Mendengar apa yang dikatakan Sasha, Kevin tersenyum kecil. “Kau benar sekali! Karena dirimu itu terlalu menggoda dan membuatku tidak dapat mencegah diriku sendiri untuk menyentuhmu.”Sasha mendorong dada Kevin, agar menjauh darinya. Namun, pria itu justru mendekatkan wajahnya, sampai bibir mereka hanya berjarak beberapa inchi saja.“Bibirmu yang merah mereka terlalu menggoda untuk dilewatkan begitu saja.” Kevin menyentuhkan bibirnya dengan bibir Sasha. Tidak siap dengan apa yang dilakukan Kevin. Bibir Sasha terbuka dengan sendirinya menyambut bibir Kevin. Ia terhipnotis dengan mata coklat milik pria yang seharusnya ia hindari.Suara dering ponsel Kevin yang berbunyi nyaring menjadi penyelamat Sasha dari rasa malu. Karena mereka hampir saja menjadi tontonan dengan mempertunjukan kemesraan di tempat parkir. Yang bisa saja dilihat oleh banyak orang.“Telepon sialan!” umpat Kevin.Ia menjauhkan badannya dari Sasha, sambil tetap memperhatikan wanita itu membuka pintu mobil lalu keluar. Ia
Sasah menundukkan kepala tidak berani menatap mata Kevin. “Maaf, saya sudah mengganggu dengan pertanyaan yang saya buat.”“Tidak mengapa, kami mengerti. Sebagai seorang wanita yang datang ke tempat asing tentu wajar bagi Anda untuk banyak bertanya,” timpal salah seorarng pegawai Kevin.Makan siang itu berlanjut dengan kehenigan. Hanya denting sendok saja yang sesekali terdengar. Tidak ada yang membuka percakapan lagi. Selesai makan sianng kedua pegawai Kevin bangkit dari duduk mereka. Keduanya akan duluan melanjutkan perjalanan. Sasha mengikuti Kevin berjalan keluar restoran tersebut. Sebenarnya ia hendak protes haya saja tidak ingin menjadi tontonan dari pengunjung restoran ituBegitu keduanya sdauh berada di luar jauh dari tatapan dan pendengaran pengunjung restoran lainnya. Sasha bertanya kepada Kevin, “Sekarang kita bagaimana? Kamu sudah mengusir kedua pegawai itu pergi lebih dahulu.”. “Tenanglah! Kita akan sampai di lokasi proyek, walaupun tanpa kedua pegawai itu. Akan ada y
Sasha menyikut perut Kevin menggunakan lengannya. Pipinya bersemu merah ada rasa senang digoda oleh pria itu. Desir aneh menghinggapi hati Sasha. “Bagaiman caranya saya tahu kita akan berangkat besok menuju lokasi proyek? Apakah Tuan akan memanggil saya, melalui resepsionis?”Kevin meletakkan tangannya pada dinding dekat kepala Sasha, hingga wanita itu seolah terkurung. “Aku akan mengundang diriku sendiri untuk datang ke kamarmu. Nantikan saja kedatangan tak terdugaku.”Sasha menundukkan badan, agar ia bisa keluar dari lift tersebut. Sykurnya Kevin tidak menghalanginya. Pria itu juga ikut berjalan keluar tepat di belakang punggungnya.Sasha memasukan kunci dalam bentuk kartu ke tempatnya. Begitu pintu sudah terbuka Sasha membalikkan badan menghadap Kevin. Ternyata itu merupakan suatu kesalahan, karena dirinya menjadi berhadapan dengan tubuh Kevin. Yang berdiri rapat tepat di belakangnya.Tangan Kevin terulur mendorong Sasha masuk. Dengan terpaksa wanita itu berjalan mundur, karena bad
“Kau membuatku melupakan su …” ucapan Sasha dipotong Kevin dalam sebuah ciuman yang dalam.“Jangan pikirkan dan sebut nama pria lain. Saat ini hanya ada kau dan aku saja,” Kevin menyatukan tubuh mereka dalam beberapa kali hentakan.“Ah, Kevin! Mengapa kau memberikan kenikmatan ini kepadaku,” desah Sasha.Kevin menjawab dengan menyatukan tubuh mereka berdua, hingga keduanya mencapai puncak secara bersama-sama.setelah selesai bercinta Kevin mencium bibir Sasha sekilas, kemudian ia beranjak dari atas tempat tidur menuju kamar mandi. Sebelum masuk ia berhenti di depan pintu berkata, “Ayo, bergabunglah denganku membersihkan badan.”Sasha terlihat ragu, karena merasa malu terlihat tanpa busana di hadapan pria itu. Keraguannya diketahui oleh Kevin.“Apakah kau masuh merasa malu di hadapanku? Aku sudah melihat dan menyentuh semua bagian tubuhmu. Tidak ada yang tidak kuketahui dari tubuhmu itu,” kata Kevin.Sasha mendelikkan mata ke arah Kevin, tetapi ia pada akhirnya menyingkirkan juga selim
“Diamlah, Sha!” Sebelum Sasha sempat menyadari apa yang dilakukan oleh Kevin. Ia merasakan tanganya ditarik keluar dari lift tersebut.Sasha tidak berontak, karena ia tidak mau menarik perhatian dari petugas keamanan atau pun tamu hotel yang lainnya. Ia takut akan menjadi berita dan diketahui olah suaminya.Dibiarkannya dirinya dibawa Kevin kembali ke kamarnya. Begitu keduanya sudah masuk, Kevin menutup pintu dengan keras. Ia memukulkan lengannya pada dinding kamar Sasha. Membuat wanita itu berjengit terkejut. “Kau pikir dengan main kabur seperti itu akan memecahkan masalah? Duduk dan nikmati makananmu! Besok kita akan melanjutkan perjalanan. Tidak ada kata, serta sikap merajuk lagi!” perintah Kevin.Sasha berjalan menuju kamar mandi. Sesampai di sana, ia mencuci wajah dengan air hangat. Ia tidak ingin berlama-lama melihat pantulan wajahnya di cermin. “Kukira kau akan mengurung dirimu di kamar mandi dan memerlukan dirimu untuk membopong keluar dari sana,” sindir Kevin.Sasha hanya d
Sasha melototkan mata ke arah Kevin, ia mendengus dengan kasar “Apakah Anda tidak pernah mengetahui, kalau seseorang itu tidak ingin berbicara, berarti Anda juga harus diam.”Mendapat jawaban, seperti itu dari Sasha, Kevin menjadi naik darah. Ia memukul dengan keras meja, hingga membuat piring dan gelas menjadi bergetar. Satu gelas yang terletak di pinggir meja menjadi terjatuh ke lantai menimbulkan bunyi nyaring.Tubuh Sasha bergetar takut, ia sadar sudah memancing kemarahan Kevin. Ia berlutut untuk memunguti pecahan gelas, supaya tidak terinjak. Namun, ia sedikit ceroboh justru menjadi terluka jarinya. Terkena ujung pecahan gelas yang runcing.“Aw!” Sasha bangkit dari berlututnya.Ia berjalan menuju wastafel. Dicucinya luka di tangan dengan air hangat. sambil menggigit bibir menahan rasa sakit.‘Kenapa aku sampai bertindak ceroboh, seperti ini,’ gumam Sasha.Air keran yang tadinya tidak berwarna menjadi berwarna merah, karena bercampur dengan darah yang mengucur dari luka di jarinya
Badan Sasha bergetar, karena emosi. Matanya berkabut dengan butir air mata yang siap tumpah. “K-kau tidak seharusnya mengucapkan kalimat itu! Kau hanya membuatku mengingat, kalau diriku ini adalah seorang pendosa yang pantas dihukum.”“Sial!” umpat Kevin kasar.Ia meraih Sasha kepelukannya dan diabaikannya penolakan, serta perlawanan dari wanita itu. Ia mengukung Sasha ke dalam pelukannya yang kokoh. “Diamlah, Sha! Aku minta maaf, sudah mengatakan hal yang tidak berperasaan, seperti tadi. Berhentilah menyalahkan dirimu,” bisik Kevin.Sasha memukulkan kepalan tangannya yang mungil ke dada Kevin. Ia benci pria itu yang baru saja berkata kasar kepadanya. Kemudian bersikap lembut, setelah melihat ia terluka. “Aku bukanlah ping pong yang bisa kau mainkan sesukamu.”Diusapnya air mata yang membasahi wajah Sasha menggunakan lengan kemejanya. Ia juga menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Sasha. “Kau memang bukan bola, kau adalah wanita yang memiliki hati dan perasaan.”Sasha
Kevin mencondongkan badan ke arah Sasha, hingga jarak wajah mereka begitu dekat. “Kau boleh bilang begitu! Akan tetapi tidak denganku. Aku akan memaksamu untuk melakukan tes, apabila kamu memang hamil.”Sasha memberengut, ia mendorong Kevin menjauh. Ia merasa malu, karena pertengkarannya dengan Kevin terdengar oleh sopir taksi. Ia mendesah dengan keras merasa dirinya tidak bisa melawan Kevin.“Tuan dan Nyonya! Kita berhenti dahulu untuk istirahat.” Sopir taksi itu melirik mereka, melalui kaca spion.“Iya!” sahut Kevin singkat.Begitu taksi yang mereka tumpangi berhenti di parkiran restoran. Ketiganya turun dari taksi berjalan memasuki restoran tersebut.Duduk hanya berdua saja dengan Kevin, karena sopir mereka lebih memilih untuk duduk di luar restoran tersebut. “Saya mau ke toilet dahulu.” Sasha meletakkan tas kecilnya yang berisikan dompet dan ponsel. Ia langsung berjalan menuju toilet tidak menunggu jawaban dari Kevin. Sesampainya di sana Sasha menuntaskan kegiatan alamiahnya. Ke
Plak!Sebuah tamparan mendarat di wajah Lukman. Ayahnya menatap berang putra semata tunggalnya itu. “Kamu berani melawan kami orang tuamu hanya karena wanita itu! Kamu bahkan mengkhianati kesucian pernikahanmu dengan Sasha. Wanita yang kami tolak menjadi istrimu, tetapi kau tetap bersikeras menjadikannya istri.”Devinna membelalakkan matanya, ia tidak mengetahui akan hal itu. Dirinya selama ini mengira Sasha menantu pilihan dan kesayangan orang tua Lukman.“Kami merasa setuju, kalau Sasha meminta bercerai darimu. Kamu suami yang tidak bisa menjadi seorang kepala keluarga. Kamu sudah membuat kecewa banyak orang. Selesaikan masalahmu sendiri dan jangan datang kepada kami, kalau wanita ular yang bersamamu mencampakkanmu di saat kau tidak punya apa-apa!” berang ayah Lukman.Ibu Lukman hanya bisa menangis dengan wajah yang menyiratkan kesedihan bercampur kecewa. Tidak ada kata-kata yang sanggup keluar dari bibirnya. Ia merasakan sakitnya, karena putranya telah mencorang nama baik keluarga.
Devinna memandangi kepergian Kevin sampai pria itu menghilang dari balik pintu. Barulah ia berbalik meliihat kepada Lukman. “Katakan kepadaku tadi kenapa kau terlihat ragu dan sedih untuk menyetujui menyeraikan Sasha? Aakah kau masih mencintai wanita itu? Kau menyakitiku!”Lukman yang masih bingung dengan perasaannya memandangi Devinna. Ekspresi wajahnya terlihat sedih. “Aku sudah mengecewakanmu dan membuat kau terluka, bukan? Aku memang pria yang tidak bertanggung jawab. Karena tidak hanya kau saja yang terluka karenaku, tetapi juga Sasha!”Devinna membuka mulut hendak membentak Lukman. Yang masih saja membawa nama Sasha dengan penuh cinta. Akan tetapi begitu dilihatnya ekspresi pria itu yang terlihat datar, serta tatapan mata hampa. Membuatnya terdiam, ia tidak siap melihat kehancuran di wajah pria yang dicintainya,“Aku belum sepenuhnya menjadi wanita yang kau cintai, bukan? Akan selalu ada Sasha di hatimu. Apalah artinya diriku ini wanita jahat yang merebut seorang suami dari istr
Lukman memberikan kode kepada Devinna untuk tetap di tempatnya. Dirinyalah yang akan melihat siapa yang datang. Alangkah terkejutnya Lukman melihat siapa yang datang begitu pintu dibukanya. “Pak Kevin! Apa yang Bapak lakukan di sini?”Kevin memberikan senyum sinis kepada Lukman. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, serta tatapan mata yang membuat Lukman gemetar.“Apakah kau akan mempersilakan kepadaku untuk masuk atau kita berbicara di luar saja?” tanya Kevin dingin.Lukman melirik ke dalam kamar di mana Devinna terlihat penasaran. Tidak ada yang salah, kalau mereka berbicara di dalam. Mereka tidak akan menarik perhatian orang lain, yang bisa saja menjadi tertarik dan dapat mengenali mereka semua. Itu jelas tidak baik bagi dirinya dan Devinna yang sedang dalam pelarian.“Tentu saja! Mari kita berbicara di dalam, silakan masuk.” Lukman membuka lebar pintu kamarnya.Devinna membelalakkan matanya begitu melihat siapa yang datang. “Pak Kevin! Bagaimana Bapak bisa menemukan kami?”“H
Sasha terpaku di tempatnya berdiri, ia sama sekali tidak menduga reaksi Kevin akan seperti itu. “Mas Kevin mau kemana?”Sasha akan membiasakan dirinya untuk memanggil Kevin dengan panggilan, Mas. Karena pria itu sekarang adalah tunangannya.Kevin tidak menoleh ke belakang, ia terlalu marah untuk dapat dibujuk dengan permintaan maaf dari Sasha. Ia cemburu, karena dari kalimat yang diucapkan Sasha tadi secara tersirat ia masih mencintai Lukman.Duduk di balik kemudinya, Kevin menggenggam dengan erat kemudi di tangannya. “Brengsek! Kenapa aku merasa diriku masih harus bersaing dengan Lukman? Kalau Sasha memang masih mencintai suaminya itu aku tidak akan memaksanya.’Dinyalakannya mesin mobil dengan kecepatan tinggi untuk meluapkan emosinya. Ia akan meninggalkan Sasha di sana dan tidak peduli apakah wanita itu akan datang kepadanya atau tidak. Ia sudah bosan dengan sikap labil Sasha.***Sasha menangis dipelukan ibu panti. Ia merasa sedih dan terluka, Kevin marah karena dirinya. Ia tau pr
Kevin menyentuhkan keningnya dengan kening Sasha. Senyum mengembang di wajahnya dan itu dapat dirasakan oleh Sasha. “Kamu terlalu banyak menonton berita kriiminal dan drama. Aku tidak akan melakukan hal yang jahat kepada wanita yang kucintai.”Tangan Kevin terulur melepaskan sabuk pengaman yang dipakai Sasha kemudian ia membuka pintu mobi, lalu keluar dari sana. Tangannya terulur memegang tangan Sasha membantunya untuk turun dari mobil tersebut.“Hati-hati! Tundukkan kepalamu, biar tidak terbentur pintu mobil,” peringat Kevin.“Kalau aku sampai terbentur atau jatuh itu salah siapa? Kenapa juga mataku mesti di tutup? Apa yang begitu rahasia?” ketus Sasha.Kevin tertawa kecil mendengar Sasha yang marah. Ia mengacak rambut wanita itu yang tentu saja tidak dapat membalasnya.Berdiri di belakang punggung Sasha, Kevin membantu tunangannya itu memasuki sebuah bangunan sederhana. Ia memberikan kode kepada tuan rumah yang menyambut kedatangan mereka untuk menutup mulut, tidak bersuara. Dan mer
Mendengar penuturan dari dokter tersebut sontak saja membuat Sasha menjadi sedih. Air matanya jatuh membasahi wajahnya. “Saya tidak akan menggugurkan bayi ini, dok! Apa pun yang terjadi saya tetap akan mempertahankannya.”Kevin meremas jemari Sasha memberikan kekuatan kepada wanita itu. Untuk saat ini ia tidak akan mendebat apa yang dikatakan Sasha. Karena dirinya tidak mau mereka bertengkar di hadapan dokter pribadinya. Yang tentu saja akan senang mengejek dirinya, ketika mereka berdua bertemu secara pribadi.“Terima kasih, dok atas keterangan yang Anda berikan. Kami membatalkan rencana untuk mengadakan tes DNA.” Kevin membantu Sasha bangkit dari kursi yang didudukinya.Bersama-sama pasangan kekasih itu keluar dari ruang praktik dokter itu. Mereka berjalan menuju parkiran di mana sopir pribadi Kevin dengan sigap membukakan pintu penumpang untuk keduanya.Begitu sudah duduk di dalam mobil Sasha duduk jauh dari Kevin dengan tatapan melamun. “Aku ingin kembali ke rumahku sendiri untuk m
Mata Sasha membelalak tidak percaya, kalau Kevin mendesak dirinya. “Kenapa harus secepat itu melakukan tes? Tidak bisakah kamu menunggu sampai kita menikah saja? Apakah karena alasan anak kau mau menikahiku? Dan seandainya tidak terbukti anak yang sedang kukandung adalah anakmu, kau akan membatalkan lamaranmu?”Sasha bergerak mundur dengan butir air mata yang mengembang di pelupuk mata. Hatinya bagaikan teriris, karena merasa terluka dengan apa yang ia pikirkan.Kevin meraih Sasha ke dalam pelukannya, tetapi wanita itu mencoba untuk memberontak. Dan Kevin mengabaikan hal itu. Ia mengabaikan penolakan Sasha.“Sha! Jangan pernah lagi kau berfikir, seperti itu! Aku tidak akan pernah membatalkan rencanaku untuk menikahimu. Aku mencintaimu dari hati, bukan karena bayi yang sedang kau kandung. Sekalipun dirimu tidak hamil, aku tetap akan menikahimu. Dikarenakan aku yang tidak bisa jauh darimu,” tegas Kevin.Sasha menatap mata Kevin yang menyiratkan kesungguhan dengan apa yang dikatakannya.
Shasa mendorong Kevin menjauh, ia perlu waktu untuk dirinya. Meskipun dirinya harus mengakui terpengaruh dengan godaan yang diberikan Kevin kepadanya. “Kevin! A-aku …”Sasha tidak dapat melanjutkan ucapannya, ia bingung dengan dirinya sendiri. Perasaannya campur aduk saat bersama dengan Kevin.Kevin menatap Sasha dengan ekspresi datar. Ia membenci wanita itu yang tidak mau mengakui hasratnya akan dirinya. Kevin menyisir rambut dengan kedua jarinya. Ia membalikkan badan tidak ingin menatap wajah Sasha.Sadar, kalau dirinya sudah membuat Kevin kecewa. Dilangkahkannya kaki, hingga ia berdiri di belakang Kevin. Dipeluknya dengan erat perut Kevin dari arah belakang.“Aku mencintaimu dan aku benci dengan perasaan itu. Aku hanya merasa bersalah saja kepada diriku sendiri, karena membiarkan diriku larut dalam kesalahan terindah.” Sasha mencium punggung Kevin.Dalam satu tarikan cepat Kevin memutar badan Sasha, hingga mereka berhadapan. “Aku tidak suka mendengar kau mengatakan kesalahan, tetap
Kevin menatap tajam wartawati itu. “Saya akan menjawab, bahwa hubungan saya dengan bu Sasha sama sekali bukan urusan orang lain. Benar suaminya adalah pegawai saya dan ia terlibat dalam penggelapan uang perusahaan bersama dengan kekasihnya. Yang juga merupakan sekretaris saya.”Kevin diam sebentar, ia dapat mendengar riuh suara terkejut dari yang mendengar pernyataannya. “Sasha terpaksa mengikuti perintah dari suaminya, ia tidak bersalah atas apa yang terjadi. Dan saya memang akan menikahi Sasha, begitu ia dan suaminya secara resmi bercerai. Oleh karena itu, saya meminta bantuan kepada kalian semua untuk menemukan keberadaan Lukman dan kekasihnya. Agar keduanya bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.”Kevin mengangkat tangannya, ia kembali berkata, “Saya rasa sudah cukup apa yang harus kami sampaikan. Saya harap setelah ini tidak ada lagi berita tidak penting, seperti ini, karena sama sekali bukanlah hal yang penting. Saya lebih suka membahas tentang perusahaan tidak untuk masal