Shelomitha menghebuskan nafas panjang, ia tidak pernah mengira jika Arya tidak mengenalinya hingga saat ini. Shelomitha menginggat saat Raka menang dalam lomba saat itu ia tanpa sadar memeluk Arya, ia tak tahan dengan bebannya yang ia tanggung sendiri. Bayangkan saja selama ini Arya menghilang saat ia kembali ia sudah tak mengenalinya.Tapi, perasaan buat Arya dari dilu hingga sekarang tidak pernah berubah hingga detik ini, ia menyayangi Arya melebihi dirinya sendiri. Kalaupun Arya sedah menikah saat ini dengan Amanda, Shelomitha hanya bisa iklas. Shelomitha mencoba mengerti tentang makna dari cobaannya ini."Bunda? Besuk jadi kan kita lihat lomba tandingnya, Om Arya?" tanya Raka juga Rania antusias. Shelomitha mengangguk."InsyaAllah sayang, tapi inget pesen, Bunda ya, cukup Lihat dan diam jangan berteriak memanggil namanya." "Siap, Bunda," ujar Rania juga Raka barengan."Ini baru anak, Bunda, waktu kita mau pindah kesini kan Om Arya mau menikah, kalau misal kita deket lagi sama, O
Keputusan Mama Wulan bagai tombak yang menembus dada Shelomitha, bukan? Karena itu kini Shelomitha menangis. Tapi, Sayang, kenapa Shelomitha keukeuh membiarkan tombak itu tetap menancap di sana? Kenapa tidak Arya biarkan mencabut dan mengobati lukanya? Malah malah Mama Wuo tancapkan jua di dada Shelomitha.Retak dada Shelomitha. Pecah jantungnya, berserakan kepingannya di atas pasir pantai ini. Entah dapat la punguti kembali, atau biarkan saja nanti tersapu oleh gelombang pasang? Berapa banyak senja yang kita habiskan bersama? Tidak satu kali pun matahari timbul tenggelam tanpa kita bersenda-gurau. Tidak setetes air matanya yang jatuh tanpa kusediakan bahu paling nyaman.Shelomitha, ingat saat terakhir Arya dalam pembaringan, Shelomitha hanya bisa menangis dalam dekapan ilusi? Saat Mama Wulan tak mengizinkan untuk mendekati. Begitu kejam memainkan perasaan Shelomitha yang begitu rapuh. Haruskah Shelomitha tambal dengan penuh kasih luka dengan mengoyak hatinya sendiri.Apa Shelomitha
Shelomitha menatap layar laptop di ruang kerjanya, ia menatap lekat foto Arya dari kertas pemberian anaknya Raka. Betapa ia sangat merindukannya, merindukan saat bersama waktu masih sekolah, merindu saat melihat Arya memakai kaca mata super tebal dengan gaya culunnya.Shelomitha ingat jika Arya selalu menyukai nama Dara, Shelomitha Sandara, sudahlah toh dia sekarang mungkin saja sudah menikah. Andai ia belum menikah.'Hah kenapa otakku hanya ada Arya' ucapnya dalam hati.Sementara Arya bersiap-siap berangkat, sang mama menemainya sampai depan pintu, beliau berpesan agar Arya menjaga kesehatan, makan teratur juga tetap fokus."Mama, Arya berangkat dulu ya?" Pamit w pada Mamanya."Iya sayang, inget pesan, Mama ya," ucap Mamanya cemas."Baik, Ma, sudah yang penting do'a Mama yang Arya butuhkan." Fiko sambil mencium takzim punggung tangan sang mama.Fiko diantar sama Mang Usep menuju Bandara, selang beberapa menit mobil Arta sudah sampai di Bandara. Arya merasa ada yang aneh pada dirinya
Dada Shelomitha bergemuruh hebat, rahasia selama ini ia pendam sendiri. Arya pun tidak mengetahui jika dirinyalah Dara gadis yang selalu berkepang dua pujaan hatinya. Saatnya menepati janji mengajak Raka juga Rania melihat perlombaan sang Paman, Shelomitha berusaha tegar dan tidak gugup ketika meliahat Arya nanti.Tok ... tok. "Masuklah, Nak.""Bunda sudah siap belum?" tanya antusias Rania yang sudah rapi dengan baju kesayangannya, sambil memeluk tubuh Shelomitha."Bunda belom mandi.""Yah, Bunda.""Baiklah sayang, Rania sama Raka sarapan dulu biar, Bunda mandi ya." "Ok, aku tunggu di bawah ya, Bun.""Iya,Nak."Rania pun berlalu pergi keluar kamar Shelomitha dengan perasaan gembira.Shelomitha duduk di depan cermin, menatap cermin yang berada di depannya, wajah yang kian hari kian memucat, ia sedikit memoleskam bedak lalu berdandan warna natural yang menjadi pilihannya. Ia terlihat begitu cantik, jauh dilupuk hatinya ia merindukan Arya. Shelomitha turun dari lantai atas menuju meja
Arya yang lagi berjalan menuju ruangan khusus berhenti, dan membalikkan badan. "Raka! Astaga, Raka."Arya berlari kearah Raka. Arya memeluk tubuh mungil itu, Arya menangis ia tak tahu harus berterima kasih karena do'anya dikabulkan telah menemukan Raka."Raka. Ini kamu, Nak?" Raka mengangguk pelan. "Iya, ini Raka. Om.Raka yang masih berada dalam pelukan Arya. "Bagaimana kamu bisa di sini? Om rindu.""Raka juga, Om.""Lalu, Bunda juga Rania?" tanya Arya cemas. "Allhamdulillah semua baik," ucapnya seraya tersenyum."Mana, Bunda sama Rania?" Raka lalu membisikkan alasan kenapa ia harus cepat pergi, dan ia menyerahkan alamat pada sang Paman. Raka berharap Pamannya bisa menyelesaikan masalahnya dengan orang dewasa sama Bundanya."Maaf, Raka harus pergi? Raka sudah janji sama, Bunda, ngak boleh menemui Om Arya," pamit Raka. Arya mengangguk. "Iya, Om mengerti." "Janji ya, temui aku lagi." "Iya,janji."Raka berlalu pergi bersama Mang Kardi.Raka berlari cepat sampai di parkiran ia
Arya perlahan membuka pintu kamar Shelomita, Aeya melihat wajah yang selama ini ia rindukan, berada tepat di depan wajahnnya. Wajah yang tak asing lagi baginya, wajah yang cantik alami yang sangat ia inginkan untuk bisa melihatnya setiap hari. Arya memegang keningnya, tubuhnya sangat panas. Arya bergegas turun ke bawah meminta mbok Darmi menyiapkan alat kompres."Mbok tolong siapkan alat kompres untuk, Mitha."Pinta Arya pada Mbok Darmi, ia begitu cemas karena tubuh Shelomita demam tinggi."Baik Den," jawab Mbok Darmi, lalu menyiapkan alat kompres."Anak-anak sudah tidur, Mbok?" tanya Arya pada simbok."Sudah, Den, mereka semua sudah tidur," jawab Simbok pada Arya yang sedang menunggunya."Ini, Den.""Ya, makasih."Arya masuk ke dalam membawa alat untuk mengompres, dengan sabar Arya mengompres dengan kain handuk berulang-ulang. Shelomita terus mengigau seraya tertidur.Arya memandangi wajah yang selama ini di rindukan, ia tak percaya jika ia bisa menemukan sang pujaan hatinya.Tanpa s
Shelomita menatap wajah Arya dengan hati yang berbunga, begitupun Arya menatap Shelomita memakai rok silver atasan baju motif bordir hitam juga jilbab yang senada dengan rok. Membuat mata Arya tak berkedip melihatnya yang sudah duduk berada didepannya."Om, Bunda cantik ya? Kok ngelihatnya sampai begitu." Arya diam"Emm, Om."-Mang Kardi mengantarkan Rania juga Raka ke sekolah, sementara Shelomita bersiap-siap untuk pergi ke butik. Arya mengikuti Shelomita dari belakang, Shelomita sedikit gugup merasa dirinya tak tau harus memulai pembicaraan dari mana."Mbak bisa Arya bicara sebentar?" "Baiklah, kita bicara, " jawab Shelomita tegas tanpa berani melihat matm Arya. Arya gemetar, tubuhnya mendasak membeku. Awalnya ragu tapi Arya menceritakan soal gagalnya pernikahan dengan Amnada. Dan selama ini ia hampir putus asa mencarinya. "Gagal?""Iya, Mbak gagal."Shelomita diamHening"Mbak, Mungkin Arya kurang ajar atau tidak sopan sama Mbak Mitha, Tapi Arya harus jujur Arya suka sama, Mba
Amanda di larikan ke rumah sakit karena mencoba mengakhiri hidupnya. Sang kaka cemas, Amanda depresi karena cintanya tak terbalas oleh Arya, ia tidak bisa menerima kenyataan kalau pernikahannya dengan Arya gagal. Sang kakak cemas melihat darah ditangan adiknya banyak yang keluar.'Ya Robb tolong selamatkan Amanda adikku, hanya dia yang kupunya disini papa juga mama pindah ke Korea. Sebulan lalu Amanda kembali kesini, ia lebih jadi anak yang pendiam, aku mohon selamatkan adikku.' Guman Fahri kakaknya Amanda dalam hati.Kakaknya Amanda memukul tembok, jika terjadi apa-apa dengan adiknya ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Ia pun mengenal Arya sengan baik, ia tahu betul jika Arya lelaki yang baik, hingga adiknya sulit untuk melupakannya. Dokter keluar dan meminta Fahri menemuinya diruangannya, Fahri mengikuti sang Sokter dari belakang."Bagaimana kondisi adik saya, Dokter?" tanya Fahri pada sang Dokter cemas."Alhamdulillah, adik Anda sudah siuman.""Terima kasih, Dokter." "