Setelah tertangkap basah oleh Leon, pak Fikri tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah dari Leon.Tak terasa sudah tiga bulan lamanya Leon bermain bersama Riri, dan selama itulah rasa suka Leon bertambah semakin besar.Leon sangat menikmati waktunya bersama dengan Riri, sekarang tidak ada lagi rasa kesepian atau pun bosan yang di rasakan oleh Leon. Leon berpikir bahwa momen indahnya itu akan bertahan lebih lama lagi, tapi tak tahunya ayahnya membawa kabar yang sangat tidak ingin dia dengar.Setelah puas bermain dengan Riri, seperti biasanya Leon akan menghabiskan waktu makan malam hangat bersama keluarganya, Leon berpikir rutinitas itu akan berjalan lancar seperti biasanya, namun kali ini ada yang berbeda."Leon." Panggil pak Arjuna dengan raut wajah serius.Leon mendongakkan kepalanya lalu menatap ayahnya yang sudah berhenti memakan makanan di hadapannya. "Kenapa pah?" Tanya Leon yang sudah memiliki perasaan tak enak."Minggu depan kakek akan menyerahkan semua asetnya kepa
Leon menatap Riri dengan mulut yang terkunci rapat, rasa berat sekali meninggalkan gadis kecil yang sudah menjadi teman bermainnya selama beberapa bulan belakangan ini."Kak? Kakak kenapa?" Tanya Riri ketika melihat wajah Leon yang terlihat seperti tak bernyawa.Leon hanya tersenyum pahit dan tidak berkata apa-apa lagi."Maaf tuan muda, tuan meminta agar tuan muda segera mengemasi barang bawaan. Kalau tidak kami bisa membantu membereskannya."Leon masih terdiam tak berbicara, moodnya benar-benar buruk hari ini, apa pun yang dia lakukan hari ini terasa sangat menyebalkan karna selalu saja di ingatkan agar segera mengemasi barang-barangnya."Biarkan saja, kalau dia tidak ingin membereskan barang-barangnya, jangan di bereskan, nanti bisa beli lagi di sana."Leon menatap kesal kearah mamahnya yang sedang menggendong Dion adiknya. 'Apa mereka tidak bisa membiarkan aku hidup dengan tenang?!' Kesal Leon dalam hati."Apa sudah semuanya?"Lengkap sudah kekesalan Leon siang ini. Sudah susah pa
Leon menatap sendu wajah ibunya yang terbaring lemas tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.Bu Amalia terkena serangan jantung setelah mendengar kabar bahwa suaminya pernah berselingkuh dan bahkan memiliki dua orang anak yang usianya tak jauh dari usia putra bungsunya."Mamah."Leon melirik Dion yang ada di sampingnya, wajahnya terlihat sangat merah setelah seharian menangisi ibunya yang sedang tak sadarkan diri."Kakak, mamah nggak papa kan?" Tanya Dion dengan mata sembabnya.Leon tak tahu harus menjawab apa, dirinya pun sedang kebingungan. Sikap ayahnya yang terlihat memihak kepada mereka membuat Leon harus diam untuk sementara waktu, semua kekuasaan yang di dapatkan Leon berasal dari ayahnya, hal itulah yang membuat Leon tak bisa berbuat apa-apa.*****Sudah satu minggu berlalu semenjak kedatangan tamu tak di undang itu, suasana di dalam rumah Leon terasa sangat sepi, tidak ada satu pun suara yang terdengar di sekitar sana, bahkan para asisten rumah tangga pun tak berani berbicara
Inilah hari yang di tunggu-tunggu oleh Leon, sudah hampir dua minggu ibunya berada di rumah sakit, namun kini akhirnya bu Amalia dapat pulang kembali ke rumahnya.Leon sedikit lega karna wanita perusak keluarganya itu masih menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga setidaknya dalam waktu dekat ini tidak akan ada orang atau pun hal-hal yang membuat penyakit jantung ibunya kambuh. Leon kira kedamaian di rumahnya akan bertahan sedikit lama dari perkiraannya, tapi ternyata itu tidak terjadi.Sudah satu minggu berlalu semenjak Leon merasa lega dan senang karna kepulangan ibunya dari rumah sakit. Saat ini Leon tengah meminum teh hangat yang baru saja datang, otaknya sedang berpikir keras untuk mencari cara agar keluarganya dapat kembali seperti semula walaupun tanpa ayahnya.Leon berpikir akan menyingkirkan ayahnya setelah semua aset keluarganya jatuh ke tangannya. Selain aset keluarganya, Leon juga berencana untuk mengambil alih semua kekuatan dan kekuasaan yang di miliki oleh ayahnya.
“Ma-mamah?...”Leon menghela nafas lega saat masih merasakan nafas ibunya.Tanpa berpikir lama lagi Leon mengangkat tubuh ibunya dan berteriak sekencang mungkin agar ada seorang yang mendengar dan membantunya membawa ibunya ke rumah sakit. Namun saat Leon hendak melangkahkan kakinya, Leon merasakan ada sesuatu yang menancap di punggungnya.Leon menoleh ke belakang dan menatap tajam wanita yang terlihat sedang ketakutan. Leon ingin sekali memberinya pelajaran, namun karna dalam kondisi yang tidak memungkinkan, Leon berusaha menahan amarahnya dan berlari pergi ke luar ruang kerja ayahnya.Melihat kakaknya yang keluar dengan menggendong ibunya, Dion ikut berlari di belakang Leon.Leon berteriak sekeras mungkin agar orang-orang yang ada di rumah bisa membantunya, dan untungnya ada dua orang satpam yang masih terjaga.Melihat anak majikannya berlari sambil berteriak, kedua orang itu segera menghampiri.“Tuan, ini?...”“Ambil mobil sekarang!!”Tanpa bertanya banyak lagi, salah satu di antar
"Maaf tuan muda, kami telah berusaha semaksimal mungkin. Namun, kemungkinan nyonya untuk bertahan hidup sangatlah kecil. Di tambah lagi ada beberapa tusukan yang ternyata sampai mengenai jantung dan beberapa organ penting lainnya.” Ucap dokter itu dengan lirih.“Untuk sekarang, kami membutuhkan jantung agar dapat mempertahankan hidup nyonya. Karna kerusakan yang di alami cukup parah, sesegera mungkin kami membutuhkan pendonor secepatnya.” Ucap dokter itu lagi.Jantung Leon terasa sangat nyeri, kepalanya terasa sangat berat dan serasa ingin jatuh. Leon ingin menundukkan kepalanya dan mencari sandaran yang bisa di gunakan untuk berbagi kepedihan yang saat ini dia alami. Tapi situasi saat ini sangat tidak memungkinkan. Leon menarik nafasnya dalam-dalam dan berusaha berpikir dengan jernih untuk mencari jalan keluarnya.Leon menatap Dion yang ada di sampingnya, berbagai pertimbangan Leon pikirkan untuk mengambil keputusan yang akan di ambil untuk ibunya agar dapat bertahan hidup.“Sekarang,
“Kalau itu dapat menyelamatkan mamah, aku akan merelakan nyawaku!"Pak Arjuna mengacak-acak rambutnya karna frustrasi dengan kelakuan putra sulungnya. Baru saja dirinya terbangun dari tidur dan berusaha untuk mencari istrinya yang tidak ada di sampingnya, namun pak Arjuna justru mendapatkan kabar bahwa putranya akan menyerahkan jantungnya."Kamu mau mamah kamu sedih karna harus hidup dari nyawa putranya?!!... Setidaknya kamu harus memikirkan perasaan mamah!!”"Aku tidak peduli! Selagi itu bisa menyelamatkan mamah, aku akan melakukan segalanya.""Tutup mulutmu sekarang dan temui mamahmu!" Ujar pak Arjuna yang langsung pergi menuju ruang rawat istrinya karna ingin berdebat lebih lama lagi dengan Leon.Leon yang awalnya kesal dengan ayahnya mau tak mau harus pergi mengikutinya dari belakang.Wajah Leon semringah ketika melihat ibunya yang sudah tersadar dan berhasil melewati masa kritisnya.“Mamah...” Panggil Leon pelan sembari berjalan cepat menghampiri ibunya.“Jangan bertindak gegabah
“Sudah punya? Papah sudah mempunyai buktinya dan masih saja tetap membelanya?!. Apa dia itu lebih penting dari pada keluarga papah sendiri?! Apa dia lebih penting dari mamah yang sudah menemani papah selama ini?!” Mata Leon terlihat berkaca-kaca, giginya saling beradu karna geram dengan laki-laki yang saat ini ada di depannya.“Apa kamu akan percaya kalau semua ini papah lakukan demi keluarga kita?""Demi keluarga? Apa papah tidak salah ucap?" Ujar Leon yang tak percaya. Leon yang sudah tak ingin berlama-lama lagi dengan ayahnya memilih untuk pergi saja. Namun sebelum pergi, Leon berniat untuk mengambil flashdisk-nya terlebih dahulu.Tangan Leon terulur untuk meminta flashdisk yang ada di dalam genggaman tangan ayahnya, tapi ternyata pak Arjuna tak menyerahkannya.Dengan sekuat tenaga pak Arjuna menggenggam erat flashdisk di tangannya hingga terbelah menjadi dua. Tak hanya itu saja, pak Arjuna bahkan memasukkan flashdisk itu ke dalam minumannya dan meminumnya.Kejadian itu terjadi san