"Aku kecewa banget sama kamu Neng." Azlan pergi dari hadapan Nauma. Hatinya sangat sedih dan kecewa kepada Nauma yang tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dia kembali duduk di balkon kamar, lalu menghidupkan rokok. Dia merasa tidak berguna sebagai suami yang tidak bisa menjaga istrinya. Jangankan menjaga, tahu soal pelecehan itu saja tidak. "Pantas saja tadi di studio perasaan gue nggak tenang, ternyata benar ada yang nggak beres, seharusnya gue terus nelpon Nauma dan memastikan keadaannya, bodoh! Bodoh kamu Azlan," gumam Azlan sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Sudah banyak puntung rokok yang dihisap olehnya, sampai dia tidak sadar diri dan terlelap di balkon kamar. Pagi harinya, Nauma terkejut melihat keadaan Azlan yang sedang tertidur dengan posisi duduk, juga puntung rokok yang berserakan. "Akang... bangun... ini sudah pagi, kenapa Akang tidur di luar?" panggil Nauma, dia menggoyang-goyangkan tubuh Azlan agar Azlan terbangun. Azlan terbangun karena perg
"Ugh... le-lepas," ucap Agnes, dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Azlan. Dia terus berusaha meskipun napasnya tertahan. "K-kamu sudah gila? Semua ini aku lakukan demi karir kamu, hanya dengan cara ini kamu bisa mendapatkan ketenaran, dan bisa mengumpulkan uang dengan cepat," sambungnya lagi setelah Azlan melepaskan cekikannya. Agnes terus saja memegangi lehernya karena masih merasakan cekikan itu. Azlan merasa sangat frustasi, dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. Berulang kali dia mengingatkan diri untuk terus bertahan, agar cepat mendapatkan uang demi membahagiakan Nauma. "Baiklah, berapa lama kita ke Paris?" tanya Azlan. "Paling cepat seminggu jika tidak ada kendala, sekarang kita lakukan dulu pemotretan di sini agar tidak diburu waktu," balas Agnes. Mereka berdua berjalan besisian menuju studio pemotretan. Jhon Company, perusahaan yang bekerjasama dengan mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang fashion, dan produknya sudah mendunia. Azlan
"Izinkan saya pulang sebentar saja, Mba," pinta Azlan. "Tidak bisa, waktu kita sangat sedikit sekali, perjalanan ke bandara saja memakan waktu empat puluh lima menit, yang ada nanti kita ketinggalan pesawat," balas Agnes. Azlan merasa dilema dengan keberangkatannya, dia tidak tega meninggalkan Nauma begitu saja tanpa mengabarinya. 'Bagaimana mungkin aku pergi tanpa berpamitan?' ucapnya dalam hati. "Ayo cepat, waktu kita tidak banyak," ajak Agnes tidak sabaran. Dia menarik tangan Azlan. "Tapi mba, bagaimana dengan pakaian saya?" Azlan memberikan alasan agar dia bisa menemui Nauma, walau hanya sebentar saja. "Pakaian yang mana? Pakaian lusuh kamu? Semua keperluan kamu sudah disiapkan, kamu tidak perlu membawa apa-apa." Agnes menarik Azlan dengan langkah terburu-buru. Azlan terpaksa mengikuti langkah Agnes, pikirannya semakin tidak tenang mengingat Nauma. Seharian ini dia sibuk dengan pekerjaannya dan belum sempat menghubungi Nauma sama sekali. 'Bagaimana ini? Nauma pasti menunggu k
"Terus, uangnya sudah diberikan kepada Nauma?" tanyanya lagi. "Sudah, cepat bersiap, jangan sampai Mr. Jhon yang menunggu kita," balas Agnes. Azlan masuk ke dalam kamarnya lagi dan bersiap untuk menemui Mr. Jhon. Baru kali ini dia menginjakkan kaki di negara ini. Sepanjang perjalanan dia, terkagum-kagum dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Mereka tiba di kantor pusat Jhony Company, gedung pencakar langit yang sangat megah sekali. "Gue nggak percaya kalau gue bisa menginjakkan kaki ke negara ini dengan begitu mudah," gumam Azlan sambil memandangi gedung yang ada di hadapannya. "Ayo kita masuk, tegakkann wajah kamu," suruh Agnes. Azlan masuk dengan kepercayaan dirinya. dengan langkah matap dia melangkahkan kakinya memasuki gedung yang akan menjadi saksi perjuangannya untuk menjadi sukses. Mereka mengikuti arahan dari salah satu pegawai, hingga langkah mereka terhenti tepat di depan pintu berwarna emas yang sangat elegan. "Permisi tuan, Nona Agnes dan Tuan Azlan sudah tiba,
"Tidak akan! Pria seperti ini tidak akan bisa merebut hatiku," ucap Jenifer sombong. 'Siapa juga yang mau sama lo, lebih cantikkan juga istri gue ,' ucap Azlan dalam hati. "Kok bisa sih Mr. Jhon milih dia? Memangnya nggak ada model lain yang lebih baik?" tanya Jenifer. "Kamu nggak tahu aja kemampuan Azlan di depan kamera, kalau kamu tahu, pasti kamu juga bakalan suka," jawab Agnes. "Permisi, maaf mengganggu, tim kami sudah siap dan kita akan segera melakukan sesi pemotretan terlebih dahulu untuk majalah, Para model harap segera bersiap," timpal salah satu kru. Sontak mereka semua menolehkan wajahnya menghadap kru tersebut, tidak terkecuali Azlan. "Dan kamu, kamu langsung ke ruangan itu saja, itu akan menjadi ruang ganti kamu saat melakukan pemotretan di sini," sambung kru tadi sambil menunjuk Azlan, lalu memberi tahu ruang ganti yang akan Azlan kenakan. "Baik," jawab Azlan. dia langsung melangkahkan kakinya ke ruangan yang di tunjuk kru tadi. Setibanya di ruangan, dia disambut o
"Model pendatang saja sudah banyak tingkah," sindir salah satu kru. Azlan langsung menatap wajah pria yang menyindirnya, tatapannya begitu tajam. Baginya ini adalah sebuah prinsip, dia tidak mau bersentuhan dengan wanita manapun selain istrinya. Terutama di bagian area yang sensitif, dia tidak mau mengkhianati pernikahannya. "Bukan masalah bertingkah atau tidak. Pokoknya aku tetap tidak mau ada sentuhan fisik yang berlebihan!" ucapnya lagi. "Sudahlah, waktu kita akan terbuang percuma jika meneruskan perdebatan ini, lakukan saja pose lainnya, yang penting terlihat mesra. Kamu juga harus profesional mulai sekarang," timpal fotografer. Jenifer masih memasang wajah kesal karena perlakuan Azlan tadi, dia menghentakkan kakinya lalu mendekat ke sisi Azlan. Mereka memulai lagi sesi pemotretan dengan pose lain, pose romantis yang hanya sekedar merangkul lengan dan saling menatap, tetapi terkesan natural, layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. "Begini juga bagus, pengambilan gamba
"Kamu kenapa?" tanya Agnes saat Azlan sudah tiba di kursinya. "Nggakpapa, aku hanya sedikit pusing saja," balas Azlan. Tidak berselang lama, Mr.Jhon mempersilahkan mereka untuk pulang terlebih dahulu. Keberuntungan bagi Azaln untuk cepat pulang ke hotel dan menelpon istrinya. "Jika kalian ingin pulang lebih dulu tidak mengapa, aku masih ada keperluan lain di sini," ucap Mr. Jhon. "Terima kasih Tuan, kalau begitu kami pamit undur diri," balas Agnes. Dia memegangi lengan Azlan sambil terus berjalan menuju lobi. Supir sudah siap sedia menunggu sang majikan di depan mobilnya, dan membukakan pintu untuk mereka. "Langsung ke hotel," ucap Agnes memberikan perintah. Mobil membelah jalan raya dengan kecepatan sedang. Azlan yang masih merasa pusing, menyenderkan tubuhnya ke sandaran jok. "Apakah kamu tidak pernah meminum alkohol?" tanya Agnes. "Tidak pernah," jawab Azlan tegas. "Pantas saja kamu jadi seperti ini, wajar kalau kamu mabuk, wine tadi memiliki kadar alkohol yang tinggi," uc
"Tapi kok baju wanita ini mirip baju Nauma ya, apa mungkin wanita ini Nauma? Tapi nggak mungkin banget Nauma bisa kenal Fero, mungkin hanya wanita lain yang kebetulan bajunya sama, gue nggak boleh mikir macam-macam. Nauma nggak mungkin dekat dengan pria lain," ucapnya lagi meyakinkan dirinya. Karena rasa pusing masih dirasa, Azlan memutuskan untuk beristirahat di kamarnya. Dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tidak berselang lama, Azlan mendapatkan mimpi yang dapat mengaduk-aduk emosinya. Bagaimana tidak, di dalam mimpi itu, Azlan melihat perut Nauma yang sudah membesar. Dia merasakan kebahgiaan saat melihatnya. Tetapi selang berapa waktu, Nauma menangis dan perutnya kembali mengecil. Tangisan Nauma mampu membuat hati Azlan seperti tersayat ribuan silet tak kasat mata. Yang lebih memilukan lagi, ada seorang anak kecil yang wajahnya mirip sekali dengannya, anak kecil itu sedang menatapnya sambil tersenyum. Kemudian anak kecil itu memasang waja