Share

bab 2

Penulis: Pusparani Surya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 12:26:17

"Tolong jangan seperti ini, Maya! Saya akan menjelaskan semuanya!" kata Firhan yang mengabaikan pemberontakan Maya.

"Aku mau ketemu Arman, Bang! Aku mau dia langsung yang menjelaskan semuanya padaku! Bagaimana bisa tiba-tiba pengantinku berubah jadi kamu, Bang?!" raung Maya. Suaranya terdengar sampai keluar kamar. Kerabat dan para tamu undangan bahkan bisa mendengar teriakan pengantin wanita itu.

Ibu Maya menatap sedih pada pintu kamar anaknya yang tertutup rapat. Di sebelahnya, sang suami menatap tajam pada kedua besannya yang menunduk malu.

Lantas saja tadi rombongan pengantin laki-laki hanya satu mobil yang datang. Ternyata rencana yang sudah disusun sedemikian rupa, berubah tak seperti awalnya. Pengantin pria, berganti orang yang tidak dia duga.

Andai saja dia tidak ingat akan malu oleh tetangga, akan dia batalkan saja pernikahan anak bungsunya itu. Tapi kadung penghulu sudah datang, dia pun tak bisa menolak saat harus berganti menantu tiba-tiba.

"Sebenarnya kemana Arman, Pak Rudi? Apa dia tidak berpikir kalau Maya akan kecewa dengan sikapnya yang pengecut itu?" ujarnya dengan kekecewaan yang mendalam, dia sudah tidak peduli para tamu juga tetangga mendengar kemarahannya. Toh, aib itu sudah terbuka sejak kedatangan pengantin itu datang tadi.

Anaknya menikah bukan dengan laki-laki yang tercatat dalam buku nikah sebelumnya. Melainkan dengan kakak calon pengantin, sebagai pengantin pengganti.

"Arman hanya meninggalkan surat ini, Pak Idham. Satu lagi surat untuk Nak Maya." Rudi menyimpan dia pucuk surat di meja yang tadi dipakai akad nikah. Segala berkas pernikahan jelas harus diganti, hingga penghulu memutuskan untuk pergi tanpa menunggu kedua mempelai menandatangani berkas-berkas pernikahan. Firhan dan Maya diminta datang ke kantor untuk pelegalan buku nikah mereka nanti.

Idham menatap malas dua surat yang disimpan Rudi. Satu surat sudah jelas terbuka, satu lagu masih rapi yang dia yakin itu surat yang ditujukan Arman untuk Maya.

Idham tak menyangka, kalau Arman yang terlihat begitu tulus mencintai anaknya, ternyata bisa tega pergi begitu saja saat pernikahan keduanya di depan mata.

Lantas apa alasan Arman meninggalkan Maya begitu saja?

"May ... Maya! Sadar!" Firhan menepuk lembut pipi Maya. Gadis itu langsung jatuh tak sadarkan diri, setelah puas meraung menangisi kisah cintanya.

Dengan segala rasa yang bergulat dalam hati, Firhan menggendong tubuh tak berdaya Maya ke tempat tidur. Tak berhasil mengembalikan kesadaran istrinya, Firhan bergegas membuka pintu.

"Tolong! Maya pingsan," ujarnya yang membuat semua perhatian di luar kamar itu teralih sepenuhnya.

Mala lantas bergegas menuju ke kamar Maya, diikuti oleh sang ibu juga mertua adiknya itu.

"Kenapa dengan Maya, Firhan?" tanya Lidya--sang ibu. Sedang Lani--ibu Maya--tak mengindahkan keberadaan Firhan sama sekali, fokusnya hanya pada sang putri yang terbaring di atas tempat tidur.

"Mendadak pingsan, Ma," jelas Firhan dengan salah tingkah karena keberadaannya tak dianggap.

"Ya Allah, May ... sadar, Nak. Yang kuat," ujar Lani sambil mengusap tangan Maya, sementara Mala mengoleskan minyak kayu putih yang diambil di laci meja rias Maya.

Suasana kamar itu menjadi penuh isakan tertahan. Luka di hati Maya, jelas dirasakan oleh semua orang. Termasuk Firhan yang perlahan melangkah keluar kamar membiarkan para wanita mengurus istri dadakannya.

Firhan menghempaskan bokongnya di kursi yang ada di dekat pintu kamar Maya, setidaknya meskipun dia tidak ada di dalam kamar, dia masih memantau kondisi Maya dari dekat kamar.

Matanya lantas tertuju pada para tamu yang menatap ke arahnya. Ada rasa kesal yang bercokol dalam hati, kenapa juga orang-orang itu tak lantas pergi setelah acara akad selesai?

Apa mereka masih belum cukup mendapat informasi tentang gagalnya acara pernikahan Maya dan Arman? Beruntung acara hari ini hanya akad saja, resepsi memang rencananya akan diselenggarakan dua hari kemudian. Jadi belum terlalu banyak tamu yang mengetahui batalnya pernikahan adiknya itu. Hanya tetangga dan kerabat Maya saja yang sekarang ini menjadi saksi hari tak menyenangkan itu.

Tak ingin dirinya, juga keluarga Maya terus jadi perhatian, Firhan berdiri dan menghampiri ayah dan juga bapak mertuanya.

"Maaf, Pak Idham. Apa tidak sebaiknya para tamu dipersilakan pulang saja? Bukannya--"

"Sandi! Minta para tamu untuk pulang!" Belum tuntas Firhan berbicara, Idham sudah menyerukan perintah pada suami Mala untuk mengusir para tetangga dan tamu yang masih ada.

Firhan menghela napas panjang, dirinya bisa mengerti kenapa mertuanya itu bersikap seperti barusan. Sementara menurut cerita Arman, Idham adalah sosok seorang bapak yang ramah dan sopan, meski sosok itu tak ditemuinya sejak dirinya dinyatakan oleh sang ayah sebagai pengganti Arman untuk menjadi suami Maya.

"Terima kasih, Pak Idham," ucap Firhan lantas membuka penutup kepalanya. Duduk dengan lesu kembali di kursi semula.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Titipan Mantan   bab 63

    Seperti rencana semula, acara resepsi pernikahan Maya dan Firhan pun digelar dua minggu kemudian. Yang awalnya berniat digelar sederhana, akhirnya pesta itu pun berlangsung cukup meriah. Firhan mengundang semua kenalan juga rekan kerjanya. Begitu juga dengan Maya meskipun dia sudah tidak lagi bekerja. Mereka mau datang, syukur. Tidak pun tak jadi masalah untuk Maya. Apalagi acara tersebut digelar di kota tempat tinggal Firhan, kemungkinan teman-teman Maya yang bekerja di perusahaan cabang, tentu sangat kecil bisa datang. Namun Maya tak berkecil hati, cukuplah dengan adanya Nova sebagai temannya yang hadir di hari bersejarah untuknya itu. Ucapan selamat juga doa restu mengalir dari para tamu. Maya terlihat anggun dengan gaun putih panjang dan jilbab yang menutup rambutnya. Ya, Maya memutuskan untuk berhijab seperti niatnya dulu. Dia akan menggunakan penutup aurat itu saat dirinya sudah menikah. Jadi tak ada alasan lagi untuk menunda niat baiknya. "Ih, cantik banget kamu pake j

  • Suami Titipan Mantan   bab 62

    "Ap-apa maksud kamu, Man?" Anna memucat wajahnya, apalagi tatapan semua orang kini tertuju padanya. "Kamu tidak pernah kehilangan ingatan kamu kan, Anna?! Kamu sudah membohongi aku hingga aku merasa bersalah, dan meninggalkan dia yang seharusnya menjadi istriku saat ini!" Arman berteriak lantang, semua kata yang sudah dia ucapkan tentang keikhlasan atas gagalnya pernikahan dengan Maya, kini seakan disesalinya begitu sadar Anna sudah membohonginya. Menipunya mentah-mentah. Siapa yang bodoh sebenarnya? "Man, bicarakan baik-baik." Lidya menghampiri Arman, mengusap punggungnya dengan lembut berharap Arman bisa menahan kemarahannya. "Anna tidak mengerti apa yang Arman katakan, Mama," kata Anna mencari simpati Lidya, sayangnya Arman sudah tidak percaya. "Bohong," desis Arman. "Kita bicarakan nanti. Tak enak dengan pak Idham dan bu Lani." Rudi menyela, "Nak Angga, bisa antar Anna pulang, Nak? Arman butuh menenangkan diri," lanjutnya pada Angga yang dengan sigap mengangguk. "Ten

  • Suami Titipan Mantan   bab 61

    Tanah Merah itu masih basah. Raga yang terbaring di dalam sana kini sudah tak merasakan sakit lagi. Segala beban dan masalah yang dirasakannya selama hidup sirna sudah, meninggalkan seseorang yang baru mengenalnya tapi justru kini dipaksa pisah lebih jauh lagi. Tak ada kesempatan bertemu, tak ada kesempatan bertanya kenapa dulu dirinya seakan dibuang. Arman terpekur dengan mata sembabnya, menatap kayu nisan yang bertuliskan nama wanita yang baru diketahuinya sebagai ibunya. Ada Anna, Angga, juga keluarga yang selama ini dikenal sebagai orang tua dan kakak lelakinya. Tanpa keberadaan Maya. Pencariannya dalam menemukan sang ibu berhasil, namun saat hendak mempertemukan ibu kandungnya dengan Lidya dan Rudi, kecelakaan malah menghentikan rencana mereka. Mobil Arman ditabrak oleh truk yang melaju kencang, saking kerasnya benturan membuat sang ibu yang tidak mengenakan sabuk pengaman, terpental keluar, hingga nyawa pun terlepas di tempat kejadian. Arman terluka cukup parah, tiga hari

  • Suami Titipan Mantan   bab 60

    Hening. Hingga beberapa saat kemudian tautan bibir keduanya terlepas. Maya langsung menunduk, namun Firhan menahan dagunya agar Maya terus bersitatap dengannya. "Apa abang bisa meminta hak dan memenuhi kewajiban abang sekarang?", tanya Firhan dengan tatapan mulai berkabut. Maya menenangkan debaran jantungnya yang menggila, namun dia pun tak bisa mengatakan tidak, hingga anggukan kepalanya sebagai izin yang diberikan, membuat Firhan kembali melabuhkan kecupan di bibirnya. Tak lama tubuh Maya pun melayang saat Firhan menggendongnya, membawanya menuju peraduan. Maya terpekik lirih, dengan sigap dia memeluk leher Firhan dengan mata keduanya yang terus bertukar tatap, senyuman terus Firhan sunggingkan, seakan menenangkan Maya bahwa semua akan baik-baik saja. "Percaya pada abang, kita akan bersenang-senang. Ibadah." Maya mengangguk dan mempercayakan semuanya pada Firhan. Membiarkan semua mengalir seperti apa harusnya. Dia hanya pasrah, saat apa yang dia jaga selama ini dan akan

  • Suami Titipan Mantan   bab 59

    "Sampe kaget gitu," ledek Maya menertawakan Firhan, padahal dia sendiri tengah mencoba menenangkan dirinya imbas perkataannya sendiri. "Harus minggir dulu, biar bisa fokus." Firhan menepikan mobil, lalu menatap Maya yang sudah memerah wajahnya. "Coba bilang sekali lagi ... yang jelas," kata Firhan menggenggam lembut tangan Maya, matanya lekat menatap manik mata sang istri. "Apaan sih, Bang. Ayo jalan lagi, katanya mau ke rumah bapak?" elak Maya menahan senyum. Firhan menggeleng merasa dipermainkan Maya. "Nggak jadi. Mau ajak ke hotel aja." "Ya ayo! Kemana aja abang mau bawa Maya, Maya ikut," balas Maya. Firhan tersenyum lebar, diciuminya tangan Maya. "Yakin?" Firhan masih mencari celah apa kebohongan itu ada. Maya menarik napas panjang, lalu mengangguk dengan sangat yakin meski wajahnya kini semakin merah saja. "Beneran sudah siap jadi istri abang sepenuhnya?" lirih Firhan membelai pipi Maya, gadis itu merasakan tubuhnya panas dingin. "Y-ya," sahut May

  • Suami Titipan Mantan   bab 58

    "Kamu pulang ke mana, May?" tanya Nova saat jam kerja habis. Setelah semua orang tahu tentang status pernikahannya dengan Firhan, Nova yakin Maya tidak akan tinggal di mess lagi. "Rumah abang," jawab Maya dengan malu. "Udah aku tebak, sih. Huh, aku jadi nggak ada temen ngegosip. Sepi," keluh Nova sedih namun dibalut canda. "Maaf, ya?! Abis mau gimana lagi?" ucap Maya, mereka tengah berjalan menuju keluar bangunan produksi, dia sudah tidak terlalu menjadi perhatian setelah para karyawan tahu dirinya istri Firhan, meski tentu saja sikap Rima jadi berubah drastis padanya. Atasannya itu jadi judes, sangat menyebalkan. Tapi Maya memilih abai, selama Rima tak membuat kontak fisik untuk menyakitinya, meski jadi suka membentak kalau memberikan perintah padanya. Biarlah, mungkin Rima sangat berharap pada Firhan sebelumnya, jadi begitu tahu laki-laki yang disukainya ternyata sudah menikah, dia jadi kecewa dan patah hati. "Loh, ya nggak papa, May. Aku paham, kok. Emang seharusny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status