Saat tiba di kamar, Melvin menurunkan Viona yang tadi memberontak di atas ranjang king size secara pelan. "Kau apa-apaan, ha??" Kesal Viona terduduk di tepi ranjang dengan Melvin berdiri di hadapannya. "Selesaikan dulu urusan kita." "Urusan apa?" Tanya Viona dengan ekspresi wajah datar. Melvin berjongkok di hadapan Viona. Kedua tangannya terulur menggenggam jari lentik Viona yang menghindar. "Kau ingin apa?" "Maafkan aku. Jangan marah lagi," Pinta Melvin dengan wajah melemah penuh penyesalan. Viona diam. Ia tak marah tapi kecewa, sulit baginya untuk mengambil sikap. "Tadi aku sangat emosi saat melihatmu sebahagia itu dengan pria lain. Sampai-sampai aku membentak mu dan.." "Kau masih menyukai Hellen?" Hanya itu tanggapan Viona atas penjelasan Melvin. "Tidak. Aku tak menyukainya." Senyum remeh Viona muncul. Ia mengambil tasnya yang tadi jatuh ke lantai lalu berdiri di ikuti Melvin. "Viona!" "Jangan membual lagi. Jika kau memang masih ada rasa dengannya maka selesaikan ini.
Malam ini Melvin tiba-tiba jadi begitu santai. Tak ada panggilan dari perusahaan bahkan, ia lebih banyak memperhatikan Viona yang justru menyibukkan diri. Melvin berbaring di atas ranjang dan ia mendesain di sofa. Walau Melvin kerap kali meminta maaf soal pertengkaran di mobil tadi, Viona masih merasa engan bahkan terkesan menghindar. "Sayang!" Panggil Melvin karena jenuh menunggu Viona selesai bekerja. Viona hanya menatap kilas lalu fokus lagi ke kertas dan ponselnya. Hal itu membuat Melvin turun dari ranjang lalu berjalan mendekati Viona. "Ini sudah malam, ayo tidur!""Kau duluan saja," Gumam Viona terkesan tak peduli tapi jujur, Viona sangat ingin momen lengang seperti ini bertahan lama. "Ayo, tidur!" "Aku masih banyak pekerjaan." "Akan-ku temani." Viona tersentak saat Melvin duduk di sampingnya bahkan lengan pria itu melingkar di pinggang Viona. "Kauu.." "Besok pagi, apa kau mau menemaniku melakukan perjalanan?" Tanya Melvin pada Viona terdiam. "Kemana?" "Ikut saja. Bi
Pagi ini Melvin sudah bersiap lebih awal dari Viona yang masih berendam di dalam bathub. Gadis berambut panjang sepunggung dengan tubuh mungil tapi tak bisa di remehkan itu sudah berganti menjadi wanita bersuami seutuhnya. Perasaan malu tapi juga bahagia memenuhi dada Viona dan Melvin. Penyatuan mereka tadi malam benar-benar membuat hubungan keduanya membaik. "Sayang! Sudah selesai?" Melvin muncul dari depan pintu kamar dan sudah rapi dengan stelan santai tapi kasual. "Sudah, bisa tolong ambilkan handukku?" Melvin masuk segera mengambil handuk di lemari kaca kamar mandi lalu mendekati Viona. Senyum puas Melvin tertuai melihat area leher dan dada Viona di penuhi bekas kissmark darinya. Merasa di pandangi seperti itu, Viona sontak menutup area dada dan bawahannya. "Kenapa memandangku seperti itu?" Malu bukan main. "Cih, kita menikah sudah lumayan lama tapi kau masih saja pemalu," Decah Melvin gemas mengecup kilas bibir Viona lalu membantu Viona keluar dari bathub. Agak kesusahan
Perjalanan yang mereka lakukan cukup memakan waktu lumayan lama. Dari bandara internasional USA mereka kembali masuk ke mobil menuju resort yang sudah di konfirmasi oleh Melvin untuk di booking selama 1 minggu. Di sepanjang perjalanan ke resort, Viona tidur. Melvin menjadikan bahunya sandaran kepala wanita itu seraya menikmati pemandangan menuju resort. "Tuan! 10 menit lagi kita akan sampai!" Ucap supir yang di angguki Melvin. Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai ke resort mewah yang sangat dekat dengan pantai terindah pertama di negara ini. "Sayang!" Melvin menepuk pipi Viona halus hingga kedua kelopak mata Viona mengkerut. "Sayang, bangun! Kita sudah sampai." "Emm...sudah?" Tanya Viona meneggakan kepalanya dan melihat ke luar jendela mobil. Saat pemandangan laut biru dan suasana pantai yang asri ini tampak, Viona langsung mengucek kedua matanya. "Inii.." "Ini pantai dan kita akan menginap di resort. Kau suka?" Tanya Melvin memeluk bahu Viona yang menatapnya dengan
Setelah mengajak Viona berjalan di bibir pantai dan berkeliling di sekitar resort akhirnya Melvin memboyong Viona kembali ke penginapan. Apalagi, ini sudah siang dan tiba waktunya untuk makan. "Apa kau lelah?" Tanya Melvin masih menggenggam tangan Viona kala sudah masuk ke dalam penginapan mewah ini. Viona menggeleng. Senyum bahagianya tak pernah lepas dari sejak tadi bahkan, ia terlihat sangat senang. "Semuanya begitu menyenangkan. Aku suka!" "Simpan tenagamu untuk nanti, hm?" Goda Melvin segera mendapat pukulan manja dari Viona di bahunya. Saat tiba di dekat tangga menuju kamar di lantai atas mereka di hampiri seorang pelayan wanita. "Tuan Melvin?" "Yah, ada apa?" Tanya Melvin dan Viona hanya diam berhenti berjalan. "Ini barang milikmu!" Menyodorkan satu kotak salep. Melvin mengernyit menerima benda itu. Ia saling pandang dengan Viona yang bingung. "Itu apa?" "Ntahlah, siapa yang memberikannya?" Tanya Melvin pada pelayan wanita itu tapi, dia malah menggeleng tak tahu dan
Malam ini mereka turun ke atap untuk makan malam. Suasana pantai dan langit meriah di taburi bintang yang indah membuat suasana menjadi sangat romantis. Lampu-lampu yang di pasang di sekitar pagar atap resort dan hembusan angin halus dari arah pantai membuat mereka jadi tenang dan lebih dekat. "Dimana yang lainnya?" Tanya Viona duduk berhadapan dengan Melvin di satu meja makan bundar. Keduanya memakai mantel hangat dengan hidangan sub serta wine yang tersaji rapi. "Mereka berpesta di bawah." "Apa mereka sudah malam malam?" Tanya Viona membuat Melvin menghela nafas. "Sayang! Kita kesini untuk honeymoon. Jadi, jangan pedulikan mereka, hm?" "Emm." Viona mengangguk tersenyum manis. Melvin menyodorkan gelas wine ke tangan Viona yang menggeleng. "Aku tak minum.""Tak akan mabuk. Ini rendah alkohol, cobalah!" Ucap Melvin dan dengan ragu Viona mengambil gelas itu. Melvin juga memeggang gelasnya hingga keduanya kembali saling pandang. "Kau tak pernah minum?" "Tidak pernah. Aroma m
Dokter Niko mencari pelayan wanita yang tadi ia lihat. Menyusuri bagian luar resort sampai terlihat dari atas atap oleh Viona dan Melvin yang heran. "Kenapa Niko seperti mencari seseorang?" Gumam Melvin masih duduk di tempatnya. "Mungkin, ada masalah," Gumam Viona berdiri merapat ke pagar atap. "Nikooo!!!" Melvin mendengus saat Viona memanggil dokter Niko. Pria tampan berkacamata yang ada di bawah sana menoleh dengan wajah seketika melembut. "Ada apaaa??" "Mencari jam tanganku!" Jawab Niko menunjukan pergelangan tangan kirinya yang kosong. "Hilang?" "Yah. Jatuh di sekitar sini," Jawab dokter Niko tapi, ekspresi wajahnya berubah datar saat Melvin tiba-tiba berdiri di belakang Viona dan memeluk mesra wanita itu. "Jangan menganggu! Pergilah!" "Hust! Jangan bicara begitu," Tegur Viona menepuk lengan Melvin yang membelit perutnya. "Kenapa? Lagi pula, dia memang pengganggu," Gumam Melvin jengah. "Tapi, biasanya Niko tak pernah begitu mempedulikan soal barangnya. Pasti jam itu sa
Setelah memastikan Viona tidur dengan lelap barulah Melvin dan Barbara naik ke atap menemui dokter Niko yang berdiri di tepi pagar dengan pandangan menyorot jauh ke depan. "Dia sudah tidur," Ucap Melvin berdiri di samping dokter Niko dan Barbara duduk di kursi belakang mereka. Meja makan itu sudah di bersihkan oleh pelayan beberapa menit yang lalu. "Ada seseorang yang sedang memata-matai kau dan Viona!" "Dari mana kau tahu?" Tanya Melvin menatap wajah serius dokter Niko. "Tadi, saat kau makan dengan Viona ada seorang pelawan wanita berkacamata yang mengintip. Saat aku tegur, dia turun dan menghilang," Jelas Barbara mengambil alih. "Menghilang? Maksudmu, dia bukan bagian dari pekerja disini?" "Mungkin," Jawab Barbara masih belum pasti. Melvin kembali pada dokter Niko yang lebih serius dari yang pernah mereka lihat sebelumnya. "Melvin! Aku mencurigai seseorang." "Siapa?" Tanya Melvin kala dokter Niko beralih memandangnya serius. "Ibumu!" Sontak Melvin menautkan alisnya bingu