Lilis pun menceritakan perihal Togar, Ceu Yati dan Haikal mendengarkan cerita Lilis dengan serius, mereka terkejut mendengar Alex sudah kembali.
"Jadi kita harus hati-hati, jangan sampai lengah, makanya saya di suruh Bang Togar untuk mengungsi dulu ke Tasik" ucap Lilis.
"Apa enggak sebaiknya menginap di sini saja, Neng Lilis? Kasian nanti Ucok sekolahnya kejauhan,"
"Enggak apa-apa, Ceu! Kebetulan Ucok masih belajar jarak jauh, jadi bisa di mana saja, lagipula Lilis sudah kangen sama Emak dan Abah di kampung," terang Lilis.
"Ya sudah kalau begitu, Lilis mau pamit dulu ya Ceu, Assalamualaikum!" ucap Lilis, ia pun mulai beranjak pergi.
"Iya Lis, Hati-hati di jalannya! Waalaikumsalam," balas Ceu yati.
"Biar saya bantuin Teh." Haikal membawakan tas berukuran besar.
"Sekalian kamu antar atuh Kal, ke terminalnya!" ucap Ceu Yati.
Tidak lama kemudian, Ceu Yati mulai siuman, tangannya mulai bergerak, perlahan matanya terbuka."Kal!" lirihya."Apa yang terjadi? Kenapa pada ngumpul semua ini." Ceu Yati berusaha untuk bangkit, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar,Menyadari kamarnya yang sudah berantakan, ia kembali teringat kepada kejadian tadi."Astaghfirullah...! Orang-orang tadi," lirihya."Bagaimana keadaannya, Mah? Apa sekarang sudah baikan?" tanya Haikal."Masih sedikit pusing." Ceu Yati memegang kepalanya yang masih terasa berat.
["Bagaimana keadaan target?"] tanya Alex kepada Janu yang sedang memantau keadaan rumah Huma, melalui jaringan seluler.["Tadi kami sempat mengecoh mereka, Bos, anak ingusan itu tadi memanggil teman-temannya, sepertinya dia memasang sesuatu di rumahnya, tapi tidak begitu jelas apa yang dipasang,"] balas Janu.["Bagus! Pantau terus mereka jangan sampai lengah, baru kita jalankan misi kedua kita," ucap Alex.["Siap, Bos"] balas Janu.Alex segera memutuskan sambungan telepon.Alex duduk dengan santai di sebuah hiburan malam bersama seorang wanita dan dua orang pria, mereka sedang membicarakan sesuatu hal yang serius.
Pada malam yang sama, Haikal terbangun dari tidurnya, ia terkejut setelah bermimpi kalau rumahnya kebakaran, ia segera mengecek CCTV melalui laptopnya.Beberapa menit yang lalu, terdapat seorang pria tidak dikenal berjalan mondar-mandir di depan rumah catering, setelah diperhatikan berulangkali, pria tersebut membawa botol mineral berisi cairan berwarna kuning.Lelaki misterius itu kemudian menyalakan rokok kemudian melemparkannya ke tempat ia menumpahkan cairan tadi, perlahan api pun mulai menyala, pria tadi segera meninggalkan tempat itu.Melihat hal itu, Haikal segera membangunkan mamahnya, kemudian ia berlari menuju ke rumah Catering.Haikal berteriak memanggil Laura dan beberapa karyawannya lain yang berada di dalam."Kebakaran...! kebakaran...!" teriaknya.Semua yang berada di dalam, segera berlari ke luar rumah, namun Haikal tidak melihat Laura ik
"Kenapa bisa pingsan, Neng! Untung ditolong sama Haikal tadi," ucap Ceu Yati."Jadi, Haikal yang tadi nolongin Laura?" ucapnya."Iya, untung si Eneng nya nggak kenapa-napa," jawab Ceu Yati."Mamah enggak sangka, ternyatadia seberani itu," imbuhnya lagi."Ya sudahlah, Neng! Sebaiknya kita cepat tidur, ini sudah larut malam," ucapnya."Iya, Mah!" Laura membalikkan badannya, ia berusaha memejamkan mata, namun bayangan masa lalunya memenuhi pikirannya saat ini.Laura teringat kejadian beberapa tahun silam, ketika kedua orangtuanya meninggal akibat kebakaran di dalam ruko tempat mereka berjualan masakan khas Jambi.Saat itu usianya masih balita, namun ia masih mengingat peristiwa yang menewaskan kedua orang tuanya itu.Terdengar suara tabung gas meledak dari ruko lantai dasar tempat biasanya sang bunda memasak untuk ber
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen