Sore harinya Samuel mengajak Giovanni untuk pergi ke supermarket dan berbelanja membeli masakan yang akan mereka masak nanti malam, Samuel merencanakan pesta kecil-kecilan untuknya juga sahabat barunya yang baru saja dia dapatkan setelah beberapa minggu ini selalu menemaninya dalam mengelola Cafe.''Oh iya Gio, apa kalian berdua masih berhubungan?'' tanya Samuel ambigu, hingga Giovanni tidak mengerti apa yang dimaksud temannya itu.''Maksudmu apa? Bicaralah yang jelas.'' Jawab Giovanni sambil memilih sesuatu yang dia butuhkan untuk dibeli di supermarket itu.''Maksudku … kamu dan nona selebritis itu.'' Jelas Samuel.''Oh, entahlah … dia tidak membalas beberapa pesan yang aku kirim dari kemarin malam.'' Jawab Giovanni terlihat kekecewaan di wajahnya.''Ah mungkin dia sibuk, kamu sungguh hebat bisa dekat dengan selebritis seterkenal itu.'' Puji Samuel sambil berjalan pelan dan memasuk-masukan barang belanjaannya ke dalam stroller yang sedang di dorongnya itu.''ya … itulah nasib baikku,
Samuel mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun matanya melihat dan membaca barang yang akan dibeli, tetapi telinganya begitu tajam mendengarkan setiap ucapan yang Giovanni lontarkan untuknya, kini dia merasa jika dia benar-benar memiliki seorang teman, sahabat bahkan saudara. Karena sebelumnya dia tidak pernah sedekat ini dengan seseorang, hal ini terjadi bukan karena dia mengetahui bahwa yang bersamanya ini jelmaan miliarder tapi lebih kepada kepribadian Giovanni yang sangat menakjubkan itu, dia rendah hati, tidak mau ambil pusing, setia kawan dan sangat pintar.''Ayo kita lanjutkan perbincangan kita di cafe saja, aku rasa cukup sudah kita berbelanja hari ini.'' Ajak Samuel lalu berbalik arah menuju antrian kasir, Giovanni terlihat mengekor sambil melihat sekeliling.''Apakah aneh?'' tanya Samuel dengan dahi mengkerut.''Maksudnya?'' Giovanni balik bertanya.''Maksudku, kamu seperti orang udik yang baru pertama kali masuk supermarket.'' Jawab Samuel sambil menutupi mulutnya karena m
Samuel tahu, jika sudah tradisi sebagai seseorang yang menyandang predikat sebagai orang kaya pastinya akan selalu dipertanyakan tentang amal mereka, entah itu pencitraan ataupun benar-benar ingin berbagi hartanya yang sudah sangat melimpah dan tidak akan habis ratusan turunan itu, karena ternyata tradisi tersebut tak hanya terjadi di zaman sekarang saja. Orang terkaya dunia sepanjang masa Andrew Carnegie adalah miliarder pertama yang menjadi filantropis, bahkan sebelum Bill Gates lahir apalagi Mark Zuckerberg menjadi ikon yang digemari para orang kaya yang ingin mengikuti jejaknya.Bahkan pada zaman dahulu, tumbuhnya industri telah menciptakan pemisah kekayaan antara pekerja di bawah dan dengan pimpinan yang kala itu disebut robber baron alias perampok. Robber baron kala itu diartikan sebagai kapitalis dan orang kaya yang tidak bermoral. Dalam rangka mengatasi ketidakseimbangan ini, dan mungkin juga untuk meningkatkan reputasi mereka saat mendekati masa tuanya, beberapa pebisnis terk
"Sttttttt!"Seorang gadis tiba-tiba masuk, menyelinap dan menyuruh Gio berhenti memainkan pianonya dengan menempelkan jari dibibirnya.Si gadis terlihat memakai gaun malam berwarna emas yang menjuntai begitu elegant, wajahnya tak begitu terlihat jelas karena bersembunyi dibalik pintu ruangan yang setengah gelap, hanya pakaian yang berwarna emasnya saja berkerlap kerlip terlihat di bawah lampu cahaya yang remang-remang.Gio menghentikan permainan pianonya, Gio segera menghampiri si gadis."Diem dulu yah, jangan main piano dulu" ucap gadis tersebut, terdengar sangat merdu, kemudian menarik tangan Gio agar lebih dekat denganya.Gio tak berani memandang kearah wajah gadis didepanya, suara orang-orang berlarian di luar terdengar begitu gaduh, kemudian ada teriakan dari suara seorang perempuan di luar ruangan itu "cepat cari sampai ketemu!"Setelah suara teriakan itu, suara gaduh orang berlarian kesana kemari semakin ramai seperti sedang men
Sementara di luar, sang gadis terus berlari dengan riang, berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang mendapatkan sesuatu, sesekali memandang ke belakangnya, kemudian berlari kecil sambil mengangkat anggun gaun emas yang menjutai dan menyapu lantai bangunan megah itu, kakinya bertelanjang dan sesekali berjinjit karena lantai marmer gedung itu terasa dingin.Rambutnya tergerai panjang hingga pinggang, sedikit bergelombang dengan beberapa helaian menghiasi kedua pipinya serta suara gemerincing perhiasan yang dia pakai membuat sosoknya terlihat bak bidadari yang baru saja menginjakan kaki di bumi, terlihat asing tapi menikmati kebebasanya.Sang gadis tiba-tiba menghentikan langkahnya. Senyuman merekah yang menghiasi wajahnya seketika hilang, gemerincing perhiasan yang seperti alunan musikpun terhenti seketika, karena beberapa pria tegap berwajah maskulin dan berpakaian rapi seragam menghampirinya, lalu mereka serentak membungkuk pada Sang gadi
"Hei siapa disitu?" Tiba-tiba seseorang memergoki keberadaan Gio digedung tersebut.Gio terdiam, berlaripun tak mungkin lagi tiba-tiba lampu gedung tersebut menyala, sehingga jika dia kabur akan fatal akibatnya karena camera CCTV terletak diberbagai sudut disana."Gio?""Sedang apa kau malam-malam begini?" Tanya seorang petugas keamanan yang memiliki badan kekar tersebut."Hem...he-he" Gio menggaruk-garuk kepalanya meskipun tidak merasa gatal, Dia bingung harus menjawab apa."Haha-hehe tidak jelas, jawab!" Bentak petugas tersebut"Maaf pak, hem ... Saya anu, tadi anu pak" Gio gugup, masih bingung akan menjawab apa."Anu-anu, yang jelas ayo ngomong, tidak akan kumakan kau inilah, kenapa takut sekali!" Bentak petugas itu lagi."Iya pak, mohon maaf pak, tadi saya sedang membersihkan Piano di cafe tempat saya bekerja sekalian bel
Di tempat berbeda Camellia duduk diam sambil menutup matanya, Carol yang melihat Adiknya seperti orang yang sedang bersemedi itu, kemudian perlahan memegang tangan Adiknya."Dingin?" Tanya Carol."Tidak kak" jawab Camellia pelan dengan mata masih tertutup dan berpangku tangan dengan tenang."Harusnya kita tidur di Hotel itu saja, agar Kamu tak harus kecapean lagi, keamanan di sana oke punya lho Mill" ucap Carol."Hem ... dan Aku pasti tidak akan bisa tidur dengan nyenyak, kakak seperti tidak tahu saja sifat wartawan dan fans yang mengejarku, mereka akan melakukan apapun bahkan menggedor pintu kamarku" jawab Camellia."Iya sih, mana fans kamu tua muda lagi, kakek-kakek borjuis pun sudah tak tau malu terang-terangan ingin makan malam denganmu tadi" ucap Carol."Hem ... itulah alasanku ingin pulang, home sweet home" jawab Camellia masih dengan tenang dan menutup
Camellia berbaring dipangkuan Ibunya, sedangkan Ayahnya memijati kaki Anak gadisnya itu, perlakuan mereka terlihat begitu memanjakan Anak gadisnya itu."Tidurlah sayang, Kamu butuh istirahat" ucap Ibunya Milla sambil mengelus-elus rambut putrinya itu."Musikalitas kamu dalam memainkan Biola semakin bagus dan tak tertandingi, Papah sampai terhipnotis tadi dikonser Kamu" sahut Ayahnya Milla sambil memijat lembut jari-jari tangan putrinya itu.Camellia memanglah Violinist termuda berbakat, Dia mengusai semua teknik seperti teknik bowing yang benar, fingering dan musikalitas yang sangat terasah, ini semua Dia dapat karena berlatih konsisten setiap hari tanpa henti, hingga jiwanya dengan Biola menyatu menjadi satu."Yah Dia terlahir dari Ibu seorang cellis dan Bapak seorang Pianis, bibit unggul yang Kita buat hingga menghasilkan berlian seperti Dia, dulu lho Pah, Mamah ingin memberi Dia nama Alice Cellis