Keesokan harinya, saat Vani bekerja, dia pun bertanya kepada Ujang salah satu staff yang berada dikantornya itu."Mang Ujang," panggil Vani kepadanya."Naon Neng geulis?" tanya Mang Ujang dengan nada sundanya."Anu, Mang. Waktu itu kan pernah jatoh yak, terus gak bisa jalan kan? Itu berobat dimana, Mang?" tanya Vani to the point. Vani bukan lah tipe orang yang suka berbasa basi."Di Garut, Neng. Emang buat siapa, Neng? Buat suaminya ya?" tanya Mang Ujang penasaran."Kok Mamang tau si? Iya Mang, buat suami saya," jawab Vani tak kalah penasaran."Tau lah, Neng. Sekantor sini juga tau kalau suaminya Neng Vani mah orang cacat, orang lumpuh gak bisa jalan. Maaf ya, Neng, kalo tersinggung," ujar Mang Ujang sambil merasa bersalah. Vani pun tersenyum kecut mendengar ucapan Mang Ujang."Iya Mang. Tapi katanya mah masih bisa sembuh kalo di terapi, makanya nanya tempat Mang Ujang kemaren," ujar Vani."Ada Neng di Garut, kalau mau nanti Mamang anterin kesana, cuma ya paling Neng Vani harus libur
Gerry pun nampak merutuki kebodohannya itu. Tanpa memperdulikan Adel, dia pun bergegas menjalankan kursinya menuju kamarnya.Dia pun mengecek kembali laporan milik Amira K saat ini."Kenapa gak pernah ada proyek kecil ya disini? Selalu aja proyek besar, kaya ada yang janggal," guman Gerry pelan sambil matanya memindai setiap angka yang terdapat di layar tab-nya itu."Bismillah, semoga Vani bisa cerita semua kejadian di kantor tanpa ada yang ditutup-tutupi," ucap Gerry berharap.Harapan Gerry saat ini hanya ada pada Vani. Dia berharap, Vani bisa menceritakan semua kejadian yang ada di kantornya karena jika menunggu Dimas akan sulit. Apalagi posisi Dimas sebagai direktur disana yang memungkinkan semua karyawan akan berlaku baik padanya. Berbeda dengan Vani yang hanya karyawan biasa, setidaknya Vani bisa lebih mengetahui banyak hal yang berada disekitarnya.***Setelah mendapat persetujuan dari Gerry, Dimas
"Iya, Mas, jadi sebenernya tuh, kita ada proyek kecil yang dijalanin ada sekitar 4 apa 5 itu ya tapi yang dilaporin ke kantor tuh cuma 2, sisanya gak mereka laporin sama sekali," jelas Vani.Gerry pun nampak kaget dan mendelikkan matanya tak percaya."Kok bisa, Dek?" tanya Gerry penasaran."Bisa, karena ada kerjasama antara gudang, manager sama keuangan juga," jawab Vani."Berarti kamu termasuk maen curang juga dong, Dek?" Nada suara Gerry sedikit lebih meninggi dari sebelumnya karena menahan kemarahan yang ada."Ngga! Aku gak ikutan, aku cuma disuru ngerjain laporannya aja yang bener. Aku sama Gita sama sekali gak boleh ikut terjun kesana. Cuma disuru bikin laporan keuangan sesuai yang disetorin aja." Vani menggeleng dengan cepat saat Gerry menuduhnya bermain curang juga.Gerry pun lalu mengusap keningnya tanda marah dan menggertakkan kedua giginya bersamaan."Mas kenapa marah banget?" tanya Vani tak paham dengan sikap suaminya yang tiba-tiba marah setelah dia bercerita tentang tempa
Vani dan Gerry pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar karena melihat situasi yang sudah tak mengenakkan lagi."Duh, Mas, kamu tuh ya, kenapa si sama Adel keknya gak suka banget," ucap Vani ketika mereka sudah berada di dalam kamar."Entah lah, gak suka aja," ujar Gerry menimpali.***Keesokan harinya, saat jam makan siang, Vani pun meminta Gita untuk menenaninya melihat kontrakannya kembali.Setelah tiba disana, kontrakan itu sudah nampak lebih rapih dibanding sebelumnya dan sudah siap untuk terisi."Mau ditempatin kapan, Neng?" tanya Ibu pemilik kontrakan."Kalau gak sabtu, minggu, Bu. Bu, aku nanti mau beli kasur, nanti langsung ku taruh sini aja boleh gak?" tanya Vani memastikan."Boleh, Neng," jawab si ibu pemilik kontrakan.***3 hari berikutnya adalah hari yang lumayan sibuk untuk Vani dan Gerry.Gerry pun mulai berkutat kemb
Sesampainya dirumah, Vani melihat Gerry masih nampak sibuk dengan tab-nya."Mas," tegur Vani saat tiba di tepi ranjangnya dan menepuk sebelah lenganya."Eh, Dek, udah pulang? Maaf Mas gak liat," ucap Gerry lalu menaruh tab-nya disampingnya. Gerry pun menggeser tubuhnya kesamping, agar Vani bisa duduk disebelahnya."Udah. Mas masih sibuk, ya?" tanya Vani kembali."Ngga kok. Tadi lagi liat laporan keuangan perusahaan Dendarta dulu, tapi nanti aja di periksanya," jawab Gerry."Dendarta bukannya perusahaan punya Wisnu?" tanya Vani memastikan."Hu'um. Aku cuma bantuin ngecek laporan keuangannya aja sama kaya Amira Corp. Oh iya, coba cek atm mu, katanya Wisnu udah transfer sebagian uang kemaren," ujar Gerry kepada Vani.Vani pun lalu membuka hpnya dan mengecek m-banking-nya dan ternyata ada uang masuk sebesar 20juta rupiah dari rekening Wisnu. Dulu, saat masih berpacaran dengan Wisnu, Wisnu pun su
"Siapa Mas yang udah tua?" tanya Vani penasaran dengan ucapan sang suami."Fatah, Dek. Alhamdulillah kalau dia udah ada niatan mau deket sama cewek," jawab Gerry dengN bersyukur."Emang Mas Fatah gak pernah pacaran, Mas?" tanya Vani makin penasaran"Pernah dulu tapi ditinggal nikah, karena ternyata cewenya hamil sama mantannya. Nyesek, stress, hampir gila malah, orang udah abis-abisan juga buat itu cewe eh malah gagal. Pernah beberapa kali juga deket sama cewe tapi gagal terus," jawab Gerry sambil mengenang masa lalu mereka.Gerry, Fatah dan 'dia' adalah sahabat semasa kuliah. Sejak Gerry kembali bertemu dengan 'dia' kehidupannya benar-benar berubah drastis. Gerry beruntung bertemu dengan 'dia' sampai akhirnya kejadian yang mengerikan itu terjadi. Dimana, Gerry harus kehilangan 'dia', ibunya dan juga 'wanita itu'. Saat ini, 'wanita itu' telah berada di tangan orang yang tepat, begitupun dengan Gerry yang merasa Vani adalah orang yang tepat bersama
Yang menelpon Fatah ternyata adalah Gerry. Fatah pun mengankat telpon Gerry dengan perasaan yang sangat kesal."Huh, Elu! Gak bisa dukung temen banget sih," gerutu Fatah saat menerima panggilan dari Gerry."Apaan si Lu?! maen ngomel aja gua telpon," ucap Gerry nampak tak terima."Bini lu dah bilang tadi kalau lu mau berobat hari sabtu. Padahal sabtu itu gua mau ngajak jalan-jalan Gita eh malah suru nganterin lu," gerutu Fatah kembali.Gerry pun nampak paham kenapa Fatah marah-marah saat menerima telponnya."Yailah, itu mobil gede kali. Lu angkut Gita juga muat, taro aja di depan ama anaknya. Ntar gua ama Vani di tengah, terus Nata ama keluarganya di belakang. Vani bilang, Nata juga ajak keluarganya. Ntar baliknya mampir Cibodas dulu," ucap Gerry memberi solusi."Beneran boleh ajak Gita?" tanya Fatah tak percaya."Ya!" ucap Gerry singkat."Oke", jawab Fatah lalu mematikan telponnya secara sepihak.Kini,
Waktu magrib pun akhirnya tiba. Setrlah berkordinasi dengan Nata bahwa perjalanan masih butuh kurang lebih 1 jam lagi, Gerry memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu untuk melaksanakan solat Magrib dan makan malam.Fatah pun berhenti disalah satu rumah makan yang berada disana.Sebuah rumah makan dengan nuansa angkringan dan sebuah kolam ikan ditengah,-tengah gazebo yang mengelilinginya."Kaya kenal suansana ini," ucap Gerry setelah mereka tiba disalah satu gazebo dan memesan menu spesial yang berada di sana."Cabang ke 4. Tapi ya gitu, bukan dia yang ngelola sekarang, tapi adek sama kakaknya. Dia sekarang masih berjuang buat sembuh," ucap Fatah menimpali ucapan Gerry. Gerry pun mengangguk paham karenanya.Fatah ingat bahwa dia tadi akan menelpon balik Amira. Karena itu, setelah memesan makanan, dia pun segera menghindar terlebih dahulu untuk menelpon Amira."Cewe tadi siapa?" tanya Vani mengintrogasi Gerry."Bukan siapa-siapa," jawab Gerry singkat."Kalau bukan siapa-siapa, ke