Part 16
[Hapus! Dalam waktu lima menit tidak di hapus, aku lapor polisi!]
Pesanku ke Mama Rena belum di baca, jika tidak di hapus, akan kulaporkan ke Pak RT.
Aku kembali ke meja makan, kulihat Adit sedang makan dengan lahapnya.
“Setelah makan, kamu istirahat, ya, jangan main dulu!” perintahku pada Adit, putraku.
“Ma, aku mau main aja, ya, nggak mau tidur,” balasnya.
“Tadi habis nabrak Rena, lebih baik kamu bobok saja.” Aku khawatir kalau badannya ada yang masih pada sakit. Akhirnya ia menurutiku. Adit menuju ke kamarnya untuk istirahat siang. Aku membereskan meja makan sekaligus mencuci piring kotor. Setelah itu aku rebahan di depan TV.
“Puas, makanya jangan bikin gara-gara, ha ha ha.”Beberapa menit kemudian, Papa mendekatiku.“Ma, hapus story Mama itu, tidak pantas!” perintah Papa tegas. Ih, Papa ternyata bisa tegas juga.“Pa, itukan aku privacy, tidak semua bisa melihatnya.” Aku membela diri. Tumben banget Papa suka melihat storyku. Biasanya cuek bebek.“Iya, tetap saja tidak pantas, hapus!” perintahnya lagi. Akhirnya kuturuti perintah Papa, kuhapus story’ whatsapp yang tadi kukirim.“Dasar emak-emak, ya, gara-gara story WA, jadi ribut,” ucap Papa lalu masuk ke kamar.“Eh, Pa, tunggu!” Papa berhenti dan menengok kearahku. “Pinjam hapenya,” peintahku sembari mengulurkan tangan.“Ini, ah, Mama,” ucap Papa sembari menyerahkan ponselnya ke aku.“Makasih.”Aku kembali duduk di ruang keluarga dan mengotak-atik Ponsel
Lalu aku juga bikin status, “Habis dari Masjid.” Lalu kukirim foto kami bertiga, posisiku sedang memakai mukena.Kami membaca Al Quran hingga Adzan Isya berkumandang.“Siap-siap ke masjid, yuk,” perintah Papa. Ia menggandeng Adit yang malas-malasan untuk bangun, meski malas, ia bangun dan kami bertiga berangkat bersama.Di Masjid agak sepi, tak sebanyak ketika sholat Maghrib. Saat aku memasuki teras Masjid, kulihat Idos sedang main lari-lari dengan anak yang lain. Teman-teman Idos memang anak seusia Adit. Mereka saling meledek, saling kejar, kadang main perang-perangan.Saat melihatku, Idos langsung diam seperti ketakutan.Kupanggil i
‘Apa mungkin tukang sampah itu melihat statusnya Khamila kemarin sore dan tadi malam?’ Ku colek Mas Adnan, "Mas, Burhan mana?" bisikku di telinga suamiku."Mas nggak lihat," jawabnya sambil menggeleng. Sementara Khamila masih meringkuk sambil menangis."Coba telpon Burhan, Mas!" perintahku. Mas Adnan mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya. Baru saja mau memencet tombol, dari arah luar Burhan datang. Ia langsung lari dan menemui Khamila."Khamila, apa yang terjadi?" tanya Burhan panik langsung dipeluk istri pertamanya itu."Pergi!" teriak Khamila, "Ngapain kamu pulang, kamu laki-laki tak bertanggung jawab! urus istri mudamu itu," lanjut Khamila masih dengan nada tinggi. Semarah itukah Khamila sama Burhan? apa yang terjadi? Setahuku, Khamila sangat bangga dengan suaminya."Bapak, Ibu, sebaiknya silakan kembali ke rumah masing-masing. Bu Khamil
#StatusFacebookTetanggaPart 20"Mama ...!" panggil Papa, deg! apakah ada yang salah dengan statusku?“Iya, Pa,” kudekati Mas Adnan dengan perasaan deg-degan, jangan-jangan ada yang salah dengan statusku. Aduh ....“Bentar ya, Pa, mau bikin telur ceplok,” pintaku. Aku langsung pergi ke dapur, ingin kuhapus status yang tadi.“Ma ...!” panggil suamiku lagi, huft .... Pasrah, deh.“Ma, Mama bikin status lagi, ya. Kan Papa dah bilang, nggak usah bikin status, nanti masalah.” Aku hanya cengar-cengir saja.“Ma! Jangan cengar-cengir doang. Kalau ada yang membaca status Mama, lalu penasaran dengan Papa, lalu orang tersebut naksir Papa, Mama mau apa? Cemburu? Kemarin
Haduh, tepok jidat gara-gara Adit...Sampai rumah, kubereskan semua barang belanjaan. Aku pisahkan barang milikku dan barang untuk menjenguk Khamila.Beras, minyak, teh, gula, susu, roti, biskuit, detergent dan pewangi. Kalau kutaksir habisnya dua ratus lima puluhan.Ku ambil gambar barang yang untuk mengirim ke Khamila, lalu ku kirim ke grup emak-emak komplek.[Bu-ibu, ini sudah siap, jangan lupa besok jam sepuluh kumpul di Mama Rena.]Setelah kukirim di grup, banyak yang membalas dengan emot jempol, ada juga emot love. Ada yang membalas, oke.Sebenarnya ibu-ibu komplek sini sangat kompak, apalagi jik
Aku?Bikin status apa enggak, ya, duuh, tanganku gatel, nih.Aku menarik nafas panjang lalu kulepas pelan-pelan. ‘’Stop! Stop Dania, hentikan! Jangan bikin status lagi,’ batinku. Dari pada Mas Adnan memarahiku, lebih baik aku tidak bikin status.Setelah acara selesai, kami pamit. Aku dan rombongan ibu-ibu kembali ke rumah Mama Rena untuk mengambil kendaraan.“Ibu-ibu, terimakasih atas pertisipasinya, ya,” ucap Mama Rena.Semua ibu-ibu telah kembali ke rumah masing-masing kecuali aku, aku masih di kediaman Mama Rena.“Mama Rena, aku mau tanya,” ucapku sembari mengajak Mama Rena duduk. Kuedarkan pandangan untuk memastikan bahwa tidak ada ibu-ibu yang masih di sini.
POV KHAMILASeketika itu aku memutar otak bagaimana caranya agar aku bisa menggagalkan pernikahannya.Selama kerja, aku mencoba mengakrabkan diri dengan Mas Burhan. Makanya aku sering ikut pulang bareng dengannya karena kebetulan kami searah. Sementara Dania, ia jarang ikut Mas Burhan karena pulang lebih awal.Ketika aku pulang bareng dengan Mas Burhan, kutawari dia untuk mampir. Aku bilang padanya untuk sesekali turun dan mampir ke rumah sewaku.Aku jatuh cinta dengan Mas Burhan karena orangnya care, gaul, baik. Wajahnya saat itu juga sangat tampan, nggak seperti sekarang, gendut. Haha ....Saat ia mampir ke rumah sewa, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Aku mencoba merangsangnya, menggodanya dan juga merayunya hingga
POV KHAMILA 1Gubrak!!! Kenapa Mama Rena bertanya seperti itu?“Mama Rena, kenapa Mama bilang begitu?”Aku penasaran dengan apa yang dikatakan Mama Rena. Selama ini tidak ada yang tahu bahwa aku dan Dania dahulu ada something.“Hanya penasaran saja, Ma, kalau aku lihat, njenengan sama Bu Dania itu suka perang sosmed. Kalau njenengan bikin status apa, nanti dibalas apa sama Bu Dania. Makanya aku tanya seperti itu.”Aku pikir Mama Rena tahu tentang masa laluku, huft.“Dulu Dania sama Mas Burhan satu kampus,” jawabku.“Benarkah?” desak Mama Rena seakan mengorek keterangan tentangku.&nbs