Setelah kepergian William dari restoran itu, Mario pun melanjutkan makan siang yang sempat tertunda tadi ditemani oleh Inez di sisinya.
"Mas nggak tersinggung 'kan dengan perkataan Kak William tadi?" tanya Inez dengan hati-hati.
Mario melemparkan senyumannya pada Inez lalu menjawab, "Sudah risikonya, Nez. Memang kenyataannya seperti itu 'kan? Kurasa yang terpenting kamu dan aku tetap bersama, kita bahkan belum melewati tahun pertama sebagai sepasang suami istri. Baru setengah tahun yang kita lalui bersama."
"Mas fokus sama cita-cita Mas saja, akan ada saatnya ketekunan itu berbuah manis. Inez yakin sekali Mas Mario kelak akan menjadi orang yang sukses," ujar Inez seraya membelai punggung Mario.
"Tahu nggak sih, Nez ... yang bikin Mas jatuh cinta ke kamu itu adalah segala dukunganmu itu. Saat semua orang menghinaku dan menginjak-injak harga diriku sebagai seorang lelaki, kamulah satu-satunya yang menopangku dan memberi dukungan tak kenal lelah untukk
Sore itu Clara menonton TV di ruang tengah sendirian. Dia merasa kesal dan cemburu dengan kemesraan mamanya dan papa tirinya. Suara percintaan mereka terdengar hingga keluar kamar tidur. Bahkan, sepertinya seisi rumah mendengar suara mereka berdua.'Gimana nggak stres kalau tiap hari dibikin pengin coba ... padahal nggak ada yang bisa diajak praktik?" batin Clara mendongkol.Dia pun teringat dengan pacar barunya, Max. Waktunya mengetes apa benar pria itu sudah berubah halauan. 'Kalau sama cewek masih dingin berarti masih nggak beres!' pikir Clara.Segera diraihnya ponselnya di meja. Dia mengetik pesan WA kepada Max.["Max, lagi apa? Jemput dong, pengin jalan-jalan."]Balasan pun masuk.["Baru bangun tidur, Cla. Tadi ngajar fitness 5 jam nonstop, tepar ... oke, ntar jam 6 kujemput ke rumah. Dandan yang cantik ya, Cla. Lope lope ..."]Clara pun tersenyum membaca pesan dari Max. Dia cukup tersentuh dan merasa kecemburuannya pada mamanya
Max menggendong tubuh Clara ke ranjangnya yang lebar, membaringkan gadis itu sembari menatap wajahnya lekat-lekat. Bila sudah yakin melepas keperawanannya malam ini, artinya 80% Clara harus mau menjadi istrinya kelak, 20% sisanya pilihan yang lain. Tetapi, dia serius, keperawanan itu mahal harganya jadi tidak bisa dianggap enteng."Untuk terakhir kalinya, Clara. Aku ingin bertanya, apa kamu serius ingin menyerahkan mahkotamu sebagai seorang gadis kepadaku?" tanya Max serius ketika berada di atas tubuh Clara yang terbaring di ranjangnya.Mata Clara berkabut gairah, dia tak ingin mundur kali ini. "Ya, aku yakin, mulailah Max. Kita lalui malam ini berdua ...," jawab Clara dengan keyakinan tak tergoyahkan.Mendengar jawaban Clara, dia pun memagut bibir Clara dalam-dalam. Tangan Max membuka risleting mini dress di punggung Clara. Ketika menurunkan pakaian itu, bulatan padat kembar menyembul di dada Clara. Max sudah lama sekali tidak mencicipinya, dulu ... dulu sekali
Sepanjang malam Max dan Clara memadu kasih berulangkali dari satu puncak gairah ke puncak gairah berikutnya, saling menyentuh dengan rasa dahaga akan cinta. Max sudah lama tak menyentuh wanita, sedangkan bagi Clara ini adalah pengalaman pertamanya bersama seorang pria.Namun, ketika pagi tiba ... mereka harus menghadapi kenyataan. Orang tua Clara tentunya butuh penjelasan dimana dan dengan siapa Clara menghabiskan malamnya.Ponsel Clara bergetar-getar di nakas. Mamanya menelepon berkali-kali tak menyerah karena anak gadisnya sejak semalam tidak bisa dihubungi, padahal panggilan itu berhasil masuk.Max pun membangunkan Clara. "Cla ... Clara ... mama kamu nelpon terus itu. Ayo bangun!" ujar Max menggoyang-goyang bahu Clara yang polos.Gadis remaja itu tak memakai selembar pakaian pun di bawah selimut. Max mencubit bokong Clara yang membulat penuh itu agar gadis itu terbangun."Aaaww! Sakit Max!" jerit Clara bangun seraya mengelus-elus pantatnya
Siang itu ketika melewati jalan menuju ke rumah Inez, mobil Mario dicegat oleh 2 motor dengan 4 orang lelaki bertampang sangar. Hatinya mencelos, sepertinya ada yang tidak benar, duganya.Pintu kaca jendela mobil Mario diketok dengan tangan. Pria berbewok itu berseru, "Woiii keluar kamu!"Mario menghela napas dalam-dalam menenangkan dirinya bersiap untuk yang terburuk. Dia mengingat ajaran Mr. Miguel untuk membela dirinya kali ini. Mungkin ini saat yang tepat untuk mempraktikkan ilmu dari Mr. Miguel. Dia pun turun dari mobil."Ada apa ya, Bang?" tanya Mario pada pria berbewok itu yang langsung disambut dengan bogem keras di wajahnya.'Sial, orang-orang ini mau cari gara-gara!' batin Mario.Dia pun mengelak serangan berikutnya, tetapi keempat pria sangar itu mengepungnya dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Mario pun dengan segera menghajar pria itu satu per satu, mencoba mengelak tiap serangan yang datang. Namun, melawan 4 orang sekaligus sungguh
Ketika Mario melongok ke dalam kamarnya dan melihat Inez sedang melipat baju yang akan dia bawa untuk kunjungan perusahaan ke Surabaya.Perjalanan bisnis itu akan berlangsung 3 hari kurang lebih, Pak Baruna Pratama, Head Marketing Manager sudah membagikan jadwal acara kunjungan itu kepada Inez kemarin pagi."Lagi siap-siap ya, Inez Sayang? Ada yang perlu Mas bantu?" tanya Mario seraya berjalan mendekati Inez yang duduk di tepi ranjang memasukkan baju-bajunya ke koper kecil.Inez menoleh ke arah Mario lalu berkata, "Nggak usah, Mas. Inez sudah hampir selesai kok. Acaranya cuma 3 malam aja, bajunya sedikit. Jangan kangen sama Inez ya ...""Pasti kangenlah, tapi ditahan .... Hati-hati ya pergi sendiri. Oya, William apa ikut juga acara ke Surabaya ini?" balas Mario menyelidik.Dia pun duduk di belakang Inez sambil memeluk istrinya dari belakang. Aroma parfum Inez yang segar membuatnya turn on. Tangannya mulai bergerilya di tubuh Inez."Kur
Perjalanan rombongan survey PT. Jansen Pharma ke Surabaya berjalan lancar sekalipun agak lama, mereka harus berhenti untuk beristirahat, makan, dan buang air kecil di beberapa rest area sepanjang jalan yang mereka lewati.Di setiap kesempatan, William selalu menempel pada Inez. Dia mengikuti Inez kemanapun wanita itu pergi yang tentu saja membuat Inez merasa agak risih. Kalau bukan karena urusan pekerjaannya, rasanya Inez ingin mencegat bus dan segera kabur pulang ke Jakarta saja. Dia benar-benar lelah dengan segala perhatian William yang berlebihan.Untungnya setelah belasan jam mereka lalui, mobil Alphard itu akhirnya masuk ke kota Surabaya. Inez pun merasa lega, dia bisa menjauhkan dirinya sejenak dari William setelah sampai di hotel tempat mereka menginap.Rencananya selepas jam makan siang nanti, rombongan survey akan berkunjung ke pabrik PT. Cahaya Mustika Ratu, kompetitor kuat PT. Jansen Pharma di bidang kosmetika dan perawatan kulit dari bahan herbal tra
Inez duduk semeja makan dengan personil rombongan survey di restoran hotel. Mereka mengobrol dengan seru rencana untuk jalan-jalan malam ke Tunjungan Plaza nanti seusai survey pabrik kompetitor.Mal terbesar di Jawa Timur itu memang iconic sekali dengan bangunan gedung yang sangat banyak, Tunjungan Plaza 1 hingga 6. Mereka tentunya jauh-jauh dari Jakarta tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengunjungi Tunjungan Plaza.Tiba-tiba William datang bergabung bersama mereka di meja makan itu. Semua sontak menjadi tegang yang tadinya ceria dan seru. Namun, William tidak merasakan perubahan suasana itu. Dia duduk di kursi sebelah Inez yang kosong."Nez, kartu kunci kamarmu ketinggalan tadi. Ini ...," ujar William seraya menyerahkan kartu kunci kamar Inez.Dengan tidak nyaman, Inez pun menerima kartu kunci kamarnya dari tangan William. Kemudian berkata, "Terima kasih, Kak William. Sarapan dulu saja karena masih pagi, takutnya nanti makan siang masih lama.
Menjelang jam makan malam, Inez sudah siap dengan dress selututnya warna merah maroon. Rambut ikal panjangnya tergerai rapi sepunggung membuatnya tampak lebih muda dari usianya yang sudah kepala 4.Sesuai janjinya pada Tristan tadi siang, dia akan datang ke rumah pria itu untuk makan malam bersama mamanya Tristan. Sebenarnya ketika rombongan survey itu meninggalkan gedung pusat PT. Cahaya Mustika Ratu, William berulang kali membujuk Inez membatalkan kedatangannya untuk acara makan malam itu. Namun, Inez merasa Tristan adalah calon rekan bisnis yang berguna untuk masa depan Jansen Pharma.Dia pun berangkat sendiri tanpa William, diantar oleh Pak Baruna Pratama ke kediaman keluarga Barata di Pakuwon City Residence. Tristan sudah mengirimkan share location ke ponsel Inez tadi sore."Bu Inez, nanti pulangnya gimana, ya?" tanya Pak Baruna."Saya pulang sendiri saja, Pak. Anak-anak 'kan katanya mau jalan-jalan ke Tunjungan Plaza. Nanti saya malah merepotkan Pak