Randy memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua yang terlihat nampak asri dan nyaman. Randy menoleh kesamping tepat dimana Dara saat ini masih tertidur pulas. Hatinya pun bimbang mau membangunkan Dara atau tidak.
"Dara... Ra... bangun!" Randy mengoyang lengan Dara, tadinya Randy tak tega membangunkan Dara dan berniat untuk menggendongnya, tapi dia takut saat Dara terbangun saat masih di dalam gendongannya Dara akan marah dan memakinya. "Emmh..." Dara lenguh Dara pelan."Ayok bangun, kita sudah sampai." "Apaan sih, berisik tau..." tuhkan belum apa-apa dan masih dalam keadaan setengah sadar aja Dara ngomel aja."Bangun,Ra....! Atau mau saya gendong." Randy masih berusaha untuk membangunkan Dara.Tinnnn tinnnnRandy membunyikan klakson mobilnya dengan keras, karena kesal dengan Dara yang susah sekali dibangunkan. Dan itu berhasil membuat Dara membuka matanya."Apaan sih, ganggu orang lagi enak-enak tidur juga," omel Dara."Kamu tuh ya, tidur udah kaya kebo aja. Dari tadi susah betul dibangunin." "Enak aja sama-samain aku sama kebo." Mata Dara melotot ke arah Randy."Abis kamu tidurnya susah dibangunin, buruan turun.!" Kata Randy.Dara menatap keluar jendela mobil, dan terkejut saat dia tersadar sedang berada di mana."Kok kita ke sini?" Tanyanya bingung pada Randy yang ingin membuka pintu mobil, Randy pun berbalik menghadap Dara dan mengurungkan niatnya membuka pintu mobil."Tadi ayah telpon aku, katanya kita disuruh datang kerumah ini." Ucap Randy."Kok ayah gak telpon aku sih?" Ucap Dara merengut."Ya mana aku tahu." Jawab Randy."Ish yang anaknya siapa sih sebenarnya?" Gerutu Dara, lalu dia memeriksa ponselnya, benar saja ternyata ponselnya mati sejak tadi."Udah buruan turun, udah ditungguin dari tadi!" Randy membuka pintu mobil dan segera keluar."Iya bentar, sabar napa." Ucap Dara, lalu mengambil cermin dari dalam tasnya dan merapikan sedikit penampilannya, Dara mengambil sisir dan merapikan rambutnya yang berantakan.Selesai dengan aktifitasnya Dara pun segera membuka pintu dan ikut keluar."Mas tungguin dong!" Pinta Dara, dan ia sedikit berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan Randy.Nanti saat sampai di dalam rumah dan orang tuanya mendapati ia dan Randy tidak berjalan bersamaan bisa-bisa dia kena ceramah lagi."Assalamu'alaikum." Ucap Randy dan Dara bersamaan."Walaikumsalam, oh, kalian sudah datang." Ucap Pak Ali, ayahnya Dara.Dara dan Randy pun mencium punggung tangan pak Ali."Maaf lama, yah. Tadi jalanan macet." Jelas Randy."Iya gak apa-apa. Sana kalian istirahat dulu. Ayah tau kalian capek abis pulang kerja." "Iya, Yah." Sahut keduanya.Dara dan Randy yang ingin istirahat serta mandi menghentikan langkahnya saat mendengar suara pekikan seseorang dari arah kamar tamu.
"Dara, Sayang. Cucu Oma yang cantik. Oma kangen." Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka.""Oma...!" Pekik Dara, lalu Dara memeluk dan mencium kedua pipi Oma Rani."Kapan Oma datang?" Tanya Dara, tanpa melepaskan pelukannya."Kemarin Sore. Eh ini cucu mantu oma ya? Ya Allah ganteng pisan." Oma beralih menatap Randy dan melepaskan pelukan Dara.Oma Rani sudah tahu perihal pernikahan Dara dan Randy. Awalnya dia tidak setuju bagaimana bisa Pak Ali menyetujui pernikahan mereka begitu saja, apalagi dengan lelaki yang tidak tau asal usulnya, tetapi Pak Ali pun menjelaskan bahwa Randy adalah lelaki yang baik dan ia yakin Randy bisa mengubah sifat manja dan keras kepala Dara. Ia yakin Randy adalah lelaki yang tepat untuk Putri semata wayangnya itu. "Iya, Oma. Kenalkan saya Randy." Ucap Randy dengan sopan, lalu mencium punggung tangan Oma."Aduh, duh ganteng banget kamu, sopan lagi." Puji Oma Rani."Duh, Oma jadi gemes jadinya...!" Kata Oma Rani lalu mencubit pipi Randy, Randy pun hanya bisa meringis menahan sakit cubitan Oma Rani di pipinya."Ih, Oma apaan sih, cubit-cubit ms Randy segala.""Eh ada yang cemburu, maaf Oma cuma gemas aja abisnya ganteng." Kata Oma sambil tertawa, Pak Ali yang melihat tingkah Ibunya itu hanya bisa menggelengkan kepala."Ih, cemburu sama dia hahaa gak banget deh." Batin Dara.
"Ya kali Dara cemburu sama Oma. Kasian aja tuh lihat pipinya mas Randy merah." Dara menunjuk wajah Randy."Ah bilang aja kalo cemburu,." Sahut Oma."Ah Oma gak asyik. Cemburu sama oma yang udah tua yang benar aja." "Hahaa cucu Oma ini. Masih aja cerewet. Sudah sana kalian masuk kamar, pengantin baru tuh biasanya gak jauh-jauh dari dalam kamar." Ucap Oma."Oke deh Omaku yang cantik, Dara mau mandi dulu ya." Ucap Dara lalu berlalu begitu saja meninggalkan Randy yang masih berdiri di samping Oma."Eh, Dara. Suaminya kok ditinggal, sih? Sana ajak mandi sekalian." Mandi berdua Randy, hey Dara langsung bergidik ngeri membayangkan yang iya iya bersama Randy saat sedang mandi berdua."Hehee Dara lupa."ucapnya sambil nyengir padahal emang sengaja dilupakan, eh.Dara masuk ke dalam kamarnya di ikuti Randy. Randy memandang sekeliling kamar Dara, tempatnya masih sama saat Randy pertama kali memasuki kamar ini, tak ada yang berubah."Mas Randy mandi aja duluan." Kata Dara, lalu ia merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponselnya lalu berselancar di dunia maya."Baiklah." Sahut Randy, karena ia juga merasa gerah sehabis dari kantor, belum sempat mandi juga tadi.Tak berselang lama Randy sudah menyelesaikan mandinya, ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Tadi ia lupa membawa baju ganti ke kamar mandi karena sudah terbiasa tidak berganti baju di kamar mandi saat berada di rumahnya.Dara yang masih sibuk memainkan ponselnya pun menoleh saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, ia pun melongo melihat pemandangan indah di depan matanya, uwoww Roti sobek. Seketika Dara menelan ludahnya tanpa melewatkan sedikit pun pemandangan yang indah tersebut. Seketika Dara tersadar dari imajinasi liarnya saat sebuah suara deheman dari Randy."Eh, apa?" Ucap Dara gugup."Kamu kenapa dari tadi senyam senyum sendiri?" Tanya Randy."Eh, emang iya?" Masa sih dia senyam senyum. Ah kayanya gak deh."Ah, gak kok. Aku gak ada senyam senyum." Ucap semakin gugup. Apalagi saat Randy mendekat ke arahnya harum aroma sabun seketika menguar di indra pemciumannya. "Seksi."gumam Dara pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh Randy."Apa?" Kata Randy."Ah, gak ada apa-apa kok." Sahut Dara kikuk dengan wajah yang bersemu merah, karena malu.Bersambung.....
Saat mobil melaju menuju rumah, suasana di dalamnya masih tenang. Baby Revan sudah tertidur nyenyak di pelukan Dara, mungkin kelelahan setelah imunisasi. Dara mengusap kepala bayi mereka dengan lembut, tatapannya penuh kasih sayang. Namun, di hatinya masih ada sedikit rasa cemas, meskipun imunisasi sudah selesai.Randy, yang sedang fokus mengemudi, sesekali melirik Dara dan Revan melalui kaca spion. “Kamu kelihatan masih tegang, Sayang. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Randy, memecah keheningan.Dara menoleh, tersenyum lemah. "Aku masih memikirkan Revan. Takut dia demam nanti, atau rewel sepanjang malam," jawabnya jujur.Randy mengangguk, mengerti kekhawatiran istrinya. "Tenang saja. Kalau pun Revan demam, kita sudah siap obatnya. Lagi pula, aku di sini. Kita hadapi sama-sama, ya?" ucap Randy menenangkan.Dara menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Iya, aku tahu. Cuma… aku selalu merasa khawatir kalau soal Revan. Dia anak pertama kita, Mas. Aku belum terbiasa,” ujarnya d
Pagi harinya, suasana rumah Randy dan Dara dipenuhi keceriaan. Sinar matahari menerobos tirai jendela, memberikan nuansa hangat di kamar mereka. Dara sedang menyiapkan keperluan Baby Revan untuk imunisasi hari ini. Di sisi lain, Randy tampak sedang berusaha menenangkan Revan yang rewel karena lapar."Mas, sudah siap? Revan sudah selesai mandi?" tanya Dara dari dalam kamar sambil memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas.Randy menoleh, menggoyang-goyangkan Revan yang berada di gendongannya. "Sudah, Sayang. Tapi dia sepertinya lapar lagi. Perlu disusui dulu, nih," jawab Randy dengan senyum sabar, lalu berjalan mendekati Dara yang sudah selesai merapikan barang-barang.Dara mengambil Revan dari pelukan Randy dengan lembut. "Iya, aku susui dulu sebentar ya. Setelah itu kita langsung berangkat," katanya, kemudian duduk di kursi dan mulai menyusui Revan.Randy berdiri di dekatnya, mengusap punggung Dara dengan lembut. "Ambil waktu saja, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru," ucap
Kehidupan di rumah Randy dan Dara kini berubah. Kelahiran bayi mereka, yang diberi nama Revan Aditya Pratama, membawa kegembiraan dan kesibukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehadiran Revan benar-benar menjadi pusat dunia mereka, terutama bagi Dara yang kini menjalani peran baru sebagai seorang ibu.Pagi hari di rumah itu selalu dipenuhi dengan suara tangisan bayi. Dara terbangun lebih awal dari biasanya, menggendong Revan sambil menyusui. Matanya terlihat lelah, namun terpancar sinar kebahagiaan setiap kali melihat wajah mungil putranya.Randy juga tak kalah sibuk. Kini, sebelum berangkat kerja, ia rutin membantu Dara mempersiapkan segala kebutuhan bayi. Ia memastikan popok, baju, dan peralatan mandi Revan sudah siap. Meskipun pekerjaan di kantor semakin menumpuk, ia selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam merawat anaknya.# Randy sedang menggendong Revan yang rewel karena sulit tidur. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil menggoyangkan badanny
Dua minggu berlalu sejak pertengkaran itu. Dara kini terlihat lebih ceria. Perutnya semakin membesar, dan ia merasakan bayi di dalam kandungannya semakin aktif. Setiap pagi, Randy tak pernah absen menemani istrinya berjalan-jalan keliling kompleks, meski kadang-kadang Dara terlihat lelah dan ingin tidur lebih lama. Namun, mereka tetap melakukannya demi kesehatan dan kelancaran proses kelahiran nanti.Pagi itu, Dara duduk di meja makan sambil menikmati sarapan bersama Bunda Ayu. Randy baru saja masuk ke dapur sambil mengenakan kemeja biru, siap berangkat ke kantor."Mas, nanti pulangnya cepat, ya," ucap Dara sambil menyuapkan roti ke mulutnya."Lho, emangnya kenapa?" tanya Randy sambil meraih segelas kopi."Aku mau ke dokter kandungan, kan ini udah bulan kesembilan. Kita harus periksa, mau tanya juga tentang proses lahirannya nanti," jawab Dara.Randy tersenyum. "Oh, iya, aku hampir lupa. Tenang aja, sayang, aku bakal pulang cepat, nanti kita langsung berangkat."Bunda Ayu yang duduk d
Dara berlari ke luar dari gedung kantor Randy. Saat ia akan menghentikan sebuah taksi yang lewat. Dari arah belakang Randy menarik tangannya."Lepas ….!" Teriak Dara, wajahnya terlihat merah."Tolong, jangan pergi, kamu sedang emosi! Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya!" Pinta Randy."Apa yang ingin kamu jelaskan? Aku sudah lihat dengan mata kepala aku sendiri perempuan murahan itu duduk di pangkuanku kamu, dan kamu sepertinya sangat menikmati," ucap Dara, ia mencoba menghempaskan tangan Randy yang masih menggenggam tangannya."Lepas ….!" pekik Dara saat Randy membawanya ke arah parkiran mobil, ia membuka pintunya dan menyuruh Dara untuk masuk."Gak, lepas, aku mau pulang sendiri!" Dara masih berusaha untuk melepaskan tangan suaminya dari lengannya.Randy yang sudah terlihat lelah dengan penolakan istrinya pun, memaksa Dara untuk segera masuk ke mobil. Apalagi terlihat beberapa karyawan melihat adegan drama rumah tangga tersebut. Ada yang berbisik-bisik dan juga ada yang menatap
Saat ini Randy tengah menatap istrinya yang sedang lahap memasukan satu persatu potongan buah mangga muda ke dalam mulutnya. Ia sendiri pun bergidik ngeri membayangkan rasa asam dari mangga tersebut."Enak?" tanya Randy."Hu'um, Mas mau?" tawar Dara, lalu Randy pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gak, buat kamu aja!" sahut Randy sambil meringis."Yakin, gak mau? Ini enak lho, Mas!" "Gak, Sayang. Besok kamu pengen makan apalagi?" tanya Randy, seraya memeluk Dara dari belakang, lalu tangannya membelai lembut perut Dara yang kini sudah sedikit terlihat membuncit."Hmm, ya belum tau, Mas. Emangnya kenapa?" "Ya gapapa, biar Mas siap-siap aja nyariin apa yang kamu pengen," ucap Randy sambil terkekeh kecil."Oh, ya lihat aja besok!" "Kalo, emm, itu mau gak?" Bisik Randy di telinga Dara dengan nada menggoda. Tangan yang tadi membelai perut Dara pun kini sudah mulai naik merambat ke bagian dada istriny