"Aaron Albarez, nama yang bagus. Tapi benarkah dia orang jahat? Ah, kenapa aku tidak menyelidikinya dahulu dan sudah berada disini?" Zha berbicara pada dirinya sendiri .
"Tapi aku ingin tau, apa yang bisa Alex berikan padaku jika aku berhasil membunuhnya." Zha memantapkan pikiran.Kini Zha melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan Gedung Perusahan yang bertuliskan Galaxy Group. Mata tajamnya terus menatap lurus ke depan di saat seorang pria tengah melangkah keluar dari sana dan berjalan menuju parkiran.Zha mencari tempat persembunyian yang cukup baik, kemudian dia mulai merogoh sakunya dan telah merentangkan kedua tangannya.Dalam hitungan detik yang ke satu, dua, tiga,Tiba-tiba entah dari mana, seorang wanita muncul dan berteriak memanggil pria itu sambil berlari kecil menghampiri pria itu."Aaron!" wanita itu tiba-tiba muncul dengan sedikit berlari menghampiri pria tersebut.Seketika Zha sangat terkejut melihat wanita itu dan langsung menurunkan tangannya."Astaga! Tante Emily! Jadi," Zha bahkan menarik kakinya mundur beberapa langkah. Dia memperhatikan kedua orang di depan sana dan mendengar mereka berbicara."Emily. Kesayanganku, kenapa tidak memberitahuku dulu jika mau kemari? Hampir saja aku pergi mencari makan siang." terdengar pria yang dipanggil Aaron itu berbicara pada wanita yang baru saja datang tadi."Aaron. Aku tadi tidak berniat kemari. Tapi karena Azze datang, aku memintanya untuk mengantarku." jawab Emily."Halilintar kemari juga? Kemana dia sekarang?""Ada di luar sana, sedang menunggu temannya. Dia akan pergi lagi, dia hanya mengantarku kemari.""Oh, baiklah. Biarkan saja kalau begitu. Ngomong-ngomong, apa kamu membawakan makan siang untukku sayang?""Tentu saja aku membawanya. Kamu pikir untuk apa aku datang kemari?" jawab Emily, masih dengan nada begitu manja seperti masa muda mereka tanpa ada sedikitpun perubahan diantara mereka.Aaron terlihat tersenyum senang."Baiklah, kalau begitu temani aku makan siang. Ayo masuk." Aaron menggenggam tangan istrinya dan membawanya kembali melangkah masuk.Sementara Zha, masih terpaku di sudut sana. Dia tertegun mendapati jika Pria yang hampir saja menjadi sasaran Jarum Beracun miliknya itu adalah Suami dari Emily, wanita yang pernah menolongnya dulu disaat dia benar-benar sedang Putus asa."Nona, apa yang anda lakukan disini?"Zha tersentak, saat sebuah tepukan ringan seorang satpam mendarat di bahunya mengagetkannya dari lamunan.Dengan gerakan refleknya Zha menusukkan dua jarinya di leher bagian kanan satpam itu hingga mengakibatkan sang satpam tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri secara mendadak."Sial!" umpatnya.Zha memilih mengambil langkah seribu ketika melihat beberapa satpam hendak menghampirinya.Zha terus berlari dan membuka paksa sebuah mobil yang masih terparkir di tepi jalan."Hei, siapa kamu!" Seru pemilik mobil yang tentu saja terkejut melihat seorang asing yang memasuki mobilnya tanpa izin dan tiba-tiba langsung duduk di sampingnya tanpa dosa."Heh! Kamu siapa? Kenapa tidak sopan?" pemilik mobil yang ternyata adalah Halilintar itu kembali bertanya pada Zha dengan sangat kesal."Diam!" Zha langsung membuka jaketnya."Kamu sudah gila ya? Masuk mobil orang sembarangan!" sekarang Halilintar tidak bisa menahan diri dan ingin segera mendorong gadis itu dari mobilnya.Tapi Halilintar langsung menarik tangannya dengan mata terbelalak saat sebuah moncong pistol sudah menempel di bagian perutnya."Kalau masih ingin hidup. Diam!" Zha menekan Pistolnya."Kamu mau merampokku?" tangan Halilintar dengan cekatan menepis pistol milik Zha, namun tak semudah yang di bayangan Halilintar, gadis itu justru membekuk tangannya dengan begitu mudah."Turuti mauku atau kamu akan berakhir hari ini!" tidak ada pilihan karena Halilintar sudah terdesak dan kalah, terpaksa dia hanya bisa diam dan pasrah ketika gadis itu menarik tengkuknya hingga membuat tubuhnya berposisi di atas tubuh gadis itu dan tiba-tiba gadis itu mencium bibirnya sementara pistol masih setia menempel di perutnya."Tuan!" suara ketukan dari luar pintu mobil terdengar berkali-kali."Katakan sesuatu agar dia pergi." bisik Zha masih merengkuh leher Halilintar.Lagi-lagi dengan terpaksa Halilintar membuka sedikit kaca mobil dengan posisi tubuhnya yang masih direngkuh oleh tangan Zha.Satpam yang mengetuk pintu mobil itu langsung memundurkan langkahnya karena sedikit menangkap adegan di dalam mobil itu."Maafkan saya Tuan Muda. Maaf. Saya tidak bermaksud mengganggu Tuan Muda Halilintar. Saya hanya sedang mencari seseorang yang mencurigakan tadi." setelah mengangguk hormat, satpam itu segera melangkah pergi."Dasar sial. Kenapa malah melihat Tuan Muda sedang bermesraan. Hehe.." satpam itu menggaruk tengkuknya dengan perasaan malu bercampur takut karena telah mengganggu Putra Mahkota Keluarga Albarez.Setelah memastikan satpam itu pergi Zha segera mendorong tubuh Halilintar dengan kuat.Lalu kedua pasang mata mereka saling bertemu beberapa saat.Sedetik kemudian Halilintar tersadar."Kamu! Kamu gadis gila, tidak waras! Atau kamu seorang penjahat ya?" Halilintar mengusap bibir nya yang masih basah karena gadis itu tadi. Dia kembali menatap gadis itu. Dan wajah gadis itu seperti tidak asing baginya.Zha tersenyum miring tanpa merasa bersalah sedikitpun."Ternyata kamu Tuan Muda Halilintar. Kalau begitu maafkan aku karena sudah merepotkanmu. Terima kasih atas bantuannya, Tuan Muda Halilintar.." ucap Zha, lalu segera membuka pintu mobil. Tapi tangan Halilintar langsung menahan lengan Zha."Tunggu dulu. Mau kemana kamu? Enak saja hanya meminta maaf!"Zha segera menepis tangan Halilintar dan meloncat turun lalu pergi begitu saja sesaat setelah menyambar jaketnya."Hei... Kamu sudah mengambil ciumanku, dan pergi begitu saja. Hei....!!! Dasar gadis gila!" umpat Halilintar yang tidak di peduli oleh Zha.Tiba-tiba, Halilintar seperti teringat sesuatu."Wajah itu, aku seperti sudah pernah melihatnya. Tapi di mana?"Halilintar terlihat berpikir keras untuk mengingat wajah gadis aneh yang secara tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya dan menodong sebuah pistol padanya itu, lalu dengan seenaknya mencium bibir perjakanya.Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,