Share

Bab 18

"Mas tolong janganlah maarah, aku sudah mengatakan sejujurnya. Katamu tadi kan, meski pahit kejujuran itu harus di utarakan. Ini juga untuk kebaikan semua Mas, jadi aku mengatakan semuanya sekarang kepadamu," kataku sambil memegang tanganya.

Mas Ridwan masih saja diam, menatap kedepan tanpa memperhatikan ku. Aku tahu ini pasti berat baginya, tak mudah pula bagiku menerima jika aku berada di posisinya.

"Mas, tak ada yang lain lagi dalam hati ini selain namamu. Meski siapapun yang datang, tak akan pernah merubah perasaanku kepadamu. Adalah suatu hal yang bodoh, jika aku menduakanmu hanya untuk kembali kepada laki laki pengecut seperti dia. Percayalah kepadaku Mas." kataku sambil menangis dan mencium tangannya.

Sesaat kemudian, dia merengkuh aku ke dalam pelukannya dan kembali menciumi pucuk kepalaku.

"Astaghfiruahaladzim. Maafkan aku ya Dek, yang tadi sempat terbawa emosi, karena jujur rasa cemburu dan takut kehilanganmu, itu seketika merasuki kepalaku. Sebenarnya sungguh sulit bagiku m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status