Share

Bab 60

Author: Sri Pulungan
last update Last Updated: 2025-05-05 08:28:03

Langkah Rafa menggema pelan di sepanjang lorong rumah sakit yang sunyi. Aroma antiseptik menusuk hidungnya, tapi yang lebih menyakitkan adalah aroma kenangan yang menyeruak tanpa permisi. Hatinya dipenuhi badai rasa bersalah, menyisakan luka lama yang belum juga sembuh. Ia tak tahu, apakah kedatangannya akan disambut maaf... atau perpisahan. Tapi satu hal yang ia tahu pasti, ada bagian dari dirinya yang tertinggal di rumah itu. Dan kini, bagian itu memanggilnya kembali.

Di depan ruang ICU, Pak Hendra, sekretaris pribadi keluarga selama lebih dari tiga dekade, berdiri menunggu. Begitu melihat Rafa, pria paruh baya itu langsung menghampiri dengan mata yang memerah karena kurang tidur.

“Syukurlah kamu datang, Nak. Nyonya besar terus menyebut namamu sejak sadar,” ucapnya lirih.

Rafa hanya mengangguk. Matanya yang tajam menatap kaca pintu ICU, menembus bayangan tubuh seorang wanita tua yang terbaring lemah di baliknya. Ibunya. Nyonya Prameswari. Pemilik yayasan amal, dan istri dari Tuan Ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 127

    Di dalam mobil, Nafeeza sudah duduk di balik kemudi sedan hitamnya, matanya masih basah. Napasnya belum stabil, tapi tangannya menggenggam setir erat. Ia menyalakan mesin mobil, lalu menginjak pedal gas. Mobil melaju perlahan keluar dari garasi rumah mewah mereka.Ponselnya berdering kembali. Di layar: “Mas Rafa”Nafeeza melihat sejenak, tapi tak langsung menjawab. Ia tahu apa yang akan Rafa katakan. Tapi hatinya terlalu rapuh untuk menurut.Ponsel terus berdering. Akhirnya Nafeeza menekan tombol jawab di setirnya. Sambungan suara tersambung lewat sistem audio mobil.“Feeza… Sayang, kamu di mana sekarang?” “Aku sudah di mobil, Mas. Di jalan tol. Aku enggak sanggup nunggu...” jawab Nafeeza lirih, suaranya masih parau. “Feeza, please... tolong berhenti di rest area terdekat. Aku akan segera susul kamu ke sana. Tolong jangan lanjut sendiri... kamu masih lemah, dan..”“Mas, aku ibunya Danis...” Nafeeza menyela. “Aku harus peluk dia. Hari ini... detik ini... aku enggak bisa tunggu lebih

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 126

    Arlena terlihat gelisah. Napasnya mulai tak beraturan. Ia memejamkan mata sejenak, lalu membuka tas kecil yang sejak tadi terletak di samping kursinya. Ia mengeluarkan sebuah flashdisk mungil berwarna merah marun.Semua penyidik di ruangan itu langsung waspada. “Apa itu?” tanya Kompol Yudha dengan suara datar namun penuh tekanan.Arlena meletakkannya perlahan di atas meja. Jemarinya bergetar. “Sesuatu yang... harus kalian lihat.”Arfan menyipitkan mata, wajahnya menegang. “Jangan bilang ini akal-akalan lagi, Arlena.”Arlena menggeleng cepat. “Tidak... ini tentang... kecelakaanmu dulu, Arfan.”Ruangan seketika hening.“Apa?” tanya Arfan nyaris berbisik.Arlena menatapnya dengan mata merah.“Selama ini kau pikir kecelakaan itu murni... Tapi sebenarnya tidak.”Ia menunduk, lalu melanjutkan lirih. “Itu... ulah Aurel.”Wajah Arfan mengeras, nyaris tak percaya. Kompol Yudha memberi isyarat agar penyidik segera memutar isi flashdisk. Sebuah video terbuka: rekaman hitam-putih dari kamera p

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 125

    Tiga mobil polisi meluncur cepat menuju kawasan elit di Jakarta Selatan. Salah satunya ditumpangi oleh Kompol Yudha dan Arfan. Wajah Arfan tampak kaku, penuh amarah dan luka. Ia tak berbicara sepatah kata pun selama perjalanan. Hanya tatapan kosong, namun dalam, menyimpan dendam yang mulai menyala.Mobil berhenti tepat di depan gerbang besi rumah Arlena. Salah satu petugas menekan bel pagar dengan nada tegas.Tak lama kemudian, pintu dibuka oleh seorang pembantu. Wajahnya tampak bingung melihat rombongan polisi.“Selamat siang. Kami dari Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Kami ingin bertemu dengan Nona Arlena,” ucap salah satu petugas.Seketika, suara langkah tinggi terdengar dari dalam rumah. Arlena muncul dengan gaun panjang berwarna krem, riasan wajah sempurna seperti biasanya. Tapi sorot matanya menyimpan kegelisahan. “Ada apa ini? Mengapa datang seenaknya ke rumah saya?” tanyanya dengan nada tinggi namun masih menjaga citra anggun.Kompol Yudha menunjukkan surat. “Kami datang de

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 124

    Satu jam kemudian..Di dalam kamarnya, Arlena berjalan mondar-mandir, gelisah. Di tangannya, ponsel yang terhubung ke ponsel Aurel."Arfan meneleponku," ucap Arlena panik.Aurel diujung telepon. “Dan?”“Dia lihat aku keluar dari apartemenmu. Aku sempat bilang aku cuma rapat... tapi dia tahu aku bohong.”Aurel meneguk anggurnya. “Dia mulai mencurigaimu?”“Bukan cuma itu.” Arlena menarik nafas panjang. “Dia mengancam akan membatalkan semuanya kalau tahu aku berbohong... Bahkan menyeretku ke pengadilan.”Aurel tertawa sinis. “Itulah Arfan. Selalu jadi pahlawan. Terutama untuk Nafeeza dan anak kecil itu.”“Danis,” desis Arlena. “Selama anak itu ada… Nafeeza akan terus ada di hidupnya. Tak peduli dia sudah menikah atau tidak.”Aurel mengangguk, suaranya berubah dingin. “Makanya kita buat dia... menghilang. Aku bantu kamu karena kita punya musuh yang sama.”“Tapi jangan pernah lupa, Aurel. Pada akhirnya... hanya salah satu dari kita yang akan berdiri di sisi Arfan,” potong Arlena tegas.Aur

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 123

    Di lantai atas, Nafeeza duduk di samping tempat tidur, bersandar pada lemari kaca. Tubuhnya membungkuk, bahunya bergetar. Di tangannya, sebuah foto Danis yang telah lecek karena terus ia peluk sepanjang hari.Air mata terus mengalir tanpa henti. Nafasnya pendek-pendek, dan suara lirihnya nyaris tak terdengar saat ia berbisik, "Maafkan Mama, Nak… maaf…”Pintu kamar terbuka perlahan.Rafa berdiri di ambang pintu, menatap istrinya dengan perih. Ia tak pernah melihat Nafeeza selemah ini. Perempuan yang selama ini tegar meski dunia menghujaninya dengan prasangka, kini remuk di lantai rumah mereka sendiri.Perlahan, Rafa mendekat dan berlutut di sampingnya.“Nafeeza…”Nafeeza menoleh. Matanya bengkak, wajahnya lelah. Tapi saat melihat Rafa, ia langsung menyandarkan kepala di bahunya, seperti menemukan tempat terakhir yang masih bisa ia percaya.“Aku… gagal jadi ibu…” ucapnya terputus-putus.“Jangan katakan itu,” bisik Rafa, membelai rambutnya dengan lembut. “Kamu sudah lebih dari cukup, Na

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 122

    Beberapa menit setelah Arfan pergi...Pintu apartemen menutup keras. Aurel berdiri mematung, rahangnya mengeras. Lalu pelan-pelan, kemarahan yang semula terpendam mulai menyeruak dari dada."Dasar penghianat?!" bisiknya dengan nada menggigil.Tiba-tiba, ia menghentakkan gelas teh yang baru ia siapkan ke lantai. Pecahannya melayang, menyebar seperti serpihan frustasi. Aurel menjerit, melemparkan vas bunga, buku-buku di rak, bahkan bantal sofa ke segala arah. Ruangan mewahnya kini porak-poranda."ARLENA!!!" teriaknya histeris, seolah nama itu membakar lidahnya.Ia menjatuhkan diri ke lantai, napasnya tersengal, rambutnya berantakan. Tapi matanya tetap menyala, bukan dengan air mata... tapi dengan amarah yang membakar.“Aku yang ciptakan permainan ini... tapi dia yang mainkan kartunya lebih dulu?”Ia bangkit perlahan, menatap cermin besar di dinding. Wajahnya merah, pelipisnya berdenyut.“Baik, Lena. Kau mau buka perang? Kita lihat siapa yang jatuh lebih dulu.”Tangannya meraih ponsel. D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status