Share

BAB 31.

Sekali lagi Kanisa terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat asing. Namun bedanya kali ini Kanisa tidak terikat di kursi, dirinya sudah berbaring disebuah tempat tidur yang empuk. Luka di pipi dan bahunya tampak juga sudah diobati dan diperban. Kanisa pelan-pelan bangkit terduduk. Kejadian yang sempat dia lalui waktu itu kembali bermunculan di kepala Kanisa membuat tubuh Kanisa kembali bergetar.

“Dia, dia kembali,” cicit Kanisa terdengar begitu ketakutan saat wajah dari sosok laki-laki itu kembali menyeruak memenuhi pikirannya sampai rasanya Kanisa ingin menghilang saja dari bumi dari pada harus kembali dipertemukan dengan laki-laki itu.

“Aku harus pergi dari sini. Aku tidak boleh lebih lama dekat dengannya, tidak lagi.” Kanisa menggelengkan kepalanya berulang kali dengan air mata yang entah sejak kapan sudah kembali mengalir melewati kedua pipinya hingga Kanisa merasa perih pada luka yang masih basah di pipinya itu karena terkena tetesan air

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status