"Joya, kamu tolong kasih ini semua ke kokpit," pinta Diana sambil menyerahkan sebotol air mineral satu liter, tissue dan plastik sampah.
"Harus saya?" tanya Joya pada Diana dengan suara memelas. Joya sedang malas berurusan dengan sektor kopilot.
Lebih tepatnya Joya sedang tidak mau berurusan dengan seorang Fajar Larsson. Pilot tampan berusia 38 tahun, yang memiliki gelar Captain America-nya maskapai penerbangan mereka. Dari pertama mereka berkenalan hingga detik ini Joya dan Fajar tidak pernah akur. tapi, entah kenapa schedulle mereka selalu sama dan untungnya Fajar tidak pernah menurunkan Joya dengan alasan tidak bisa diajak bekerja sama, padahal Fajar bisa melakukan hal tersebut pada dirinya.
"Mau siapa lagi?" tanya Diana sambil menatap Joya. "Ada orang lain di sini?"
Argh ... rasanya Joya ingin melemparkan kettle yang ada di tangannya kearah Diana, andai Joya tidak ingat siapa Diana mungkin sudah Joya lakukan. "Baik, Mbak."
Joya dengan patuh men
Sepanjang perjalanan bolak-balik Jakarta-Denpasar dan Denpasar- Jakarta, Joya harus banyak-banyak menahan kesabarannya. Fajar benar-benar membuat kepalanya hampir meledak. Ada saja hal yang salah di mata Fajar, rasanya Joya ingin berteriak kalau yang salah adalah mata Fajar bukan kelakuan Joya."Dasar Fajar Klakson sialan!?" maki Joya sambil memasukkan dua sendok gula ke dalam kopi milik Fajar."Kenapa? Salah lagi?" tanya Trisa sambil menahan tawanya."Taulah, kalau salah lagi aku kasih air keran, nyebelin sumpah. Kenapa sih, kenapa Diana nyuruh aku balik lagi ke bagian bisnis? Udah bagus kaya rute tadi aku di simpan di bagian Ekonomi," rutuk Joya sambil memasukkan mengocok kopi untuk Fajar."Kak Ani 'kan sakit, Kak. Ya udah mau gimana lagi, aku aja ampe b
“Iya Kapt,” jawab Joya sambil menatap manik mata Fajar.Fajar sama sekali tidak bisa berkata apapun, manik mata Joya seakan memerangkapnya. Tatapan, Joya benar-benar membius Fajar. Tanpa sadar jemari Fajar terulur dan menyentuh bibir Joya.Joya tersentak kaget saat merasakan sentuhan jari Fajar, Joya langsung merasakan perasaan aneh ditubuhnya. “Kapt ....”Fajar tersentak saat mendengar panggilan Joya, dengan cepat diturunkan kembali tangannya dari bibir Joya. “Maaf, kamu bisa pergi.”Fajar melepaskan pegangan tangannya, sebelum Joya melangkah Fajar berkata, “Maaf, Joya. Tapi, saya nggak mungkin keluarin kamu dari crew.”“Kenapa?” tanya Joya bingung sambil membalikkan tubuhnya dan menatap manik mata hitam Fajar. Sepatu hak tinggi miliknya membuat tubuhnya hanya kurang lima sentimeter dari tinggi Fajar.
“Love, kayanya kita nikah di Hotel—“ “Terserah, nikah di mana aja, gimana kamu. Aku nggak peduli,” jawab Fajar sambil membulak balik majalah di hadapannya. Detik ini mereka sedang duduk-duduk di sofa penthouse milik Fajar, setelah kemarin Fajar pulang dari Bali, bekerja. Fajar sangat-sangat ingin mendapatkan ketenangan namun, semuanya sirna karena Fajar mendengarkan celotehan Naomi tentang pernikahan impiannya. Hingga, kepala Fajar rasanya ingin pecah. Fajar sama sekali tidak ingin menikah dengan Naomi, seandainya bukan karena keinginan almarhum Ayahnya dan desakan orang tua Naomi, Fajar pasti sudah memutuskan hubungannya dengan Naomi. Fajar pernah mencintai Naomi tapi, dulu. Iya dulu saat semuanya indah dan saat Naomi belum menunjukkan wajah aslinya yang ternyata hobi selingkuh dan bermuka dua. Argh ... rasanya Fajar ingin melempar semua baran
"Gimana, Jar?" tanya Joya kaget, kesambet apa lelaki dihadapannya ini tiba-tiba mengajaknya makan. Sepertinya sebelum masuk kedalam lift kepala pilotnya ini terantuk pot bunga."Makan, kamu tau makan nggak sih?" tanya Fajar."Taulah, aku 'kan manusia bukan siluman ubur-ubur," ucap Joya yang kesal karena Fajar mulai menyebalkan kembali."Astaga siluman ubur-ubur tolong humor aku makin receh," kekeh Fajar tiba-tiba."Makan apa?" tanya Joya."Apapun, aku yang traktir. Mau nggak?" tanya Fajar."Tumben, biasanya tiap liat saya bawaannya darah tinggi," ledek Joya."Sekarang juga saya darah tinggi. Tapi, saya lapar dan saya liat kamu juga lapar," ucap Fajar."Tau dari mana saya la—"Kruyuk ..."Suara perut kamu," jawab Fajar sambil tersenyum pada Joya.Deg
Tubuh Joya langsung meremang saat mendengar perkataan Fajar, tanpa sengaja garpu di tangannya jatuh ke lantai.Prang ...“Joy, kamu kenapa?” tanya Szasza kaget mendengar suara garpu yang jatuh ke lantai.Joy terenyak, dengan cepat dialihkan pandangannya dari netra mata hitam milik Fajar yang memabukkan ke mata sahabatnya Szasza. “Apa, gimana?”“Garpu kamu jatuh loh,” ucap Szasza sambil menunjuk tangan Joya.“Iya, kok bisa jatoh yah?” tanya Joya.Fajar langsung terbahak saat mendengar perkataan Joya, ternyata Joya adalah gadis yang sangat-sangat polos dan menggemaskan. Ternyata, ini sifat asli seorang Joya Dimitra yang selalu dianggap munafik oleh Fajar. Polos.“Yeh ... dasar klakson bemo m
Joya berjalan meninggalkan Fajar dengan cepat dia berlari ke arah lapangan parkir. Pokoknya saat ini ia ingin melarikan diri sejauh-jauhnya dari Fajar, pikirannya berkecambuk kenapa dengan dirinya ini. Kecupan Fajar di bibirnya membuat Joya meremang, kecupan singkat yang membuat dirinya tak mampu berkata apa pun lagi.Joya dengan cepat masuk ke dalam lift dan berdiri membelakangi pintu lift yang masih terbuka lebar, tak sadar kalau ada seseorang yang mengikutinya dari tadi dan menatap dirinya. Saat pintu lift tertutup Joya mendengar suara bariton yang membuat lututnya lemas.“Joy,” panggil Fajar.Joya langsung membalikkan badannya dan tersentak saat mendapati Fajar sudah berada di belakang tubuhnya. Wajah Fajar hanya berjarak beberapa inci dari wajah Joya. Mata mereka bertautan seperti memberi sinyal kalau mereka sama-sama memendam hasrat yang menggelora di alam bawah sadar mereka.“Apa,” jawab Joya sambil berusaha menstabilkan sua
Fajar berjalan ke arah Penthouse nya, dia benar-benar ingin meninggalkan Naomi sejauh mungkin. Dia ingin bernapas lega meninggalkan wanita sialan yang hobinya selingkuh dan memiliki kelakuan seperti ular.Saat sedang masuk ke dalam lift entah kenapa kakinya terhenti, dengan cepat dirinya keluar dari dalam lift dan berjalan ke arah parkiran mobil. Entah kenapa dia ingin sekali pergi ke parkiran mobil. Instingnya meminta dirinya untuk pergi menuju parkiran mobil entah kenapa.Saat sedang berjalan dia melihat sesosok wanita yang sedang berjalan santai di depannya. Fajar tersenyum senang saat melihat wanita itu. Wanita yang membuat dirinya penasaran dari tadi. Wanita yang membuat setiap inci tubuhnya penasaran dengan kelakuannya yang berbeda saat mengenakan seragam dan mengenakan baju bebas.“Joya,” panggil Fajar sambil menarik lengan Joya yang akan masuk ke dalam mobil mungil miliknya.Joya terdiam dan melirik ke arah Fajar, kepalanya langsung sa
Joya berguling ke kanan dan ke kiri, tubuhnya lelah bukan main. Dia butuh tidur tapi, bayangan bibir Fajar yang melumat bibirnya dengan penuh kelembutan dan kehangatan membuat Joya benar-benar tidak bisa tidur. Dia mengutuki semuanya, dia benar-benar kesal bukan main kenapa dia masih berpikir tentang bibir Fajar yang membersihkannya dengan baik.“Argh ... sialan?! Kenapa malah ke pikiran bibir klakson? Astaga ... kenapa otak aku ini, sudah lama nggak dibelai jadi gini,” maki Joya sambil mengingat kapan terakhir kali dia ciuman. Ah ... terakhir kali itu saat bersama pembeli kegadisannya. Joya sama sekali tidak pernah melakukan dengan siapa pun lagi.Dengan kesal Joya melempar selimutnya dan berdiri dari kasurnya, Szasza sahabatnya sedang pergi bersama Byan. Jangan ditanya mereka ke mana, mereka pasti kuda-kudaan atau pergi entah ke pulau mana untuk berlarian di pantai tanpa pakaian. Pasangan mesum.Joya berjalan ke dapur sambil membawa handphone