Dara dan Randy kini sedang menikmati makan siang mereka. Tadinya Dara ingin memasak makan siang untuk mereka berdua, tapi Randy melarangnya dan memilih untuk memesan makanan di luar saja. Mereka makan dalam diam, Dara masih kesal karena tadi Randy melarangnya untuk memasak. Padahalkan Dara hanya ingin belajar memasak, kalau pesan terus kapan dianya bisa masak, begitulah pikir Dara.
"Masih marah, hmm?" Tanya Randy, lalu meneguk segelas air putih."Gak." Sahut Dara, lalu ia bangkit dan merapikan piring kotor bekas mereka makan dan membawanya ke tempat pencucian piring."Hmm," gumam Randy, ia memperhatikan setiap gerakan Dara. Dara mencuci piring-piring kotor bekas mereka makan, sesuatu hal yang belum pernah ia lakukan selama ini. Randy menatap punggung Dara yang saat ini sedang membelakanginya. Dara menyabuni satu persatu piring-piring tersebut dengan hati-hati, takut jatuh karena licin. Randy mendekati Dara, "Sini aku bantu!" Tawar Randy, daDara meringis menerima tatapan tajam dari dua sahabatnya yang seakan meminta penjelasan darinya."Sebenarnya, gue udah nikah!" Kata Dara dengan suara pelan."Apa! Dasar loe ya, tega benar ama kita berdua, loe anggap apa kita berdua selama ini?" Ucap Sinta, sambil melototkan matanya ke arah Dara. Dara jadi serba salah jadinya."Ya udah, yuk, Nin. Kita pulang aja! Kita udah gak dianggap sahabat lagi sama dia." Ucap Sinta dengan menunjuk Dara, lalu ia menarik tangan Nina untuk keluar."Eh, dengarin gue dulu, dong!" Tahan, Dara."Dengarin apa lagi, sih. Jelas-jelas loe udah gak jujur sama kita, nikah diam-diam," Sinta sudah ingin melangkah keluar."Gue belum sempat kasih tau kalian, gue juga punya alasan kenapa belum kasih tahu kalian.""Sebaiknya kita dengarin penjelasan Dara, dulu, Sin!" Ucap Nina pada Sinta, dan akhirnya Sinta kembali duduk."Cepat jelaskan!" Seru Sinta."Sebenarnya aku dan suamiku menikah karena......" Dara pu
"Sayang!" Panggil Randy pada Dara yang sedang merias wajahnya di depan cermin. Saat ini Randy sedang berdiri di belakang Dara, lebih tepatnya ia memperhatikan setiap gerakan yang Dara lakukan."Hmm,""Kamu gak apakan, kalo berangkat kerjanya sendiri dulu?" Tanya Randy.Dara membalikan tubuhnya dan mnghadap ke arah Randy, "Gak apa, mas. Biasanya juga sendirikan! Emangnya mas Randy mau ke mana?""Tadi saya baru saja dapat kabar dari sekertaris saya, kalo hari ini saya harus ke kantor cabang yang ada di Surabaya, karena ada sedikit masalah di sana," jelas Randy."Kok mendadak banget sih, mas? Berapa lama mas di sana?" Randy tersenyum lalu merengkuh tubuh Dara ke dalam pelukannya."Emm, mungkin tiga hari, atau bisa jadi seminggu. Kenapa? Kamu takut kangen sama saya.""Ihh, ge'er, deh. Siapa juga yang kangen." Dara mencebikkan bibirnya."Tapi Saya yang bakalan kangen sama kamu," ujar Randy, dan sontak saja membuat wajah Dara merona.
Saat waktu jam pulang kantor, Sinta mengajak Dara untuk mampir ke Kafe sebentar, tapi Dara menolaknya dan beralasan ingin segera pulang ke rumah. Dara ingin segera cepat sampai rumah, karena tadi Randy berjanji akan menelponnya, jika Dara sudah sampai rumah.Sesampainya di rumah, Dara memasuki kamarnya dan bergegas untuk segera mandi. Selesai mandi Dara memakai baju terusan sebatas paha tanpa lengan dan berdada rendah, Dara juga merias wajahnya dengan make up natural.Dara mengambil ponselnya, dan mengirimkan pesan pada Randy bahwa saat ini dia sudah berada di rumah. Tak berapa lama setelah pesan yang Dara ketik sudah terkirim dan terbaca oleh Randy, ponselnya pun berdering menandakan ada panggilan masuk, Dara segera menerima dan mengeser tombol hijau pada ponselnya."Hallo, Assalamu'alaikum." Ucap Dara saat panggilan telpon sudah tersambung. Uh suara Dara kok? Terdengar sangat seksi ya, di telingga Randy. Bikin Randy jadi pengen cepat-cepat pulang aja rasanya
Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, Dara turun dari taksi yang di tumpanginya dan melangkah berjalan menuju pintu rumah. Dara mengetok pintu dan mengucapkan salam."Assalamu'alaikum," kata Dara sambil mengetok pintu."Walaikumsalam," terdengar sahutan dari dalam, dan tak berapa lama pintu pun terbuka."Oalah, Non Dara. Mari masuk Non!" Kata Bik Sari, Asisten rumah tangga di kediaman orang tuanya."Iya, Bik. Terima kasih!" Ucap Dara, lalu ia pun berjalan masuk ke dalam rumah."Bunda sama Ayah, mana, bik?" "Ada Non, di belakang lagi kasih makan ikan di kolam," sahut bik Sari."Oh, ya udah. Dara ke belakang dulu kalo begitu." "Eh, ini Bik. Tolong bawa ke dapur ya," Dara memberikan dua kantong plastik yang berisi buah-buahan. Tadi di tengah jalan Dara mampir ke toko buah dulu sebentar, ia membeli beberapa macam buah yang sering di konsumsi orang tuanya."Iya, Non." Bik Sari mengambil kantong plastik tersebut dan segera membawanya ke da
Usai menyelesaikan sarapannya, Dara berniat kembali ke kamarnya."Yah, Bun, Dari balik ke kamar, ya!" Pamit Dara pada ayah dan bundanya."Ya, kok masuk kamar lagi?" Tanya Bunda"Dara ngantuk, Bun," sahut Dara"Kamu ini gimana, sih? Biasanya gak pernah begadang kok sekarang udah ngantuk aja.""Bunda kayak gak tahu aja, paling dia abis begadang telponan sama suaminya," timpal ayah.Boro-boro telponan, nomornya aja gak aktif, batin Dara."Udah ah, Dara ke kamar, ya!" Dara sudah akan berdiri dari duduknya, tetapi Bunda sudah bicara lagi."Kamu jangan di kamar terus dong, ikut bunda aja yuk ke arisan!" Dara memutar bola matanya, malas banget mesti ngumpul sama ibu-ibu teman arisan mamanya, pasti nanti ujung-ujungnya di sana dia bakal jadi bahan ghibah ibu-ibu arisan, mending dia tidur di rumah."Gak ah, Dara ngantuk, bye!" Dara langsung berjalan memasuki kamarnya dan tak menghiraukan panggilan bundanya. Mata Dara benar-benar mengan
Warning21+Harap bijak memilih bacaan!Mas Randy...," pekik Dara, lalu sedetik kemudian Dara menjerit histeris menangis."Huaa....""Hei, hei kenapa menangis? Ada yang sakit? Atau apa?" Tanya Randy kebingungan karena tiba-tiba istrinya menangis tanpa sebab."Huaa, mas Randy jahat...!" Teriak Dara, dan Randy semakin bertambah bingung apa salahnya, dan apa tadi, jahat?"Lho, saya salah apa?""Pokoknya mas Jahat...!" Ucap Dara, sambil mengusap air matanya, dan berjalan ke arah ranjang, dan Randy mengikuti langkah Dara."Sini, duduk dulu!" Randy menarik tangan Dara, dan menyuruh Dara agar duduk di sampingnya Dara menurut, tetapi wajahnya masih cemberut."Saya salah apa? Coba cerita!" Kata Randy, dengan nada lembut."Mas Randy jahat, kenapa nomornya mas Randy gak aktif, dan mas gak kasih kabar aku sama sekali, aku tuh khawatir sama mas," ucap Dara."Maaf! Sudah membuatmu khawatir ," Ucap Randy sambil t
Saat ini Dara dan Randy sedang menikmati makan siang mereka di sebuah Restoran. Tadinya Dara ingin delivery saja, tetapi Randy memaksanya untuk makan bersama di luar, dengan terpaksa Dara pun akhirnya menuruti keinginan suaminya itu."Randy...." sapa seorang perempuan cantik, sambil mengandeng tangan seorang anak lelaki berumur sekitar 3 tahunan.Sontak saja Dara dan Randy pun mengalihkan pandangan mereka pada perempuan yang baru saja menyapa Randy itu.Randy terkejut melihat sesorang yang baru saja menyapanya, " Sisil...." gumam Randy."Hai, kamu Randykan?" Tanpa permisi Sisil menarik salah satu kursi dan ikut bergabung dengan Dara dan Randy."Oh, iya. Hai Sil, apa kabar?" Kata Randy."Kabar baik, kamu sendiri gimana? Ini siapa?" Tanya Sisil, lalu menatap Dara."Oh, kenalkan Sil, ini Dara istri aku," ujar Randy memperkenalkan Dara."Kamu sudah nikah?" Tanya Sisil, kaget. Randy menganggukkan kepalanya."Oh, hai aku Sisil, teman SMAn
Sejak tahu Dara tengah mengandung anaknya Randy kini menyuruh Dara untuk berhenti bekerja, tetapi Dara tak mau, dan ia tetap ingin bekerja dengan alasan ia merasa bosan jika harus berdiam di rumah, dan tak punya teman, lagian kandungannya juga tak bermasalah, jadi dengan terpaksa Randy menuruti keinginan Dara, dari pada nanti istrinya itu ngambek dan berakhir ia disuruh untuk tidur di luar.Randy tetap memperbolehkan Dara bekerja, tetapi di kantor Dara tak boleh mengerjakan pekerjaan berat, dan Randy menyuruh kepala Bagian di devisi Dara untuk tak memberikan Dara pekerjaan yang berat, jadilah Dara lebih banyak nganggur, cuma duduk-duduk aja di depan meja kerjanya, ia jadi tak enak pada teman-temannya yang lain, yang sekarang banyak menatapnya tak suka.Kedua orang tua Dara sangat senang dan turut berbahagia mendengar kabar kehamilan Dara, sayang sekali saat ini mereka tidak bisa datang dan mengucapkan kata selamat secara langsung pada anak dan menantu mereka itu atas