Share

5. The Asistensi

Ryan, kamu di mana? Sudah dekat waktunya lho!” teriak Alisa lewat teleponnya. Nuriya hanya tersenyum kecil melihat sikap Alisa yang emosi. Phaelus geleng-geleng kepala. Sudah 10 menit mereka menunggu dua asisten yang menggantikan Hamid.

Ryan sudah biasa telat,” komentar Aybe datar saat dia membuka laptop.

Tetap saja, nggak baik kalau telat,” tanggap Ilham. Terdengar kaki berlari ke tempat itu dan ternyata itu Ryan.

Akhirnya. Kamu kemana saja?” tanya Alisa ketus.

Tersesat di jalan matamu yang indah,” komentar Ryan dengan senyumannya menggombal, menghadiahkannya sebuah tamparan di pipinya dari Alisa. Berikutnya, pintu di dekat mereka terbuka.

Apakah Mas Mba sudah terlalu lama menunggu? Maafkan saya, tadi saya dan Kak Affa sedang menyelesaikan penelitian kami jadi kami baru bisa keluar sekarang. Kata Mas Hamsyah kalau asistensi jangan di lab, jadi di plaza aja ya Mas Mba semua,” ucap Rahima yang membuka pintu itu. Kelompok Nuriya dan beberapa kelompok lainnya yang juga asistensi malam itu kepada dua asisten muda sedikit terkejut dengan penuturan Rahima.

Penelitian apa ya?” tanya Reza penasaran.

Tentang Artificial Intelligence Mas,” jawab Rahima yang membuat mereka terkejut.

Aplikasi Artificial Intelligence dalam dunia robot, Mas,” sambung Affa, yang membuat mereka lebih terkejut lagi.

Usia kalian berapa?” tanya Reza lagi.

13 Mas,” jawab mereka dalam satu suara. Mereka semakin terkejut, dan hanya bisa merasa malu.

Ayo Mas Mba, nanti kita nggak bisa mulai asistensinya,” ucap Affa memecahkan rasa malu mereka. Mereka semua pergi ke plaza jurusan mereka.

Rame,” komentar Reza. Dia melihat ada enam temannya selain Lesmana di kelompok lain yang ikut malam itu.

Kita mulai ya Mas Mba. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,” ucap Affa memimpin asistensi malam itu. Asistensi yang berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Lebih banyak Rahima yang menjelaskan tentang teori terkait pemrograman, sementara Affa hanya menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis dan lebih banyak menyontohkan dari laptopnya.

Rasanya malu diajar oleh dua orang anak yang lebih muda dibanding dirinya, namun Nuriya tetap berusaha untuk bisa. Dia tidak akan kalah dengan Phaelus dan Aybe, terutama Aybe. Ada sebuah momen disaat mereka orientasi kampus yang masih diingat oleh Nuriya, dan dia merasa sebuah rasa untuk Aybe, namun dia tidak mengasumsikannya sebagai cinta.

Di akhir asistensi, Affa melemparkan kesempatan untuk bertanya diluar asistensi. Saat itu, Reza, entah mengapa, melontarkan sebuah pertanyaan yang mengejutkan semua praktikan yang hadir.

Maaf kalau saya lancang bertanya masalah seperti ini, tetapi kenapa Mas Hamid terlihat kurang bersahabat dibanding asisten yang lain? Aku sudah ketemu hampir semua asisten selama kuliah di sini dan dia yang paling tidak bersahabat. Jarang menyapa, nadanya dingin, ngomongnya singkat atau langsung dengan nada mengancam dan ya seribu ketidaknyamanan lainnya.”

Tampak wajah Affa menjadi datar, sementara Rahima berusaha untuk menahan senyumnya, meski dia tampak retak. Lesmana menyenggol Reza di sisi kanan, namun sebelum Reza berkomentar meminta maaf, Affa membuka mulutnya.

Sebuah cerita menyedihkan, Mas Reza,” jawab Affa. Rahima tampak berusaha menahan air yang mulai merayap keluar dari matanya. Semua praktikan yang ada tampak tidak tega dan Reza segera memberi balasannya.

Jika terlalu memilukan, tidak perlu diceritakan,” ucap Reza. Affa tersenyum tipis, sebelum mendatarkan wajahnya kembali.

Saya rasa angkatannya bisa menjawab itu. Mas Hamid dulu membanggakan sekali pentingnya sebuah angkatan di jurusan kita ini,” komentar Affa seraya menuliskan di laporan praktikum Reza sebuah kontak.

Mataraya.Sadim

Asisten lab X-206, Rangkaian Digital dan Sistem Mikro. Dia adalah teman akrab Mas Hamid. Meski Mas Hamid sekarang tertutup, setidaknya Mas Sadim masih sering berbicara dengan Mas Hamid setiap mereka kelas bersama, dan Mas Hamid masih sering senyum saat bersama Mas Sadim. Mas Mba sekalian mungkin bisa mendapatkan jawaban dari masalah Mas Hamid,” ucap Affa, menjelaskan tentang yang dia tulis itu.

Aku sering berbincang dengan Mas Sadim, tetapi untuk mengetahui bahwa Mas Hamid dan Mas Sadim sangat akrab, itu cukup mengejutkan,” komentar salah seorang senior semester 5 yang asistensi.

Kau mengenalnya, Ray?” tanya Reza kepada rekannya itu. Ray menganggukkan kepalanya. Dia lalu menambahkan, “dan jangan lupa, Assar juga sepupu dengan Hamid. Namun, kata Assar, ada masalah keluarga sehingga mereka tidak banyak berkomunikasi lagi.”

Menarik. Terima kasih atas jawabannya, Dik Affa, Ray,” balas Reza dengan nada senang. Nuriya dan yang lainnya juga tertarik dengan informasi ini. Selama ini, semua hal terkait mahasiswa semester 7 itu berubah menjadi misteri, bahkan bagi sebagian besar angkatannya sendiri.

Apakah ada pertanyaan lain?” tanya Affa lagi.

Apakah Mas Sadim sibuk?” tanya Alisa, dan Affa hanya mengangguk.

Masnya robotika, dan juga sibuk dengan proyek dosen,” jawab Rahima. Alisa mengangguk mengerti. Affa menanyakan lagi, apakah mereka sudah selesai dengan pertanyaan di benak mereka dan semua mengangguk.

Sekarang, Nuriya dan teman-temannya mulai mendapat petunjuk awal tentang asisten misterius Hamid Karim, yang disebut dengan nama Soul. Entah semangat apa yang membuat mereka serius untuk memecahkan permasalahan yang menciptakan asisten berhati besi itu. Mereka ingin tahu dan membantu, menyembuhkan luka yang mengeraskan jiwanya.

Mungkin, kita bisa menghentikan penderitaan angkatan-angkatan selanjutnya dengan memulihkan Mas Hamid,” ucap Reza saat mereka sudah berjalan keluar dari tempat asistensi dan sedang di parkiran. Teman-teman satu kelompoknya mengangguk setuju.

Menurut Mas Mba dan teman-teman sekalian, apa yang mendorong Mas Hamid sehingga seperti ini?” tanya Ilham. Reza, Lesmana, Putri, Nuriya, Alisa, Phaelus, Ryan dan Aybe tampak berpikir keras. Mereka masih bingung, karena Mas Hamid bisa dikatakan sudah abnormal.

Untuk seseorang bisa mengerjakan proyek yang selesai 4 bulan dalam 1 bulan, membuat soal asistensi tersusah dan tidak mau dibantah sedikitpun, tidak pernah terlihat lelah meski dia melaksanakan 24 sks bersama proyek-proyek non-stop. Tak lupa, praktikum sebanyak 3 mata kuliah, menang banyak lomba, mengurus UKM dan dipercaya oleh kantor internasionalisasi bersama semua itu, bisa dia kerjakan. Sangat diluar kemampuan manusia. Ada yang bilang dia bukan manusia,” komentar Reza. Lesmana mengangguk setuju. Yang lain tampak terkejut dengan komentar itu.

Sumpah Mas Reza? Bagaimana bisa?” tanya Aybe tak percaya. Reza mengangkat kedua tangannya, pertanda dia tidak tahu.

Aku dengar itu dari salah satu angkatannya. Mas Ahsan Imani,” jawab Reza. Nuriya menggelengkan kepala tidak percaya.

Mustahil,” ucap Nuriya pelan.

Pasti berbenturan,” celetuk Ryan. Reza membenarkan.

Aku rasa sedikit dilebih-lebihkan,” komentar Ryan, “namun tetap saja, dia masuk Papan Prestasi Lomba setiap minggu dan IPK mendekati 4, literally mendekati 4,” lanjutnya.

Bagaimana dia bisa bertahan?” gumam Phaelus. Semua menggeleng tidak tahu.

Besok aku akan bertanya ke Mas Sadim. Kalian tunggu kabar dariku,” ucap Reza lagi dan mereka semua mengangguk sebelum membubarkan diri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status