AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!

AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!

last updateHuling Na-update : 2025-08-21
By:  Rahma AmmaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
5Mga Kabanata
6views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Menikah karena cinta adalah alasan klise untuk pasangan muda mudi yang jatuh cinta, tapi apa jadinya kalau lelaki yang seharusnya menjadi imam dan bertanggung jawab, menafkahi istri malah sibuk dengan barang koleksi. Bahkan dengan alasan gaji istrinya lebih besar ia malah semakin mengabaikan kebutuhan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, entah sampai kapan Nanda sang istri bertahan karena cobaan bukan hanya datang dari suaminya yang kekanak-kanakkan tapi dari sang ibu mertua yang ternyata mendukung dan selalu membela anak semata wayangnya. Akankah ada perubahan? Atau malah seperti kisah rumah tangga gagal lainnya yang berujung perpisahan?

view more

Kabanata 1

BAB 1

“Yank, minta duit ya buat beli baju," ucap Mas Ivan santai mengalihkan sedikit perhatianku yang saat ini sedang sibuk dengan penggorengan yang menyala di atas kompor.

Mas Ivan memang sangat menjengkelkan, sudah ngasih uang jarang-jarang, malah sesuka hatinya belanja pake uangku terus. 

"Baju apa lagi sih, Mas? Bukannya kamu baru belanja ya minggu lalu?" tanyaku kesal, seharusnya dia peka dengan suara wajan dan spatula yang mulai nyaring ini.

"Kan itu minggu lalu, Yank! Minggu ini kan belum!" jawabnya sembari mendekat, dengan wajah polos seperti tak berdosa.

"Boleh, ya!" bujuknya manja.

“Ayank .., Maaf, kamu masih marah, ya?” ucapnya manja sembari mulai merayuku dengan pelukan yang disangkanya romantis, padahal sangat membuatku jengah.

Merasa tak kutanggapi, ia semakin bertingkah manja.

“Kamu masak apa, Yank? Harumnya bikin lapar, pasti enak banget,” lanjutnya lagi dengan memuji dan terdengar tak tulus. Jelas saja, ia pasti melakukannya karena ada maunya. 

“Punya mata kan ya? Liat aja sendiri!” ketusku, dan ia malah tertawa dengan lepas, bukannya merasa bersalah malah cekikikan tanpa dosa.

“Kamu kalau marah-marah gitu tambah jelek tau nggak, Yank?” ucapnya setengah berteriak, sumpah mulutnya pengen banget kucobek pake rawit sekilo.

“Iya, aku emang jelek! Tapi jelek-jelek gini aku banyak duit loh, masih mending kan dari pada kaya kamu, ganteng doang tapi kere!” ejekku pedas. 

“Kok kamu ngomongnya gitu sih, Yank?” ucapnya terdengar sedih, dan aku yakin dia pasti merasa tersinggung. 

“Terus kamu kenapa ngomong gitu juga?” tanyaku balik. 

“Gitu gimana?” tanyanya polos merasa tak bersalah. 

“Kamu tersinggung nggak kubilang kere?” tanyaku santai sembari melipat tangan. 

“Iyalah! Itu penghinaan tau nggak!” jawabnya seolah merasa terhina. 

“Nah! Sama!” jawabku santai sembari menjentikkan jari di depan wajahnya. 

“Apaan sih? Nggak jelas banget! Sama apa coba?” tanyanya meninggi, semakin emosi rupanya. 

“Kamu bilang kalau aku jelek dan itu berulang-ulang, berkali-kali, itu juga penghinaan!” jawabku santai kali ini aku duduk di kursi makan dan menyenderkan tubuh dengan nyaman. 

“Ya elah! Gitu aja kok marah!” ucapnya enteng. 

“Lah? Siapa yang marah? Aku loh nggak marah, kamunya aja yang sensi kalah-kalah boneka barbie!” sahutku meledek. 

“Kok barbie sih, Yank?” Kembali ia menyahut tak terima. 

“Lah emang kan? Kalau nggak mau disamakan dengan barbie, ya jangan sensi dong! Gitu aja kok marah!” ucapku meniru kalimatnya. 

“Pokoknya aku mau beli baju baru, Yank, please dong ngertiin aku!" Mas Ivan lagi-lagi merengek membuatku semakin kesal. 

Kamu kan punya uang sendiri, Mas! Belanja aja pakai uangmu!" jawabku malas, hilang sudah semangatku menyajikan sarapan penuh cinta. 

"Kok kamu pelit sih, Yank?" tanyanya terdengar kesal.

"Pelit dari segi mana coba? Kamu loh yang lebih sering belanja dari pada aku! Lihat tuh pakek matamu yang sebesar biji salak itu! Lemarimu aja ada dua, sedangkan aku satu aja nggak penuh!" jawabku sembari menunjuk ke arah kamar dengan emosi. 

"Kok kamu ngungkit-ngungkit lemari sih, Yank?" tanyanya lagi, suaranya meninggi menandakan tak terima dengan ucapanku. 

"Lah, emang iya, kan? Kamu kalau mau belanja pakai uangmu sendiri kan bisa! Kenapa mesti minta aku mulu sih?" Kujawab ia dengan sengit beserta tatapan tajam mematikan.

"Kamu kok hitung-hitungan gitu sih sekarang?" Mas Ivan mendekatiku, rupanya ia masih mencoba membujukku, dan dia pikir aku akan luluh seperti biasanya. 

"Kamu tau nggak, Mas? Pengeluaran kita membengkak! Bulan ini aku sampai nggak bisa nabung karena kamu belanja mulu! Mending kalau yang dibeli itu memang penting dan bermanfaat! Lah ini cuma barang-barang nggak guna yang jadi koleksimu doang!" Kumatikan kompor dengan emosi, lalu kutinggalkan begitu saja nasi goreng yang baru saja kumasak, tanpa berniat untuk memindahkan ke piring dan menyajikannya untuk kami makan bersama.

“Aku kan sudah kasih kamu uang dapur, Yank! Jangan bilang seolah-olah aku nggak ada kontribusi apapun dong di rumah ini!” balasnya tak terima dan tentu saja ucapannya itu sukses membuatku membelalakkan mata saking emosinya. 

“Mas, kamu tuh ya!” Kulemparkan tempat tisu berbahan kain yang ada di meja makan dan tepat mengenai kakinya. 

“Aduh! Apaan sih, Yank? Kamu dosa tahu nggak begini!” ucapnya sembari mengusap kakinya yang jelas-jelas tak terasa sakit karena yang kulempar tak membahayakan sama sekali. 

“Kamu lebih dosa lagi karena selalu dzolim sama aku,” balasku tak mau kalah. 

“Dzolim apaan sih? Kamu kalau ngomong jangan asal ceplos dong, Yank! Kalau orang dengar entar dikira aku beneran ngelakuin hal nggak baik tau nggak ke kamu!” sungutnya kesal. 

“Loh, emang bener kan? Yang kuomongin tuh semuanya fakta! Perlu ku rinciin satu-satu apa hal mendasar dari omonganku?” tantangku yang membuatnya terdiam.

“Kan kamu tahu Yank, penghasilanku cuma dari toko aja, itu pun nggak seberapa, dan semua untung toko juga kan kukasih kemu semua,” ucapnya disedih-sedihkan membuat drama yang tak penting.

“Betul …. Betul sekali! Uang untung itu harusnya untuk tambahan uang dapur kita, tapi ….” Kutatap tajam Mas Ivan yang kini mulai menunduk. 

“Kenapa kamu nunduk?” tanyaku menahan tawa. 

“Udah sadar?” tanyaku lagi sedikit mengejek. 

“Uangnya kan kamu pake buat ….”

“Iya deh, iya! Aku ngaku, aku salah!” potongnya cepat. 

“Nah, gitu dong! Kan pinter!” ejekku lagi, lalu kembali ke wajan yang tadi sempat kutinggalkan. 

“Kok kaya nggak ada harga diriku ya, Yank sama kamu?" tanyanya polos, jujur aku sedikit merasa bersalah. Namun mau bagaimana lagi? Mas Ivan memang terlalu dimanja oleh orang tuanya dulu sehingga sampai sekarang dia masih seperti itu. Apa yang diinginkannya selalu saja di dapatkan, awalnya aku menuruti segalanya namun kini sepertinya aku harus mulai merubahnya, tak bisa jika terus-terusan begini.

“Makanya kamu tuh jangan manja, Mas!” sahutku lagi, mencoba sedikit lebih tegas. 

"Tapi aku kan belanja karena murah, Yank!" jawabnya lagi, masih mencoba membela diri dan ternyata drama keinginannya untuk membeli baju belum selesai.

"Murah dari mana? Coba kamu lihat struk belanjamu sana semua di atas tiga ratus ribu, dan sekali belanja kamu bisa sampai lima barang!" Kali ini jawabanku berhasil membuatnya bungkam, perlahan kulirik wajahnya yang mulai merah, aku tahu dia menahan marah, tapi siapa peduli? Toh selama ini juga terlalu banyak aku memaklumi.

"Pokoknya aku mau belanja, terserah kamu mau izinin atau nggak!" ucapnya tanpa jeda.

"Ya sudah belanja aja sana! Pakai uangmu sendiri tapi jangan uangku!" jawabku sembari memasukan nasi goreng yang sudah masak ke dalam piring.

Namaku Nanda, aku dan Mas Ivan menikah satu tahun yang lalu. Aku bekerja sebagai manager di sebuah Perusahaan ternama sedangkan Mas Ivan hanya punya toko baju kecil itu pun dimodali olehku.

Kami menikah tentu saja karena cinta, dan memang kuakui, awalnya aku sangat mencintai lelaki berparas tampan itu sampai dengan ikhlas dan rela aku memberikan setengah dari tabunganku untuk memberinya modal membuka toko.

Tapi beberapa hari ini sikap Mas Ivan benar-benar keterlaluan, aku sampai benar-benar emosi dan tak habis pikir dibuatnya. Semua berawal dari saat ia dengan sadar dan tanpa dosa memakai uang dapur untuk membeli Mod Vape seharga tiga juta dan Liquid satu lusin dengan harga yang lumayan mahal.

Ya, dengan dalih saat itu sedang diskon jadi menurutnya itu adalah hal yang wajar jika dia mau membelinya. Biasanya apapun yang ia akan beli tak akan membuatku semuak ini dan akan memaafkannya begitu saja, tapi untuk kali ini saat ia berani menggunakan uang tabungan tanpa izin dariku itu sungguh membuatku meledak, rasanya sabarku sudah diambang batas. 

Saat sedang membersihkan kompor, kulihat Mas Ivan membuka tasku yang kuletakkan asal diatas meja, bahkan dompetku sepertinya terbuka. Tak berselang lama suara mobil mulai terdengar menjauh, dan benar saja ia pergi tanpa kata dan lagi! Mas Ivan membawa Atm yang mungkin dikiranya adalah milikku, padahal yang dibawanya adalah miliknya sendiri yang sengaja kuletakkan di dompetku, kini aku hanya tertawa mengingat saat mengambil ATM di dompetnya dan mengganti pinnya dengan pin yang sama dengan milikku. Lalu ATM di dompetnya? Jelas saja itu bukan miliknya, itu adalah ATM kosong milikku yang isinya sudah kutransfer ke rekeningku yang lain. 

Aku terduduk diam memandangi Nasi goreng lengkap dengan telur dan timun yang sudah ku tata dengan rapi. Sarapan pagi dengan tenang dan hangat ternyata hanya ilusi, entah sampai kapan aku harus menghadapi sikap kekanak-kanakkan suamiku sendiri! Bisa berubah atau tidak hanya Allah saja yang tahu, tapi jauh dilubuk hati selalu terbait doa semoga Allah Sang Maha pemilih hati membalikkan hatinya menjadi imam yang lebih baik dan bertanggung jawab untukku dan anak-anak kami. 

“Aamiin.” ucapku penuh harap. 

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Muhammad Rahman Rafif
Semoga ivan kena batunya
2025-08-22 13:39:54
0
5 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status