“Kakak juga harus mikirin bayi kakak,” pelan pria tersebut, akan tetapi Rosa tak menghiraukan hal itu dan tetap pada pendiriannya.
“Kamu dengar aku kan?!” Jerome
Sudah setengah jam mereka tak menegur satu sama lain, Rosa sibuk dengan aktivitasnya dan sedangkan sang suami hanya memerhatikan perempuan itu yang terus saja mengerjakan naskahnya tanpa berniat untuk mengambil makan. Jaeran berdiri lalu melangkah ke dapur, ... membuka kulkas dan melihat ke dalamnya, lidahnya sangat kelu saat hendak bertanya mengenai persediaan bahan pangan. Cengkeram tangannya menguat pada bagian sisi pintu lemari beku itu, lelaki tersebut menghela panjang dan berjalan ke depan sang isteri seraya memeluknya erat. Rosa tak bergeming dan masih berdiam diri seakan hantaman keras menimpanya, ucapan Maria terus berputar di dalam otaknya, rasa ragu itu kian menguat saat sang suami mendadak membela perempuan yang baru mereka temui itu. “Kamu sebenarnya, ...” lelaki itu melonggarkan rengkuhannya dan menatap manik sang isteri, “kasiankan sama aku?” Cicit perempuan itu yang menundukkan kepalanya ke bawah.Disaat serius seperti in
Jena menatap putra sulungnya dengan senyum yang sulit diartikan, ... perempuan paruh baya itu melangkah ke arah sang anak dan duduk disampingnya. Wanita beranak dua itu memandang wajah muram anak lelaki kesayangannya itu, ah, bukan anak lelaki yang mengecewakannya. Jena mengusap surai putranya pelan lalu menghela panjang, perempuan tua itu memandang ke arah lain dari sisi putra pertamanya, ... ada Jerome yang tengah terburu-buru menemui isteri kakaknya. Perempuan empat puluh delapan tahun tersebut hanya bisa menatap kedua anaknya kasian, ya, setidaknya mereka tak perang saudar. “Kamu masih ingat rumah ini rupanya,” sindir sang mama yang tak ditanggapin oleh putra pertamanya itu.“Mama apaan si,” luruhnya yang beranjak setelah beberapa menit. “Jerome, ... mana dia?” Tanya Jaeran pada sang mama namun perempuan tua hanya tersenyum penuh makna.“Kenapa kamu Na, ... ada masalah sama isteri kamu? Harusnya kamu dulu ikhlasin ajh dia buat adikmu,” Jae
Jaeran memainkan ponselnya dan jangan lupa posisi mereka yang seperti orang pacaran, Maria menidurkan kepalanya di atas lengan pemuda itu seraya memerhatikan wajah tampan itu dengan asiknya. Maria memandang lekat rupa lelaki itu tangannya yang lembut mulai membayangi sudut bibir pria tersebut, ... Jaeran meliriknya sekilas ditampiknya tangan itu kemudian pemuda itu beranjak dari duduknya dan langsung melengang ke dalam kamar mandi. Maria menghela pelan saat mendapat penolakan lagi, lelaki yang mengambil air itu agak terkejut saat sebuah tangan melingkar dipinggangnya. Jelas saja itu ia lepas secara spontan karena tak ingin menimbulkan masalah yang lebih rumit, perempuan itu tak ada habisnya menggoda Jaeran yang terlihat lelah akan banyak hal.Pemuda itu mendengkus kasar lalu meraih ponsel serta jam tangannya, "mau ke mana?" Tanya Maria yang berada jauh dibelakangnya. Jaeran memakai jam arlojinya lalu melirik wanita itu tak minat, lelaki tersebut berjalan begitu saja
Tidak bisakah sehari saja perempuan itu tak menghubungi nomornya, Jaeran sungguh lelah menghadapi situasi yang tidak pernah bisa ia tebak seperti kala itu. Maria selalu mengganggunya dengan baragam alasan yang tentunya tak masuk akal, bagaimana caranya pria itu meninggalkan perempuan yang kini sedang tertidur pulas di lengannya. Pemuda itu mendengus dingin lalu menggerakkan tangannya seraya berjalan begitu cepat, ... Namun lagi dan lagi Maria terus saja menahan lengannya. Jaeran sangat tidak nyaman terlebih posisinya yang strategis untuk dijadikan bahan ghibah orang lain, Maria membuka kelopak matanya kemudian menatap wajah sang prianya itu. “Bagaimana cara aku bisa mendapatkan kamu?” Celetukan itu tak membuat pemuda yang ada dihadapannya bergeming sedikitpun.“Gak perlu melakukan apapun, ... Gue bukan jodoh loe,” jelas namun menyakitkan itu faktanya, Maria tersenyum geli dengan kata-kata itu. Hey! Dia rela, sungguh! Jika diperlukan untuk merebut hak perempuan
Karena ada sesuatu yang harus dibeli jadilah Rosa dan Lami pergi lagi meninggalkan rumah dan hanya ke minimarket terdekat saja, ... saat Rosa pergi dan Jaeran belum sampai, Maria yang tau lelaki itu pergi meninggalkannya sendirian ketika berada di dalam supermarket pusat, berinisiatif menyusul. Perempuan itu merasa beruntung karena saat ia datang rumah prianya itu tak ada orang dan sangat sunyi, ... Maria berjalan ke arah dapur untuk membuatkan sesuatu agar Jaeran datang nanti langsung ia sambut hangat, terdengar suara pintu terbuka. Maria merapikan tatanan surainya dan merapikan riasan wajahnya, pemuda itu tampak berlari dan memeluknya dari belakang. Sontak saja itu membuat Maria terkejut saat Jaeran memeluknya dengan eratnya, ... senyum yang ada disudut bibirnya tak bisa ia tutupi, senyuman samar itu membuat degub jantungnya berdebar. Ditambah lagi kata-kata yang keluar dari bibir pemuda itu tanpa mengetahui siapa perempuan yang tengah ia peluk sebenarnya.
Mungkin agak sedikit cheesy jika orang lain yang melihat saat jam makan malam hampir tiba, perempuan itu meminta sang suami untuk bersiap dan menutup penglihatannya menggunakan kain putih yang sudah mereka siapkan buat acara malam ini. Lami berpikir kejutannya akan gagal dan sang kakak membatalkan kejutan itu ternyata diluar ekspetasinya si wanita tersebut, ... setelah bersiap Rosa melihat sang suami yang tengah duduk di sofa panjang seraya memainkan ponselnya. Perempuan terlihat sang cantik hingga pemuda itu tak mengedipkan maniknya sama sekali, mini dress dengan corak bunga aster itu benar-benar sangat pas untuknya. Ah, sudah pasti isterinya sangat pandai memilih pakaian.Jaeran tersenyum begitu juga Rosa lalu perempuan itu menghampirinya dan jangan lupa penutup matanya, “udah siap?” Tanya perempuan itu yang dibalas senyum tipis dan anggukan, Rosa mengikat kain itu pada mata suami. Karena Jaeran tinggi jadi perempuan agak jinjit
Jaeran memainkan surai isterinya yang ada di atas lengan lebarnya, pemuda itu menatapa lurus ke arah ponselnya yang terus saja berderit nyaring. Perempuan itu tertidur pulas kemudian menghimpit perut sispek sang suami, agak kaget namun Jaeran cukup bisa mengendalikan raut wajahnya. Pemuda itu menghela pelan saat nama Maria tertera, dengan segera ia menelponnya dan mengatakan pada perempuan tersebut membalas sapa ringan itu. Wanita yang berada diseberang sana terkatup rapat lalu, lelaki tersebut memustukan sambungannya, ... Jaeran tersenyum cukup jelas kemudian memgecup singkat kening sang isteri. “Rose, kangen, ...” bisiknya memelan.Perempuan itu membuka matanya dan menatap wajah pria yang mengalunkan suara seduktif miliknya, Rosa bangkit dari duduknya kemudian mengalihkan pandangannya tak yakin. Wanita itu menghela panjang dan mengangguk perlahan membuat sang suami yang melihat persetujuan itu, mengulas senyum senang. “Foreplay
Rosa tergelak dibawah paha Jaeran yang menjadikan lelaki itu bantalnya, perempuan itu tersenyum tatkala sang suami tersenyum ke arahnya. Ahn indah bukan, Jaeran yang masih memainkan surai panjang sang wanita hanya memandang televisi yang menampilkan pertunjukkan komedi. Saat sedang asik suara bel pengantar makan datang, terlalu malas bagi Rosa memasak disiang bolong seperti ini, ... Jaeran yang jadi suami hanya ikut apa mau isterinya, lelaki itu masih fokus pada acara televisi. Rosa kembali dengan sebuah pack besar yang entah siapa pengirimnya, ... "kamu pesen olshop ya, Na?" Jaeran menoleh lalu menggeleng cepat."Kaga, kan aniv masih minggu depan, ..." respon sang suami yang mulai beranjak menghampiri wanita itu, agak mengerut aneh ketika membaca nama yang tertera itu adalah namanya. "Nama kamu?" Sahut Jaeran.Rosa agak mencelos ketika membaca siapa pengirimnya, tak di duga itu ternyata paket yang dikirim dari New Zealand. Perempuan itu