahu,” gumamnya dalam hati. “A-aku hanya menebak saja bu, he he,” dalam seringainya Ali merasa khawatir. “Memangnya tebakanku benar ya bu, he he” “Iya, benar.” jawab singkat Liana. “Oh.” Ali menganggukkan kepalanya, “Ayah bagaimana bu? Apakah bakal ada masalah kedepannya?” “Ayah aman, tidak masalah.” Pembicaraan tadi justru membuat Ibu dan anak ini merasa canggung. Kesalahan Ali bertanya, membuat Liana curiga. Setelah Ali tahu kalau Ayahnya terlibat dalam penyelewangan anggaran dengan atasannya, kini ia tahu kalau Ayahnya sudah melaporkan atasannya. Ketika Ali sudah berangkat ke sekolah, Liana yang duduk di ruang tamu berpikir. “Apa semua ini ada hubungannya dengan chip yang aku sembunyikan di dalam tubuh Ali? Yang membuat Ali seperti ini.” Liana mengambil laptop, setelah membukanya terlihat jelas simbol nukleus berwarna biru yang merupakan lambang
“Da, aku mau ikut ke SMA pilihanmu. Ka-kamu mau tidak jadi pacarku?”"Maaf Ali, aku tidak mau ... menolak kamu. Kamu adalah Nobita ku yang lemah, manja dan bawel tapi aku suka!”Pada hari kelulusannya Ali menyatakan rasa cintanya kepada Minda dan diterima. Namun, keesokan harinya Minda tidak melihat Ali datang ke SMP sampai seterusnya lulus dan masuk SMA, ia tidak pernah bertemu lagi dengan Ali.…Ali dan Reza langsung menuju ke lapangan ketika sampai ke Stadion Phoenix, sementara Anita dan Minda akan menunggu sambil berlari ringan di sekitaran Stadion.Ali tetap berlatih juggling sesuai instruksi dari Andre pelatihnya, latihan ini menunjang tantangan harian yang telah dipilihnya dalam sistem sepakbolanya untuk menambah atribut tehnique. Atribut ini meningkatkan kemampuan teknik dari Ali dalam mengolah bola seperti mengontrol bola, menggiring bola dan mempertahankan bola.Kemampuan juggling dari Ali saat ini masih dalam tahap awal. Ia seringkali kesulitan untuk mengontrol gerakan bola
"Besok Ali akan bertanding, apakah kamu mau ikut nonton ke Emerald Stadium?""Tidak Li, aku malu dengan Mason. Seperti pada pertandingan kemarin, Ali hanya menjadi beban tim Phoenix FC U19 saja."Liana bertanya kepada Abdul apakah dia akan menonton pertandingan Ali besok di Emerald Stadium. Abdul menolaknya dan berkata bahwa ia merasa malu dengan Mason, yang dulunya adalah rekannya saat bermain untuk Phoenix FC.Mason yang saat ini adalah kepala pelatih dari Phoenix FC U19 dengan senang hati menerima Ali menjadi bagian dari tim nya karena permintaan dari Abdul sahabat baiknya bahkan Ali ketika masuk menjadi bagian dari Akademi Phoenix FC tanpa melalui ujian dahulu.…Abdul dan Mason adalah pemain muda potensial terbaik yang pernah di miliki oleh Akademi Phoenix FC, ketika mereka masing-masing masih berumur 19 tahun dan 18 tahun.Abdul adalah seorang kiper yang terkenal mempunyai reflek cepat, lompatan tinggi dan bisa berkomunikasi baik dengan para bek yang ada didepannya. Ia juga meru
Bis yang membawa para pemain Phoenix FC U19 telah sampai di Emerald Stadium, dalam beberapa jam lagi mereka akan bertanding melawan Eagle FC U19.Di dalam ruang ganti kepala pelatih Mason memberikan instruksi kepada para pemainnya. Ia meminta para pemainnya agar bermain dengan tempo cepat agar bisa mencetak gol.Ali memperhatikan kepala pelatihnya dengan tatapan tajamnya ia membawa perasaan kecewanya masuk ke hatinya yang paling dalam, "Apabila aku mempunyai kemampuan untuk menghipnotis pelatihku, akan ku buat dia memainkan aku." gumamnya."Reza! Tolong pimpin semua pemain dengan baik dan bawa kemenangan dalam tim." Tutup Mason dalam intruksinya."Siap, coach!" sahut Reza.Pertandingan antara Phoenix FC U19 melawan Eagle FC U19 pun dimulai.Phoenix FC U19 pada awal babak pertama langsung menekan lawannya Eagle FC U19, sesuai instruksi dari Mason. Namun setelah 25 menit berlalu, Phoenix FC U19 masih belum bisa menciptakan gol, walaupun beberapa kali memperoleh kesempatan di depan gawan