"Kaira, sebaiknya kamu cepat kembali bekerja. Kelamaan menemui aku nanti dipecat sama Pak Bagas gimana?" ujar Dipta menakuti istrinya, dan untungnya berhasil.Kaira yang takut 'dipecat' buru-buru berbalik badan, meninggalkan Dipta di sofa tunggu. Meski sejujurnya dalam hati sangat khawatir saat istri dari Pak Wisnu datang menghampiri suaminya.Sebelum pintu lift tertutup, Kaira melihat Dipta dengan perasaan sedih karena takut jika suaminya akan dimarahi oleh Ibu bos. Apa istri dari Pak Wisnu tahu jika Dipta itu suaminya? Lantas apa hubungannya dengan wanita muda yang pernah datang berkunjung ke apartemen mencari Dipta?Memikirkan itu membuat kepala Kaira sakit. Sebaiknya nanti ia tanyakan saja kepada Dipta saat sudah di apartemen.Ingin melanjutkan pekerjaan pun rasanya tidak fokus, yang dilakukannya hanya terus duduk termenung menatap layar komputer dengan pikiran jauh ke sana, memikirkan Dipta."Maafkan aku, Mas. Gara-gara aku sekarang hidupmu penuh dengan masalah," lirih Kaira mera
"Ayah kok lesu gitu?" Widya memperhatikan gerak-gerik suaminya yang terlihat lunglai tak bertenaga.Tak biasanya pulang kerja suaminya akan lesu seperti itu. Meski ada masalah, wajahnya tak pernah kusut, masih ada sedikit senyum menghiasi bibir tebalnya."Ayah dipecat, Bu," adu Wijaya begitu sedih bahkan terdengar miris.Widya yang mendengar aduan suaminya langsung tersentak kaget. Kenapa suaminya mendadak dipecat? Memang dia salah apa?"Kok bisa!?" tanya Widya tak terima. "Emang Ayah salah apa sampai dipecat begitu!?" Widya mulai menangis karena membayangkan jika suaminya diberhentikan dari pekerjaan, uang bulanan akan berhenti masuk ke dalam rekeningnya nanti."Perusahaan tempat Ayah bekerja dibeli oleh Archery Grup. Kemudian perusahaan itu memecat banyak karyawan secara masal, dengan alasan sudah tidak kompeten lagi dalam mengerjakan pekerjaan. Dibilang tidak masuk kategori kualifikasi dalam pekerja Archery Grup yang serba cekatan dan bisa." Wijaya langsung terduduk lesu sambil men
"Lho! Katanya mau cari keringet, Mas? Kenapa malahan mepetin aku ke kasur?"Manik cokelat itu berkedip-kedip keheranan saat tubuh Dipta justru memojokkannya hingga terjatuh ke atas kasur. Hal ini membuat kedua tangan Kaira menahan dada milik Dipta yang hampir menjatuhi tubuhnya."Mas, ini mau jatuh," kata Kaira yang mulai ketakutan sendiri jika tubuh besar milik Dipta menjatuhi tubuhnya. Ia takut jika tubuhnya jadi perkedel."Katanya mau cari keringat!?" Mata sayu Dipta menatap manik cokelat milik Kaira dengan tatapan menggelora. "Iya, tapi emang tiduran kayak gini bisa cari keringat, yang ada bikin ngantuk. Bukannya kita mau kejar-kejaran lagi, itung-itung olahraga malam," balas Kaira yang membuat otak Dipta justru traveling ke mana-mana mendengar kata 'olahraga malam' yang dikatakan istrinya. Sebenernya Kaira tahu tidak, sih, definisi olahraga malam itu gimana?"Ya, kita pemanasan dulu kalau mau olahraga, Kaira.""Maksudnya lari-lari kecil gitu, ya?" Kaira tersenyum manis yang memb
"Yakin? Kalau memang siap, aku tak mau berhenti, Kaira," geram Dipta yang terus mencumbu bibir istrinya dengan brutal.Kaira hanya mengangguk saja, tak bisa berkata-kata lagi karena merasa hatinya senang, juga tubuhnya terasa enak, geli-geli nikmat.Jujur saja sebelumnya Kaira tak pernah merasakan sensasi yang seperti ini. Ia rasanya ingin menjerit kencang seperti orang gila saat area bawahnya terus berkedut-kedut."M-mas," panggil Kaira lirih bahkan suaranya terdengar begitu serak. "A-aku rasanya mau pipis," lanjut Kaira yang membuat Dipta menghentikan aksi menciumi leher wanita itu, bahkan tangan yang sedang meremas dua gundukan ikut istirahat."Pipis?" Kening Dipta mengerut bingung, namun pria itu tetap memberikan waktu untuk istrinya agar pergi ke kamar mandi, apa yang dimaksud Kaira orgasme? Masa baru dicium sama remas udah keluar duluan, sih!? Tapi biarlah, tandanya ia pria hebat bikin Kaira orgasme.Berbeda dengan Kaira yang sudah tak tahan. Rasanya sesuatu di dalam sana ingin
"Sudah diam! Cepat masuk!" Salah satu petugas kepolisian membentak Bayu yang sedari tadi terus memberontak, bahkan berteriak kencang ke arah Kaira, menuduh dengan fitnah kejinya.Ditatap tajam dengan aura penuh dendam membuat Kaira merasa takut sendiri. Apalagi ia tahu betul watak dari Mas Bayu, dia tidak akan diam saja jika apa yang diinginkan belum tercapai, termasuk balas dendam.Saat Mas Bayu sudah dibawa pergi dengan mobil polisi, Kaira menghela napas lega. Ia buru-buru masuk karena takut telat menemui Pak Wisnu yang terkenal sangat disiplin soal waktu."Permisi, sebelumnya saya sudah ada janji dengan Pak Wisnu, apa beliau ada di tempat?" Kaira memastikan terlebih dahulu, meski tahu jawabannya, namun namanya dunia kerja harus ada basa-basi sedikit sebagai rasa hormat dan formalitas."Ada, dengan Ibu siapa dan dari perusahaan apa?" tanya Resepsionis itu dengan sangat ramah."Kaira sifabella, dari Golden Grup," jawab Kaira dengan senyuman manis meski tak bisa dipungkiri jika hatin
"Itu hasil dari penyelidikan saya mengikuti Tuan Dipta hari ini," lapor Dimas, orang kepercayaan Wisnu Kertakusuma.Wisnu yang sibuk dengan segudang pekerjaan, terbengong untuk sesaat. Bahkan mata tuanya tak berkedip sedikit pun saat melihat potret putranya mencium seorang wanita.Jika dilihat secara sekilas, Wisnu sangat paham siapa wanitu yang bersama Dipta itu. Dia, wanita itu, adalah Kaira rekan bisnisnya.Tapi, bukankah Kaira mengatakan sudah memiliki suami? Sedangkan putranya belum menikah sama sekali. Apa jangan-jangan mereka berdua melakukan perselingkuhan selama ini? Astaga! Mau jadi apa jika orang-orang tahu kalau generasi penerus Archery Grup adalah seorang pebinor! Ini tidak bisa dibiarkan! Wisnu harus bertemu dengan Dipta, dan menghentikan aksi gila mereka berdua."Tolong awasi mereka terus!" titah Wisnu sangat serius.Pikiran yang terpecah antara kerjaan dan putranya membuat kepala Wisnu pusing. Dia akhirnya menelepon sekretarisnya untuk membatalkan semua meeting setelah
“Halo, Kaira, kayaknya lagi bahagia nih!” goda Vito menyindir satire saat melihat Kaira tampak murung ketika jalan menuju meja kerjanya. “Gimana meeting tadi?” lanjut Vito bertanya kepo.Kaira meletakkan tas selempang miliknya dan melirik ke arah Vito sekilas. “Lancar.”“Kok murung gitu? Apa Pak Wisnu ngomong yang tidak-tidak? Jangan didengerin, dia emang gitu orangnya,” ungkap Vito soal sifat Wisnu Kertakusuma yang selalu pedas dengan lawan berbicaranya.“Bukan karena itu. Aku lagi capek aja,” jawab Kaira jujur. Memang ia merasa capek fisik juga hati, terlebih dirinya sedang mengalami periode bulanan yang membuat perutnya sedikit tak enak.Ditambah Kaira takut jika kasus korupsi dari Mas Bayu nanti menyeret namanya. Kaira merasa tidak enak dengan Pak Wisnu jika tahu kalau dirinya mantan dari seorang koruptor.Sepertinya, Kaira harus menemui Mas Bayu di kantor polisi untuk menanyakan hasil uang yang pernah dikirim ke nomor rekeningnya. Benar hasil bonus atau uang hasil korupsi dana ka
"Kaira? Aku nggak kenal, Pa, memang dia siapa?""Cih! Jangan pura-pura kamu, Dipta!" balas Wisnu, sengit ketika putranya justru tampak akting seperti ini.Mendengar sarkasme dari papanya membuat Dipta terdiam. Jujur saja tadi ia sempat kaget luar biasa saat Wisnu memberikan pertanyaan itu. Namun, sebisa mungkin Dipta mencoba memberikan jawaban bohong. Tapi sepertinya jawaban bohong yang diberikan tidak dipercaya oleh pria paruh baya yang kini tengah menatap penuh selidik."Tidak ada hubungan tapi ciuman!" sindir Wisnu skakmat. "Papa sebetulnya tidak ingin ikut campur, tapi semua ini demi kebaikan kamu sebagai generasi penerus Papa nanti."Dipta masih diam saja, mencerna setiap ucapan yang dilontarkan oleh Wisnu. Kenapa pula Papanya bisa tahu? Darimana dia tahu jika ia memiliki hubungan spesial dengan Kaira. Soal ciuman? Darimana dia mengetahui? Apa Papanya menyuruh mata-mata selama ini? Jika memang iya, sangat bahaya untuk kehidupan Kaira."Jauhi Wanita itu, Dipta!" perintah Wisnu den