Malam harinya di Paris. Damar sudah mempersiapkan segalanya, pria itu sudah membersihkan diri dan berdandan sangat rapi. Beberapa kali pria itu terlihat mematut dirinya di depan cermin. Memastikan kembali penampilannya kali ini benar-benar sudah sempurna."Lan, aku datang tunggu aku," ucap pria itu berbicara dengan tampilan dirinya di depan cermin seraya tersenyum penuh arti. Tak lupa Damar kembali menyemprot parfum dan memakai jam tangan mahalnya."Ok Damar waktunya berangkat!" Pria itu kembali berucap penuh semangat.Damar kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar hotel. Sesampainya di lantai dasar Damar meminta kunci mobil milik hotel yang ia tempati. Iya, hotel itu menyewakan mobil pada para pengunjung.Damar kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan Paris di malam hari. Empat puluh menit kemudian sampailah Damar di depan sebuah rumah megah. Jantungnya berdegup begitu kencang. Pria itu benar-benar nervous saat ini."Permisi," ucap Damar menggunakan bahasa Prancis pada securit
Damar masih terdiam menatap pria yang memanggil Wulan dengan sebutan sayang. Namun, yang lebih mengejutkanya lagi adalah. Ketika Wulan, menghampiri pria itu seraya menyalami punggung tangannya. Tak hanya itu pria itupun membalas dengan senyum seraya mencium kening Wulan mesra.Tangan Damar terkepal, rahangnya mengeras menahan emosi. Pemandangan itu begitu menyiksa mata dan hatinya. "Lan kumohon hentikan!" tegas Damar seraya meraih tangan Wulan. Pria itu sudah tidak tahan lagi melihat adegan yang tengah tersaji dihadapannya."Tuan! Tolong jaga sikap Anda dan siapa sebenarnya Anda? Mengapa Anda datang dan lancang menyentuh istri saya!" Ucap dokter Ardan tegas, menepis tangan Wulan.Iya, pria yang baru saja datang dan memanggil Wulan dengan sebutan sayang adalah dokter Ardan. Pria yang memang setiap malam tak pernah absen selalu mengunjungi Wulan dan si kembar memastikan keadaan mereka baik-baik saja.Saat di depan pintu, langkah Ardan terhenti ketika pria itu, tak sengaja mendengar perc
Damar tengah menatap pemandangan jalanan Paris lewat jendela kamar hotelnya. Jalanan masih begitu sepi, maklum saja saat ini di Paris waktu masih menunjukan pukul lima pagi.Pria itu tak bisa tidur semalaman hingga ia terbangun begitu pagi. Sambil menyesap segelas kopi hitam, Damar melamun memikirkan bagaimana caranya membawa Wulan kembali ke Indonesia.Kemarin malam saat dirinya, meninggalkan kediaman keluarga Fernando. Damar terus memikirkan tentang sikap Wulan, yang begitu membencinya.Namun Damar memaklumi, jika memang Wulan marah dan tak mau menerimanya. Sebab ia sadar luka yang ia torehkan begitu dalam di hati wanita itu sebagai suaminya dulu.Namun, yang pria itu tidak terima adalah ketika Wulan wanita yang begitu ia cintai. Justru membuat sandiwara dengan berpura-pura menjadi istri dari pria lain hanya untuk menghindarinya. Ditambah lagi, melihat sikap dan gerak gerik dokter Ardan pada Wulan.Sangat terlihat pria itu begitu menyukai dan memiliki rasa yang lebih pada sang istr
Tuan Prabu langsung menghubungi Riko memintanya untuk mengatur ulang jadwal pertemuannya dengan klien yang sudah terjadwal satu minggu ini. Tuan Prabu tidak bisa lagi menunggu terlalu lama. Ia dan sang istri sudah tidak sabar lagi ingin menemui wanita yang bernama Rania. Wanita yang katanya begitu mirip dengan Wulan. "Hallo Assalamualaikum Riko," sapa Tuan Prabu begitu telponnya tersambung."Waalaikumsalam iya Om, ada apa?" Riko menjawab seraya melerai pelukan Raisa. Rupanya Riko memanfaatkan telepon dari Tuan Prabu untuk menghindari sang istri. "Begini Riko, om dan Tante ingin menyusul Damar ke Paris untuk menemui wanita yang bernama Rania," ujar Tuan Prabu to the point. "Emm ... apa Om sudah tahu semuanya?" Riko dengan ragu, justru bertanya pada Tuan Prabu. Pria itu merasa sedikit bersalah karena ikut menyembunyikan tentang Rania."Sudah! Kau tahu bukan, sejak Damar melakukan kesalahan dan berujung tragedi penculikan Wulan. Om memutuskan untuk mengawasi terus setiap gerak gerik D
Rania alias Wulan, berlari kecil menuruni anak tangga, dengan wajah yang begitu ceria. Hatinya begitu bahagia karena baru kemarin ia dan Karin mengobrol lewat sambungan telepon. Karin bahkan mengungkapkan, jika ia dan suaminya akan tinggal di Paris untuk sementara waktu.Tentu saja Wulan begitu bahagia. Karena itu artinya, sahabatnya itu akan semakin dekat dengannya. Namun, baru saja Wulan menuruni setengah anak tangga, senyum manisnya seketika menghilang.Wanita paras cantik itu terdiam menatap sepasang suami-istri yang tengah duduk di ruang tamu. Wulan begitu kaget ketika dirinya melihat sosok papah dan mamahnya yang begitu ia rindukan. Sungguh Wulan tak menyangka jika ternyata kedua orang tua angkatnyalah yang datang."Wulan ...." Dengan nada lirih Nyonya Laura memanggil putri tercintanya yang begitu ia rindukan. Air matanya tak tertahankan, menetes deras membasahi kedua pipinya. Sementara, Tuan Prabu terdiam dengan tatapan sendu penuh kerinduan."Wulan!" panggil Nyonya Laura kini
Wulan termenung di kamarnya, seraya memandang wajah putra, putrinya yang sudah tertidur. Setelah sedari tadi kedua bayi itu bermain bersama Oma dan Opa-nya. Setengah jam lalu Tuan Prabu dan Nyonya Laura baru saja pulang setelah puas bermain bersama Kejora dan Bintang.Sebenarnya tidak ada kata puas Tuan Prabu dan Nyonya Laura ketika bermain bersama kedua cucunya itu. Namun, apalah daya waktu yang harus memisahkan mereka. Dengan terpaksa akhirnya Nyonya Laura dan Tuan Prabu pulang kembali ke hotel tempat mereka menginap.Sementara, Wulan terus saja melamun memikirkan perkataan sang mamah sebelum beliau pulang tadi. Nyonya Laura meminta pada Wulan untuk memberikan waktunya sebentar saja mendengarkan penjelasan Damar. Jika memang nantinya Wulan masih tetap bersikeras dengan pendiriannya yang tak ingin lagi kembali pada Damar. Itu semua sudah Nyonya Laura pasrahkan.Nyonya Laura hanya meminta agar bagaimana pun hubungan mereka kedepannya. Wulan tetap mengijinkan Nyonya Laura dan Tuan Prab
Wulan menatap satu persatu wajah kelaurganya sebelum ia memberikan jawabannya. Ibu dua anak itu sudah memikirkan tentang jawaban yang akan ia berikan sejak semalam. Wanita berparas cantik itu bahkan hanya tidur selama dua jam hanya untuk memikirkan tentang hubungannya dengan Damar.Bukan hanya perasannya pada Damar yang ia libatkan untuk mencari jalan terbaik. Semalaman ia sudah memikirkan matang-matang tentang perasaannya, keluarga dan juga masa depan anak-anaknya. Semuanya sudah ia pikirkan agar nantinya ia tidak salah mengambil keputusan.Kini, setelah Wulan mendengarkan penjelasan Damar. Dirinya harus memberikan jawaban terkait masa depan rumah tangganya dengan Damar. Wulan kembali menatap Damar, wanita itu menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata."Untuk saat ini aku tidak bisa dengan mu Kak, terlalu menyakitkan jika aku harus kembali padamu, luka ini masih baru dan belum sembuh. Aku ingin kamu menceraikan ku Kak," ucap Damar tegas dengan raut wajah yang begitu tenang.Bagia pe
"Lepasin Kak! Aku mohon Kak ini aku Wulan, aku adik Kakak!" teriak seorang wanita muda bernama Wulan Prabu Aditama. Saat tubunya dihempaskan ke atas ranjang oleh seorang pria. "Kak aku mohon berhenti! Jangan mendekat!" Wulan sekuat tenaga bangkit mencoba menghindar. "Kau tidak bisa lari dariku!" bentak pria itu seraya menangkap tangan Wulan dan menariknya kuat."Akhhh! Kak Damar lepasin aku!" Wulan kemabli berontak, akan tetapi perlawanannya sia-sia. Tenaganya tak cukup kuat melawan sang pria. Tragisnya pria itu, adalah Damar Prabu Aditama yang ternyata adalah sang kakak. Damar, ternyata saat ini sedang dalam keadaan mabuk. Pria itu sama sekali tak menghiraukan tangisan dan teriakan sang wanita yang ternyata adalah sang adik. Damar, semakin mendekat, kemudian mengungkung tubuh sang adik.Suasana sepi di rumah mewah itu membuat tak ada seorang pun yang bisa mencegah perbuatan Damar. Sungguh malam ini menjadi malam yang begitu mencekam. Dimana hujan turun begitu deras disertai gemuru