"Wulan," ucap Damar ketika melihat sosok wanita yang berdiri dengan posisi membelakangi Karin. Meski tak terlihat raut wajah wanita itu. Akan tetapi, Damar merasa begitu tak asing dengan bentuk tubuh itu. Damar masih, sangat, sangat mengenalinya. Seketika pria itu langsung terpikir pada sosok sang istri yang sudah beberapa bulan lalu dinyatakan meninggal akibat insiden penculikan. Damar sontak meraih ponselnya kemudian mencari nomer Karin di kontak teleponnya.Namun, sayangnya beberapa kali Damar mencoba menghubungi nomer Karin. Ponsel wanita itu tak bisa dihubungi, meski sudah puluhan kali Damar menghubunginya. Hingga akhirnya Damar menyerah dan beralih menghubungi Riko. Pria itu ingin meminta bantuan Riko untuk meminta nomer kontak dokter Irfan suami Karin."Hallo ada apa Bro?""Gue minta nomer Dokter Irfan suaminya si Karin sekarang! Buruan urgent!" ucap Damar tak sabar."Ada urusan apa Lo mau menghubungi Irfan? Lo sakit? Sakit—" Perkataan Riko terhenti saat Damar dengan cepat lan
Malam hari waktu Indonesia, tepatnya jam sebelas malam. Damar yang sudah sangat bersabar sedari tadi sore menahan diri untuk menelpon Karin. Pria itu benar-benar menahan rasa keingintahuannya. Tentang keberadaan wanita dalam foto yang di unggah oleh Karin di media sosialnya.Tut!Tut!Tut!Damar mencoba mulai menghubungi Karin. Namun, hasilnya rupanya sama dengan tadi sore saat ia menelpon wanita itu. Tak ada jawaban tapi, kali ini Damar sudah bertekad meski harus seratus kali menelpon. Damar akan terus mencoba menelpon sampai Karin mengangkat telponnya."Karin kemana sih! Harusnya disana itu udah enam pagi bukan?" Damar berujar kesal karena sudah kelima kalinya pria itu menelpon namun, tak kunjung diangkat oleh Karin."Ya udah coba telpon Irfan," usul Riko yang rupanya masih setia menemani Damar. Mereka kini berada di apartemen milik Damar."Mana nomernya?" Damar meminta nomer telpon Irfan pada Riko. Pria itu tak menjawab, Riko hanya menyodorkan ponselnya pada Damar. Pria itu dengan
Damar, tidak bisa tidur semalaman. Pria itu terus saja memandangi foto Wulan yang tengah ber-selfi dengan Rayan Fernando.Foto dengan caption WITH MY BEAUTIFUL SISTER, yang diunggah lewat akun media sosial milik Rayan. Solah menunjukan betapa saling menyayanginya mereka berdua. Hal itu sempat membuat Damar berpikir, jika Wulan benar-benar adalah Rania.Namun, pikiran tersebut langsung ditepis ketika. Saat Damar teringat dengan kedua bayi kembar yang berfoto bersama Karin di acara yang sama. Damar mulai mengurutkan situasi di acara tersebut.Damar sontak membuka situs media sosial. Pria itu mulai mencari tahu lewat akun media sosial milik Rayan. Ternyata sang bayi kembar itu adalah anak dari wanita yang bernama Rania.Semalam rupanya adalah acara pengenalan kedua bayi kembar itu, sebagai anggota baru keluarga Fernando. Damar seketika langsung menghitung bulan kehamilan Wulan yang mana jika dihitung hasilnya sama persis saat kelahiran bayi kembar itu. Damar merasa jika ini bukanlah suat
Malam harinya di Paris. Damar sudah mempersiapkan segalanya, pria itu sudah membersihkan diri dan berdandan sangat rapi. Beberapa kali pria itu terlihat mematut dirinya di depan cermin. Memastikan kembali penampilannya kali ini benar-benar sudah sempurna."Lan, aku datang tunggu aku," ucap pria itu berbicara dengan tampilan dirinya di depan cermin seraya tersenyum penuh arti. Tak lupa Damar kembali menyemprot parfum dan memakai jam tangan mahalnya."Ok Damar waktunya berangkat!" Pria itu kembali berucap penuh semangat.Damar kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar hotel. Sesampainya di lantai dasar Damar meminta kunci mobil milik hotel yang ia tempati. Iya, hotel itu menyewakan mobil pada para pengunjung.Damar kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan Paris di malam hari. Empat puluh menit kemudian sampailah Damar di depan sebuah rumah megah. Jantungnya berdegup begitu kencang. Pria itu benar-benar nervous saat ini."Permisi," ucap Damar menggunakan bahasa Prancis pada securit
Damar masih terdiam menatap pria yang memanggil Wulan dengan sebutan sayang. Namun, yang lebih mengejutkanya lagi adalah. Ketika Wulan, menghampiri pria itu seraya menyalami punggung tangannya. Tak hanya itu pria itupun membalas dengan senyum seraya mencium kening Wulan mesra.Tangan Damar terkepal, rahangnya mengeras menahan emosi. Pemandangan itu begitu menyiksa mata dan hatinya. "Lan kumohon hentikan!" tegas Damar seraya meraih tangan Wulan. Pria itu sudah tidak tahan lagi melihat adegan yang tengah tersaji dihadapannya."Tuan! Tolong jaga sikap Anda dan siapa sebenarnya Anda? Mengapa Anda datang dan lancang menyentuh istri saya!" Ucap dokter Ardan tegas, menepis tangan Wulan.Iya, pria yang baru saja datang dan memanggil Wulan dengan sebutan sayang adalah dokter Ardan. Pria yang memang setiap malam tak pernah absen selalu mengunjungi Wulan dan si kembar memastikan keadaan mereka baik-baik saja.Saat di depan pintu, langkah Ardan terhenti ketika pria itu, tak sengaja mendengar perc
Damar tengah menatap pemandangan jalanan Paris lewat jendela kamar hotelnya. Jalanan masih begitu sepi, maklum saja saat ini di Paris waktu masih menunjukan pukul lima pagi.Pria itu tak bisa tidur semalaman hingga ia terbangun begitu pagi. Sambil menyesap segelas kopi hitam, Damar melamun memikirkan bagaimana caranya membawa Wulan kembali ke Indonesia.Kemarin malam saat dirinya, meninggalkan kediaman keluarga Fernando. Damar terus memikirkan tentang sikap Wulan, yang begitu membencinya.Namun Damar memaklumi, jika memang Wulan marah dan tak mau menerimanya. Sebab ia sadar luka yang ia torehkan begitu dalam di hati wanita itu sebagai suaminya dulu.Namun, yang pria itu tidak terima adalah ketika Wulan wanita yang begitu ia cintai. Justru membuat sandiwara dengan berpura-pura menjadi istri dari pria lain hanya untuk menghindarinya. Ditambah lagi, melihat sikap dan gerak gerik dokter Ardan pada Wulan.Sangat terlihat pria itu begitu menyukai dan memiliki rasa yang lebih pada sang istr
Tuan Prabu langsung menghubungi Riko memintanya untuk mengatur ulang jadwal pertemuannya dengan klien yang sudah terjadwal satu minggu ini. Tuan Prabu tidak bisa lagi menunggu terlalu lama. Ia dan sang istri sudah tidak sabar lagi ingin menemui wanita yang bernama Rania. Wanita yang katanya begitu mirip dengan Wulan. "Hallo Assalamualaikum Riko," sapa Tuan Prabu begitu telponnya tersambung."Waalaikumsalam iya Om, ada apa?" Riko menjawab seraya melerai pelukan Raisa. Rupanya Riko memanfaatkan telepon dari Tuan Prabu untuk menghindari sang istri. "Begini Riko, om dan Tante ingin menyusul Damar ke Paris untuk menemui wanita yang bernama Rania," ujar Tuan Prabu to the point. "Emm ... apa Om sudah tahu semuanya?" Riko dengan ragu, justru bertanya pada Tuan Prabu. Pria itu merasa sedikit bersalah karena ikut menyembunyikan tentang Rania."Sudah! Kau tahu bukan, sejak Damar melakukan kesalahan dan berujung tragedi penculikan Wulan. Om memutuskan untuk mengawasi terus setiap gerak gerik D
Rania alias Wulan, berlari kecil menuruni anak tangga, dengan wajah yang begitu ceria. Hatinya begitu bahagia karena baru kemarin ia dan Karin mengobrol lewat sambungan telepon. Karin bahkan mengungkapkan, jika ia dan suaminya akan tinggal di Paris untuk sementara waktu.Tentu saja Wulan begitu bahagia. Karena itu artinya, sahabatnya itu akan semakin dekat dengannya. Namun, baru saja Wulan menuruni setengah anak tangga, senyum manisnya seketika menghilang.Wanita paras cantik itu terdiam menatap sepasang suami-istri yang tengah duduk di ruang tamu. Wulan begitu kaget ketika dirinya melihat sosok papah dan mamahnya yang begitu ia rindukan. Sungguh Wulan tak menyangka jika ternyata kedua orang tua angkatnyalah yang datang."Wulan ...." Dengan nada lirih Nyonya Laura memanggil putri tercintanya yang begitu ia rindukan. Air matanya tak tertahankan, menetes deras membasahi kedua pipinya. Sementara, Tuan Prabu terdiam dengan tatapan sendu penuh kerinduan."Wulan!" panggil Nyonya Laura kini