hanya karena masalah ekonomi membuat rumah yang sudah berjalan bertahun-tahun menjadi roboh di saat seorang istri membukakan pintu untuk lelaki lain yang berusaha mau masuk. sosial media yang menjadi tempat curahan isi hati tentang rumah tangga dan mencari iba dari kaum lelaki, membuat semuanya hancur berantakan. pria yang sudah beristri mengejar wanita yang sudah bersuami tidak akan ada yang namanya cinta. semua hanya karena keinginan untuk menguasai tubuhnya lalu di tinggalkan. namun, hukum tabur tuai akan selalu ada dalam kehidupan. Bagaimana cerita selengkapnya, simak terus ya!!!!!
View MoreBAB 1
"Terjebak"
#pov nana
Benar-benar seperti merasakan di saat pertama bertemu dan jatuh cinta sama Evan dulu, waktu jaman muda pacaran sama dia. Semuanya kini kembali apa yang aku inginkan bisa tercapai juga terutama kenyamanan yang aku dapat dari Evan benar-benar membuatku bahagia di balik rasa hambar menjalani hubungan dengan Mas Rafa.
Setelah beberapa jam pertemuan akhirnya aku pamit pulang. Kami hanya mengobrol saja sambil makan cemilan yang Evan bawakan.
"Van, sudah agak sore ini, aku pulang dulu ya. Mas Rafa sudah chat nyuruh aku pulang," ucapku yang sudah merasakan waktu yang terasa sangat cepat.
"Yaaaaah, gak kerasa waktu sesingkat ini, padahal baru saja kita ketemu," jawab Evan kecewa.
"Kita kan masih bisa ketemu lagi sayang lain waktu," rayu ku meyakinkan Evan.
Aku pun langsung pulang ke rumah orangtuaku menjemput anak-anak untuk pulang ke rumah Mas Rafa. Di perjalanan aku benar-benar merasakan sangat bahagia, kadang senyum-senyum sendiri mengingat sekarang aku memiliki dua laki-laki dalam hidupku.
Sesampainya di rumah, aku lihat Mas Rafa sedang berbaring tidur. Aku pun dengan perasaan bahagia menghampirinya dan menci*m Mas Rafa seakan-akan aku juga merasakan jatuh cinta lagi terhadapnya. Entahlah, mungkin karena perasaan bahagia juga jadi terbawa suasana.
"Eh sayang, kamu sudah pulang," ucap Mas Rafa.
"Udah, Pah, kan janji mau pulang sore.
Aku sudah bawa lauk buat makan, tadi ibu titip katanya buat kamu. Makan dulu yuk," ajakku ke Mas Rafa.
Setelah selesai makan, tiba-tiba triiiiing!!! Bunyi notifikasi di handphoneku.
"Sayaaaang, lagi apa?" isi chat Evan.
Kagetnya aku di saat sedang dengan Mas Rafa, tiba-tiba Evan chat aku. Sedikit deg-degan jantungku, rasa takut kalau Mas Rafa yang buka chatnya.
"Evan sayang, masih basah tadi ngomong kalau ada suamiku di rumah jangan chat duluan, nanti aku kode kalau suamiku sudah tidak di rumah" jelasku.
"Tapi aku kangen sayang, aku tidak bisa tahan. Inginnya selalu bisa terus sama kamu" ucap Evan.
"Iya, nanti kita kan bisa ketemu lagi kalau Mas Rafa libur ya, sabar dulu aja, kamu tahu kan resikonya mencintai istri orang gimana." Tegasku.
Evan mungkin sedikit kecewa juga, tapi mau bagaimana lagi kita melakukan hubungan terlarang juga, jadi tidak mungkin aku selalu ada waktu untuknya. Apalagi di saat Mas Rafa ada di rumah aku hanya bisa chat sembunyi-sembunyi meskipun kangen juga.
Tapi di satu sisi aku benar-benar mencintai Evan kalau harus disuruh memilih aku ingin Evan yang jadi suamiku, semakin aku mencintainya semakin hilang juga rasaku terhadap Mas Rafa. Evan yang lahir dari keluarga berada juga mungkin bisa menjamin kebahagiaan hidup aku juga, sedangkan Mas Rafa hanya sederhana setiap aku ada keinginan juga selalu minta waktu baru bisa terkabul.
Pertemuan kedua pun tak terasa, di saat Mas Rafa libur kerja, aku pun langsung membawa anak-anak main ke rumah orangtuaku untuk alasan agar aku bisa ketemuan dengan Evan.
Tiba aku di rumah Ridwan tempat pertama ketemuan dengannya. Sebelum berangkat, aku makeup habis-habisan biar terlihat cantik di depan Evan.
"Astaga, cantiknya pacarku ini," ucap Evan memuji.
Aku yang tersipu malu sambil menghampiri Evan dan kali ini berani memeluk dia, karena saking kangennya serasa sudah setahun tidak bertemu.
Kami mengobrol banyak melepas kerinduan, bercanda-canda satu sama lain hingga akhirnya pembicaraan pun terhenti karena sudah tidak ada pembahasan lagi. Evan menatap wajahku dengan tatapan yang sangat tajam hingga akhirnya dia semakin mendekat dan berani menc**m bib*rku yang dari tadi memperhatikan wajahnya juga.
"Maaf, aku gak sengaja terbawa suasana," ucap Evan setelah menc**m bib**ku penuh dengan kehangatan.
"Gak apa-apa sayang, aku pun menikmatinya, masih seperti dulu ya cumb*anmu van," jawabku tersipu malu.
Evan pun melanjutkan lagi cumb*an terhadapku hingga akhirnya aku pun merasa teran**ang serasa ingin melakukan hubungan terlarang dengannya. Tapi aku ingat-ingat lagi aku sudah punya suami. Aku gak mungkin ngelakuin itu sama Evan.
Semakin lama cumb*an Evan aku pun merasa tak tahan hingga akhirnya naik ke pangku*nnya dan memegang tangannya untuk mere**s buah d*daku. Hingga beberapa saat datang Ridwan dari luar.
"Ehmmmmmmm, maaf ganggu, ada sesuatu yang mau diambil di kamar jadi aku lewat," ucap Ridwan sambil memalingkan muka.
Ridwan menatap wajah Evan dari jauh, lalu dia memanggilnya. Entah apa yang mau dibicarakan Ridwan terhadap Evan. Sepertinya penting.
"Van, pakai aja kamarku yang ini, kalau mau ngelakuin hubungan. Jangan di kursi nanti ada tetangga lewat aku yang kena omel," ucap Ridwan.
"Terima kasih bro, kamu memang teman terbaik," jawab Evan.
"Na, kamu mau nggak melakukan itu sama aku, Ridwan menawarkan kamar juga kalau kita mau pakai," ucap Evan.
Seketika aku bingung, Evan malah mengajak aku melakukan hubungan terlarang di dalam kamar Ridwan, sementara aku bingung untuk menolaknya. Di satu sisi aku juga ingin melakukannya tapi di sisi lain aku kebingungan entah bagaimana hasilnya nanti.
"Tapiiiiii van," ucapku.
"Tenang Na, aku akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi, aku akan menikahi kamu," Evan meyakinkan aku.
Setelah aku berpikir lama, akhirnya Evan meraih tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamar. Seketika itu aku melakukan hubungan terlarang itu dengan penuh naf*u dan ga*rah antara kami berdua. Aku sama sekali tidak memperdulikan apa pun yang aku rasakan, hanya sebuah kenikmatan yang diberikan Evan padaku.
"Gimana sayang, enak mana layananku dibandingkan suamimu?" ucap Evan berbisik sambil melanjutkan permainan.
Lanjut sayang, aku ke enakan," ucapku sambil mend***h.
Setelah selesai aku pun segera memakai pakaian kembali dan merapikan rambut yang acak-acakan lalu kembali duduk di kursi. Sejenak aku melamun, apa aku salah sudah melakukan semua ini dengan Evan? Sedangkan aku sendiri suami orang lain.
Menjelang sore hari aku pun seperti biasanya menjemput anak-anak di rumah orangtuaku. Sebelum pulang ke rumah Mas Rafa aku mandi dulu untuk membersihkan diri, takutnya Mas Rafa curiga atas semua yang sudah aku lakukan dengan Evan.
Hari ini aku benar-benar lelah dan benar-benar merasa senang, terasa terpuaskan juga oleh Evan. Bayangan tubuhnya yang masih seperti dulu gagah selalu terbayang di dalam ingatanku meskipun aku sedang bersama Mas Rafa. Dia orangnya cuek, disaat ada aku saja dia malah bermain sama anak-anak bukannya menemani aku mencurahkan keluh kesah.
Saat Mas Rafa lengah, aku pun suka chat Evan, karena begitu bahagianya aku memiliki pacar yang sangat membuat aku bahagia. Hubungan terlarang ini, aku tidak tahu ke depannya akan seperti apa, yang pasti seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk Evan.
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphoneku dan aku melihat nomor Evan menelepon. Aku mencoba menjauh dari Mas Rafa dan mengangkat telepon dari Evan.
"Ada apa sih, aku lagi di rumah, ada Mas Rafa, jangan telpon dulu," ucapku.
"Aku kangen sayang, selalu terbayang-bayang indahnya tubuhmu menari-nari di atas tub*hku tadi. Aku ingin lagi, besok bisa ketemuan lagi gak sayang," ucap Evan.
Bagaimana ini, dia malah ketagihan dan meminta kembali melakukan hubungan terlarang itu. Aku bingung untuk menolak, pun aku sepertinya tidak bisa. Aku sudah terlalu dalam masuk ke dalam hubungan terlarang ini.
*🍁🍁🍁🍁🍁*
BAB 69"Test DNA"#POV ISNAWaktu yang tidak terasa, aku juga menghadapi sikap dan sifat Mba Nana serta ibu mertuaku yang tak kunjung pulang selama di rumah ini. Untungnya, aku selalu menyibukkan diri di kantor dan tidak terlalu menanggapi orang-orang di rumah. Mau seperti apapun pembelaan Mba Nana, cari perhatian, dan lain-lain, aku tidak mau banyak berpikir. Yang aku pikirkan, semakin lama perut Mba Nana semakin membesar. Aku harus siap dimadu oleh Mas Rafa. Rasa sakit yang tidak ingin aku rasakan. Namun, Mas Rafa harus tetap bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Aku selalu berharap tidak ada yang berubah apabila nanti Mas Rafa sudah menikahi Mba Nana. Pastinya, kalau sudah menikah, akan ada tumbuh benih-benih cinta di antara mereka. Mau tidak mau, aku harus berdamai juga dengan kakakku sendiri, dengan catatan dia tidak berusaha membuat Mas Rafa meninggalkan aku. "Is, kamu nggak kerja hari ini?" tanya Nana di ruang keluarga. "Gak, Mba. Aku libur. Aku mau rebahan seharian
BAB 68"Rumah Seperti Neraka Untukku"#POV ISNAKehadiran ibu mertuaku di rumah menjadi beban tambahan dalam hidupku. Bukan aku tidak senang, namun karena sikap ibu yang lebih memihak kepada Mba Nana. Dan Mba Nana juga sangat mencari perhatian dari ibu. Mungkin saja sudah ada yang dia rencanakan, yang pasti aku akan lebih hati-hati. Karena aku tahu dia pasti ingin aku bisa keluar dari rumah ini. "Ya ampun, Nana, ngapain pagi-pagi kamu capek-capek masak? Kan ada ART, kenapa tidak suruh dia saja?" ucap ibu saat aku dan Mba Nana memasak untuk sarapan. Awalnya dia hanya menonton aku yang sedang memasak. Melihat kehadiran ibu, dia langsung pura-pura memasak dan menyuruh aku untuk duduk. "Isna, apa kamu tidak kasihan? Lihat itu perutnya Nana yang semakin membesar. Harusnya jangan capek-capek, apalagi sampai kamu suruh mengurus pekerjaan rumah," ucap ibu lagi."Gak apa-apa, Bu. Isna kan harus pergi ke kantor, jadi biar Nana yang siapkan sarapan untuk keluarga ini. Gak capek kok, Bu, Nana
BAB 67"Kehadiran Ibu Mertua"#POV ISNADi saat kebahagiaanku datang, selalu saja ada yang datang lagi untuk menguji rumah tanggaku. Tapi aku harus kuat. Aku akan melawan siapa saja yang datang mengusik rumah tanggaku. Berpisah bukannya jalan untuk menyelesaikan masalah. Nyatanya, itu hanya akan menambah masalah. Meskipun aku tidak rela mendengar Mba Nana hamil anaknya Mas Rafa, tapi aku harus kuat. Dan sekarang dia tinggal di rumah ini juga. Untungnya, aku masih punya hak untuk melarang Mas Rafa jika Mba Nana mencoba merayunya di belakangku. Dia belum sah menjadi istri Mas Rafa. Jadi, apapun tidak bisa mereka lakukan. Ini adalah rumahku, dan aku nyonya di sini, bukan Mba Nana. "Mas, Mba Nana kemana? Kok belum bangun? Tahu diri lah, sudah tinggal di rumah orang. Masa jam segini masih enak-enakan tidur?" tanyaku saat sedang sarapan bersama. "Mana aku tahu, Is? Kan aku tidur di kamar kita, bukan di kamar dia. Nanti biar anak-anak yang bangunkan," jawab Mas Rafa. "Tidak usah,
BAB 66"Hamil""Selamat pagi, Bu. Coba bisa saya lihat CV-nya, dan silakan perkenalkan diri," ucapku kepada wanita tersebut. "Apa Pak Rafa mau kenalan sama saya? Atau mau menjadi suami saya?" tanya wanita tersebut. Aku yang dari tadi memandangi tidak henti-hentinya, baru kali ini melihat penampilannya sangat jauh berbeda mengenakan pakaian kerja. Karena baru pertama kali juga aku melihat istriku bekerja di kantor seperti ini. Biasanya, dia hanya jadi ibu rumah tangga yang tinggal di rumah saja. "Mohon maaf, Bu. Sepertinya lamaran Ibu saya tolak, karena di luar ekspektasi saya. Ibu kok cantik banget ya hari ini," rayuku kepada Isna. "Iya, Pak Rafa. Aku yang cantik kan punya kamu, satu-satunya yang ada di dalam hati kamu," jawab Isna menggodaku. Sejak dari dulu, aku juga ingin Isna bisa bergabung ke perusahaanku. Namun, dia selalu saja menolak dengan alasan mau fokus menjadi ibu rumah tangga. Dan hari ini, dia datang sendiri diam-diam melamar pekerjaan.Dia sebenarnya wanita y
BAB 65"Sekretaris Cantik yang Baru"Pagi hari, aku seperti biasanya menjalani aktivitas untuk bekerja. Namun, ada yang berbeda. Ada mata-mata yang menjadi mata istriku sendiri di dalam kantor. Apa boleh buat, mungkin ini jalan dari Tuhan agar aku tidak terlena oleh penampilan Nana sekarang. Dan aku pun sudah beberapa kali memadu kasih dengannya. Sebenarnya, perasaan ini sudah mulai tumbuh. Namun, aku adalah suami orang. Aku tidak akan pernah mengkhianati Isna lagi. Dia satu-satunya wanita yang bisa mengerti aku. Segimanapun kesalahanku, dia selalu memaafkan dan tidak berubah sikap terhadapku. Hari ini, aku berencana untuk memberhentikan Riska alias Nana dari pekerjaannya. Mau tidak mau, aku harus bersikap tegas. Aku tidak peduli bagaimana kehidupan dia selanjutnya. Kalau semakin lama aku diamkan rahasia dia, maka semakin lama juga dia akan terus saja menggodaku. Sengaja aku membawa beberapa bukti identitas dia yang asli agar aku ada alasan untuk memberhentikan dia bekerja."Mas, a
BAB 64"Terungkapnya Identitas Asli Riska"#POV ISNASeharian aku beristirahat di rumah. Rasanya tidurku sangat nyenyak, tidur di rumah sendiri seperti biasanya. Namun, ke mana Mas Rafa belum juga pulang, sudah malam begini. Aku coba menghubungi nomor teleponnya dan mengirim beberapa pesan. Hatiku mulai panik. Jangan-jangan Mas Rafa akan menginap di rumahnya Riska. "Mas, kenapa belum pulang? Awas saja kalau kamu menginap di rumahnya Riska. Aku nggak akan segan-segan untuk pergi dari rumah ini," ancamku mengirimkan pesan kepada Mas Rafa. Aku mondar-mandir menunggu di teras rumah. Belum ada tanda-tanda kepulangan Mas Rafa juga. Apa aku hubungi Riska saja? Ah, tidak perlu. Nantinya dia akan berpikir yang tidak-tidak. Selang beberapa saat, terlihat mobil Mas Rafa mendekat ke arah rumah. Aku langsung membukakan gerbang dan menghampirinya. "Kamu dari mana saja, Mas? Kenapa aku hubungi tidak bisa?" tanyaku saat Mas Rafa turun dari mobil. "Aku terjebak macet, is. Handphone aku simpan di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments