Share

6. Dilamar

Author: KN_Author
last update Last Updated: 2024-04-30 08:34:18

Pagi hari. Saat semua orang baru saja bangun. Sebuah mobil datang yang tentunya orang rumah tau itu mobil bapak Rahman.

Dengan Azri yang menyupirnya. Lelaki itu keluar bersama bapak Rahman.

Membawa sebuah kotak hitam. Dari pakaian mereka, tampak lebih rapi.

Bahkan Azri yang biasanya tidak penampilan seperti orang tidak pernah mandi saja kelihatan lebih baik sekarang ini.

"Ayra. Bapak dan Azri datang untuk membicarakan yang kemarin."

Bapak kali ini tampak lebih serius. Bahkan tak peduli kalau mantan istrinya tak setuju sekalipun.

"Mau apa lagi sih kau bawa jongosmu? Aku bilang anakku tidak akan menjadi istri dari pengangguran satu itu!" Ibu Riri langsung membalas dengan kalimat telak.

"Dengar dulu, Bu. Saya harap di beri kesempatan untuk bicara. Setidaknya kasih kesempatan saya masuk."

Ibu Riri mendengus sambil masuk.

Daster dengan ketiak bolong yang sejak tadi malam di kenakan beliau menunjukkan kalau beliau baru bangun tidur.

Sejujurnya sangat tidak relevan bertamu sepagi ini. Baru jam 6. Ayra sendiri saja masih pakai baju tidur. Untung saja masih bisa di bilang sopan karena lengan panjang dan tidsk lusuh-lusuh amat.

"Kamu butuh cermin?" tanya Ibu riri.

Azri yang baru duduk terdiam beberapa saat.

"Buat ngaca biar bisa ngerti kalau kamu gak cocok dengan Ayra."

Seharusnya itu cukupkan agar Azri tidak melanjutkan. Setidaknya merasa terhinalah sehingga lamaran ini batal dan Ayra bisa kembali ke kamar lalu tidur.

"Begini. Saya akan terima kalau ibu bilang saya tidak cocok untuk Ayra setelah saya tunjukkan ini. Setidaknya kasih saya kesempatan untuk menunjukkan. . . . "

"Apa? Menunjukkan apa? Heh! Pengangguran! Sadar diri. Seenggaknya jadi pegawai batu bara kayak mantuku itu. Jadinya kamu lebih pantas melamar anakku!"

Brak!

Bapak Rahman membuka koper yang Azri bawa dan memperlihatkannya langsung kehadapan ibu riri.

"Kau minta inikan? Sudah Azri tepati. Dia sudah memberikan mahar 200 juta sebagai syarat melamar Ayra. Dan biar kutegaskan! Ayra juga putriku. Selama kita berpisah, aku selalu membiayainya. Menyekolahkannya bahkan saat kau tidak bisa memberikan pendidikan yang lebih tinggi, aku bisa! Dan aku lakukan! Jadi aku juga berhak menentukan masa depan Ayra. Maka setelah semua ini, Ayra akan menikah dengan Azri."

Ibu riri terdiam. Tumpukan uang dalam koper itu menyilaukan hingga membuat kuping beliau rasanya tersumbat.

"Ayra!"

"Ay!"

"Ayra!"

Azri yang sejak tadi melirik Ayra yang tak jauh darinya sontak mengejar Ayra yang lari kebelakang.

Ayra berhenti di dapur sementara Azri berusaha mendekatinya.

"Ay. Aku ke sini mau lamar kamu."

"Dengar aku, Ay. Aku mau bahagiain kamu."

"Diem!"

Ayra menjerit. Kini tangis yang tadi malam kembali.

"Aku gak butuh lamaran dari laki-laki manapun. Aku cuma butuh waktu buat sendiri! Aku gak mau nikah!" jerit Ayra sambil memegang pisau dapur.

"Ay? Ay? Sadar! Jangan gitu."

Azri berjalan perlahan mendekati Ayra. Setenang mungkin agar Ayra tidak bertindak lebih gegabah.

Ayra tertawa hampa. "Kamu kayak orang yang mahamin aku. Yang bilang aku harus move on, harus ini harus itu. Tapi sampai detik ini kamu masih belum paham aku gak mau nikah sama kamu, sama laki-laki manapun juga. Aku benci sama laki-laki! Paham gak sih kamu?!" teriak Ayra seperti orang kehilangan akal.

Pisau yang Ayra pegang sangat erat. Kapan saja pisau itu bisa melukai dirinya sendiri.

"Paham, Ay. Aku paham. Sekarang lepas pisaunya. Aku bakal nurutin maunya kamu. Lepas ya? Jangan main pisau, Ay. Kita bicara baik-baik."

Azri berusaha meluluhkan hati Ayra. Dengan berbagai kalimat ia menenangkannya. Semakin maju lebih dekat pada Ayra.

Berkat bujukan Azri. Ayra mau meletakkan pisau itu kembali.

Azripun langsung mengamankannya.

"Gak apa-apa. Aku ngerti, Ay," kata Azri saat Ayra menatapnya sendu.

"Kamu mau sendiri. Gak mau di ganggu. Aku paham."

****

"Udah malam. Tidur, Ay."

Ayra mematung di dekat daun pintu. Ia menatap tempat tidur yang akan di tiduri mereka malam ini.

"Gak udah khawatir. Aku akan tidur di bawah. Kamu tidur di atas kasur."

"Tapi. . . ."

"Udah. Buat biar kamu ngerasa nyaman."

Ayra tidak tau harus apa selain menurut. Ia merebahkan dirinya di tempat tidur sementara Azri di bawah.

Ia tidak mau dengan pernikahan ini. Ayra tidak mau menikah dan rasanya tidak akan pernah bisa menerima laki-laki lagi setelah pengkhianatan Ari.

Tapi drama ibunya dua hari lalu membuat Ayra tidak punya pilihan selain menerima lamaran Azri.

Karena lamaran Azri ia tolak, maka uang 200 juta akan Azri bawa lagi. Ibunya malah setruk ringan gara-gara tidak jadi memilikinya.

Rucauan sang ibu yang membuat Ayra merasa takut dirinya jadi anak durhaka, mau tak mau membuatnya harus menerima pernikahan ini.

Tapi, rasanya ia cukup lega.

"Aku mengerti, Ay. Dan aku gak mau kamu kepaksa jadi istriku. Makanya aku akan terima kalau sebagai suami istri nanti, kita memiliki jarak. Sampai kamu siap."

"Bagaimana kalau aku tidak pernah siap?"

"Kamu boleh tinggalkan aku. Semuanya ada di tangan kamu, Ay. Kamu bisa tetap di sisiku sepanjang yang kamu mau. Tapi kamu boleh meninggalkan aku kapanpun kamu rasa tidak bisa lagi kita bersama."

Ya. Ayra lega dirinya tidak di paksa. Sekaligus dirinya juga merasa jahat karena telah membuat Azri seperti itu.

Tapi ia tidak pernah meminta ini. Azri yang menawarkan hal itu. Apa salah kalau ia menerimanya?

Setidaknya sekarang kesehatan ibunya membaik. Dan lagi, dirinya tak akan di rong-rong oleh ibu maupun bapaknya untuk segera menikah.

Walaupun harus terjebak pada pernikahan yang tidak di inginkan.

****

"Ini semua gara-gara kakak! Kenapa sih kakak gak pernah nurut apa kata ibu? Tinggal nikah aja susah banget!"

Alia terus mengoceh jika segala yang terjadi salahnya. Keributan di rumah yang jadi perbincangan banyak orang adalah salahnya. Bahkan kini mereka berakhir di rumah sakit malam-malam juga salahnya.

Keputusan Ayra yang akhirnya membuat Azri menyerah untuk tidak melanjutkan keinginan Bapak Rahman soal pernikahan mereka.

Azri membiarkan seluruhnya bahkan berjanji tak akan mengganggu Ayra lagi.

Ia juga membawa uang 200 juta itu pulang. Yang tidak tau dari mana lelaki itu dapatkan. Ia tak mau peduli. Karena Azri berjanji sudah tidak akan menganggunya saja, itu sudah membuat Ayra tenang.

Namun, ternyata itu bukan awal ketenangannya.

Justru ibunya malah kelihatan seperti orang gila dan berakhir kejang hingga stroke. Dokter menyimpulkan Ibunya kaget dan perasaannya sangat kacau. Hingga tidak kuasa di tahan dan menyebabkan beberapa saraf ibunya tak bekerja dengan baik.

Perakaranya tentu soal uang 200 juta yang sempat ibunya pegang, namun tak jadi di miliki.

Ayra berjalan keluar rumah sakit. Udara dingin yang menerpa kulitnya berusaha memberikan ketenangan untuk Ayra di sebalik kacau hidupnya saat ini.

Masalah datang rasanya tak cukup sekali. Sementara stok sabar dan kekuatan bertahan dalam kesulitan rasanya sudah mulai meredup.

Ia sempat melihat ke jalanan. Di mana mobil berjalan silih berganti melewati jalanan raya. Rasanya sungguh menyedihkan bila jalan cerita hidupnya seperti itu.

Gagal menikah, hidup rasanya berantakan, tujuan hidup seperti kehilangan arah, tak tau harus bagaimana, dan ibunya yang di rawat di rumah sakit.

Akan lebih menyedihkan bila foto dan namanya berakhir di koran sebagai korban bunuh diri .

Sebisa mungkin Ayra melenyapkan pikiran-pikiran buruk yang tak seharusnya hinggap di kepalanya.

Ia masih utuh meski rasanya seperti gelas kaca yang berderai di atas kramik. Berhamburan, hingga hanya satu solusinya. Menyapu semua beling yang nyatanya tak akan menyatu menjadi gelas lagi.

"Ayra?"

Sosok yang tengah berdiri di sampingnya.

Tersenyum tipis menatap dirinya.

"Maaf, aku ganggu kamu lagi."

Ayra membuat muka ke sembarang arah. "Tertawalah. Kau pasti senang. Aku sudah menolak lamaranmu, dan hidupku jadi hancur."

"Aku tidak akan bisa tertawa melihat orang yang harusnya tersenyum bahagia malah dibalut luka."

Ayra tak mengerti harus mengatakan apa. Tapi dirinya cukup kaget dengan kehadiran Azri. "Apa maumu ke sini?"

"Hanya memastikan kamu baik-baik saja, Ay."

"Tidak usah sok peduli."

"Tidak. Aku tidak sok peduli. Hanya aku tidak bisa tidur sebelum memastikan kamu tidak melakukan tindakan bodoh."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   53. EXTRA PART 2

    "Ayra di dalam." Yang menunggunya ternyata bos dari istrinya. Baru saja ia menaiki lorong, Bu Adelia sudah menunggunya di depan kamar rawat.Azri segera masuk ke dalam."Dia masih belum sadar sampai sekarang," ucap Adelia saat Azri terpaku melihat istrinya terbaring di atas bangsal rumah sakit.Azri merengkuh tubuh Ayra tak kuasa menahan rasa yang bergejolak dalam dirinya melihat sang istri di sini. Atas alasan apa dan kejadian apa yang menimpa istrinya."Tenang. Dia baik-baik saja. Dokter bilang dia cuma kecapean. Tapi Doktar bilang ingin bertemu denganmu. Katanya ada yang mau di sampaikan.""Ayra kenapa? Dia. . . ." Suara Azri tercekat hendak menanyakan apa yang membuat istrinya sampai berakhir di rumah sakit."Handphone Ayra kehabisan batrai. Jadi kami tidak bisa langsung menghubungimu.""Apa yang terjadi dengan Ayra?""Ayra pingsan saat bersama Fandi. Dia menggunakan handphone adm

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   52. EXTRA PART 1

    Sejak selesai acara resepsi beberapa bulan lalu, Azri dan Ayra memutuskan tinggal di apartement. Tidak lagi tinggal di kampung di rumah bapak Rahman.Apartement yang mereka tinggali pula, bukan tempat tinggal Azri yang dulu.Rupanya sebelum acara resepsi Azri membeli apartement baru dan menjual yang lama. Pokoknya Azri kali ini benar-benar mempersiapkan kehidupan mereka ke depannya dengan jauh lebih baik.Sudah hampir 5 bulanan lebih mereka tinggal di sini."Malam ini jadi nginap di rumah bapak dan kak Ambar, kan?" Azri keluar dari ruang kerjanya dengan earphone di lehernya. Tampak wajah lelah pria itu karena bekerja hampir semalaman."Iya. Aku sudah siapkan barang kita."Ayra masih sibuk masak untuk makan siang mereka. Dirinya menyempatkan diri masak dulu sebelum berangkat kerja.Tak lupa ia juga menyiapkan masakan untuk di bawa nanti malam. Sedikit cemilan buat bapaknya dan kak Ambar. Jadi tak

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   51. ENDING

    Jesika duduk menunduk di sebuah taman yang cukup sepi. Ia mengenakan masker wajah, dan kacamata menutupi wajahnya. Topi lebar juga ia kenakan agar tidak dikenali.Dengan memegang sebuah undangan pernikahan, senyum dua insan yang tampak berbahagia dalam undangan itu membuat hatinya perih.Kejadian saat dirinya melawan suami dan mertuanya berbuah bahkan sampai pembicaraan perceraian. Batin Jesika tak henti-hentinya merasa nyeri dengan hal yang menimpanya.Segala bentuk kebahagiaan yang Jesika bayangkan setelah menikah dengan Ari, hanya tinggal bayangan. Bahkan tak pernah ada kebahagiaan yang nyata untuknya.Sekarang, hidupnya hancur sehancur-hancurnya. Berita perselingkuhan Jesika dan atasannya di bongkar istri Jacob. Bahkan istri atasannya yang notabenenya adalah seorang model, menyewa infotement gosib untuk mempermalukannya.Wajahnya terpampang di portal-portal gosib sebagai pelakor yang sudah tidur dengan suaminya.T

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   50. Akhir Yang di Dapatkan

    Ayra tak menyangka Azri bisa menemukan nama teman-teman sekolahnya. Bahkan teman-teman dekat masa kuliahnya. Ibu kostnya dulu, bahkan sampai orang-orang yang pernah berkenalan dengannya sesama penganjar bimbel. Semua ada dalam daftar list tamu undangan. Segelas es susu coklat tersaji di hadapannya. Lalu Azri yang duduk di kursi dengan wajah lelah. "Ada lagi yang mau di masukan dalam list?" tanya Azri lalu menguap. Undangan belum di sebar karena Ayra mau memeriksa list undangannya dulu. "Sudah cukup kok." Azri mengangguk kecil. Ia menghubungi tim WO dengan handphonenya. Detail kecil seperti menyebar undangan pun Azri gunakan tim WO nya. Walau harus bayar lebih, tapi pekerjaan jadi lebih mudah. "Kamu mau tidur aja gak? Kayaknya ngantuk," kata Ayra. "Enggaklah. Aku mau nemenin kamu coba gaunnya." Mereka menunggu di sebuah tempat perancang busana pernikahan. Padahal sepertinya Azri butuh istirahat.

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   49. Kejadian Gila Tadi Malam

    Azri berjalan dengan langkah lemas. Hampir semalaman ia tak tidur mencari Ayra yang pergi setelah kejadian gila tadi malam.Saat maghrib menjelang, Ayra menghubunginya jika akan pulang terlambat karena ada urusan di bimbelnya. Hingga isya, Ayra tak kunjung pulang membuatnya khawatir, tapi Azri mencoba berpikir positif dengan terus menyelesaikan pekerjaannya.Namun gedoran pintu membuat Azri seketika menghentikan pekerjaannya. Ia membuka layar monitor yang menunjukkan CCTV di pintu depan.Dirinya tentu kaget melihat Lisa yang menggedor pintu rumahnya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, perempuan itu hanya mengenakan sarung untuk menutupi tubuhnya."Mas! Tolong buka pintunya!" teriakan bercampur tangisan itu membuatnya berjalan ke depan untuk tau apa yang terjadi pada Lisa.Sedetik setelah pintu terbuka, Lisa memeluk Azri erat."Tolong aku, Mas. Aku mau di bunuh." Lisa meraung sambil memeluk Azri erat."Di bunu

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   48. Cari Perhatian Suami

    "Kak ambar baik-baik ajakan?"Ayra menghampiri Ambar yang terkulai lemas habis mual-mual."Kakak gak apa-apa, Ay. Cuma reaksi hamil ya gini. Suka muntah-muntah."Rasa cemas Ayra berkali lipat setelah kejadian ibunya. Ia takut Kak Ambar kenapa-napa, dan Azri akan sangat murka nantinya.Apalagi mengingat sudah berkali-kali kak Ambar keguguran."Aku udah gak apa-apa, Ay. Setelah melihat Azri sekarang bahagia, aku sudah berhasil melupakan masalalu yang sangat menyedihkan itu. Terlepas, meski kadang ingat, tapi aku tidak apa-apa. Dia juga sepertinya kuat di dalam sana."Ambar mengusap perutnya yang sudah mulai berbentuk."Syukurlah, Kak. Aku gak kebayang akan sesedih apa Azri dan bapak kalau sampai kakak kenapa-napa.""Gak, Ay. Kakak gak kenapa-napa."Ayra mengangguk, lalu menundukkan wajahnya dengan bibir tertutup. Raut wajahnya menimbulkan penasaran Ambar."Tapi muka kamu kenap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status