“Kamu anak baru kan?” tanya seorang wanita yang memakai kemeja berwarna biru laut.Sambil memegang tas miliknya, Luna mencoba untuk menyapa terlebih dahulu. Di hari pertama kerja, dirinya sudah dihadapkan dengan sosok wanita yang belum dia kenali tetapi memilki wajah yang cukup garang.“I-iya, Kak. Aku divisi purchasing di sini, staff baru yang masuk hari ini,” jawab Luna dengan sopan dan sedikit formal.Sambil melirik tak sedap, wanita itu langsung menyodorkan sebuah map berwarna merah yang berisi beberapa dokumen data barang milik perusahaan.“Baiklah, hari pertama kerja sudah ada tugas yah. Kebetulan kamu masuk tepat di akhir bulan yang mana setiap akhir bulan selalu ada cek stock fisik di gudang. Jadi, tugasmu harus mengecek beberapa barang yang sesuai dengan data di sini,” ucap wanita tersebut sambil menyodorkan map berwarna merah.Luna segera mengangguk dan menerima pemberian map tersebut, lalu sedikit bingng karena dirinya tidak terlalu paham apa yang mesti di lakukan d
Luna menelan semua ocehan dari wanita yang memakai blazer hitam yang ternyata adalah supervisor bagian purchasing.Dia mencoba mengimput barang dengan penuh emosi karena sudah merasa ingin mengeluarkan secara mentah-mentah tetapi terhalang akan statusnya yang masih karyawan baru.“Gue bakal ngimput semua data ini sesuai dengan apa yang gue denger,” ucapnya menggerutu dalam hati.Nampaknya Luna lupa bahwa data yang tengah dimputnya bukanlah data sembarangan. Dia lupa bahawa rekan kerjanya sudah bilang bahwa itu data yang penting dan jika ada satu kesalahan akan berakibat fatal pada divisi selanjutnya.Sekitar lima jam berlalu, Luna akhirnya behasil menyelesaikan tugasnya tepat pukul sebelas siang. Dia pun menuruti semua permintaan dari spvnya untuk mengeprint dokumen kerja dan segera diserahkan ke bagian kepala purchasing.Saat mesin print menyala, tampak sorot mata rekan kerjanya menatap dengan sinis. Entah apa yang mereka pikirkan saat Luna mencoba mencetak hasil kerjanya.“Gue su
Hari kerja ditunggu oleh Karina karena sudah penasaran dengan kesalahan Luna di hari pertama kerja. Dia menunggu Marcel datang ke ruangan sambil menyicil beberapa tugas akhir bulan."Harusnya gue gak panik kaya gini. Ngapain juga coba gue ngurusin masalah Luna," ucap Karina sambil mengetik.Beberapa detik dirinya kembali terpikirkan masalah tersebut. "Tapi, entah kenapa gue merasa galau soal pekerjaan dia. Secara Luna itu bawaan gue di sini, mana gue udah bilang kalau dia itu adik gue lagi. Aduh, sama-sama hancur nih kalau misal gue yang tercoreng nama baiknya," imbuh Karina sambil memegang kepalanya.Saat Karina melamun karena memikirkan masalah Luna, tiba-tiba sosok lelaki yang ditunggunya datang. Marcel sudah mengucapkan salam tetapi Karina masih saja menopang kepalanya dan menghadap ke bawah seolah sedang tertidur.Sehingga Marcel sama sekali tidak berani meninggikan suaranya. Dia melettakan tas dengan pandangan yang tak bisa lepas dari Karina.Sampai saat dirinya menarik kursi, s
Masalah muncul setelah jam makan siang selesai. Pada satat itu, seluruh divisi purchasing melakukan briefing dadakan.Terkuak bahwa kesalahan yang terjadi saat itu adalah kesalahan Luna. Karina mendapatkan informasi tersebut lewat chat dari Luna sendiri.Tetapi, dirinya tak mampu untuk membantu karena berbeda bidang dan juga tugasnya cukup banyak. “Akhir-akhir ini Marcel juga sering absen. Semua tugasnya dilimpahin ke gue, mana bisa gue ikut bantu Luna,” batin Karina saat melihat notifikasi dari Luna.Ketegangan itu terlihat jelas di depan matanya sendiri. Marcel sedari tadi hanya bisa berdiri sambil berjalan maju mundur karena menerima telepon dari bawahannya.“Bagaimana? Apa semuanya bisa kembali lagi?” tanya Karina.“Aku tidak tahu. Tapi, ini sudah ada barang yang ditarik distribusinya, untuk masih di jalan,” jawab Marcel dengan nada yang sopan.Karina hanya mengangguk dan kembali mengerjakan tugasnya. Sebelum itu, Marcel sempat diajak Daniel untuk berdiskusi mengenai masalah ters
“Jadi, bagaimana kamu setuju makan bersama malam ini?” tanya Marcel kedua kalinya.Karina melebarkan pupil matanya sebab tidak tahu apa yang akan dia jawab kecuali mengangguk dengan pelan.“Baiklah. Selesaikan tugasmu dan jam tujuh kita pulang.”“Jam tujuh?!”Marcel melihat jam tangannya saat Karina histeris mengatakan waktu yang dia pilih. “Memangnya, kenapa?”“Bukannya semua karyawan di sini lembur sampai jam delapan malam?” tanyanya.“Itu mereka. Kamu kan bukan karyawanku,” ejek Marcel sambil memainkan bibir bawahnya yang sedikit maju ke depan.Karina hanya ternganga mendengar ucapan tersebut seolah dirinya tak percaya kalau dia tidak dianggap sebagai karyawan.“Kalau gue bukan karyawan, terus gue ini siapa lo?” Pertanyaan itu terus beradu di pikiran Karina sampai dirinya tak bisa fokus dengan tugas yang sedang dikerjakan.Dari seberang, dia mencuri-curi pandang ke arah Marcel seolah ada pertanyaan yang harus segera dia jawab saat itu juga.Makin lama Karina merasa gus
Di perjalanan, Karina masih merasa berutang jawaban pada Kayla yang kebetulan memergoki dirinya pulang lebih awal.Hal ini tentu membuat Marcel merasa canggung karena sikap Karina berubah diam seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.“Kerjaan udah kelar?” tanya Marcel.Sepersekian detik Karina bergidik dan segera membalas, “Sudah.”Marcel masih melihat dengan saksama meskipun sambil menyetir mobilnya. Dia merasa penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh Karina.“Terus? Kamu keliatan kaya orang banyak masalah. Aman kan tadi pas kamu keluar?” tanya Marcel mencoba untuk menebak.“E-e-eh, iya-iya,” jawab Karina seadanya.Selagi dirinya mencoba untuk berbohong, Karina berusaha menyibukkan diri seperti membuka ponselnya dengan berpura-pura mendapat chat dari Luna padahal tidak ada chat sama sekali dari adiknya.Perjalanan itu terasa sebentar. Kini mereka sudah berada di restoran yang cukup mewah karena Karina tidak bisa memilih dimana dirinya ingin makan malam.Semua keputusan
Setelah kejadian semalam, kini Luna tahu bahwa Marcel bisa saja sedang dekat dengan Karina. Terlebih ketika dirinya mengetahui foto yang diunggah oleh Karina memperlihatkan tangan seorang lelaki yang mana jam tangannya milik Marcel seperti yang dilihatnya saat di ruangan.Dari situ Luna mulai merasa kalau dirinya seperti ditipu oleh Karina dan ada niatan untuk mengetahui sebenarnya ada hubungan apa antara kakak tirinya itu dengan Marcel.“Terserah sih, pasti gak lama juga bakal ketahuan di gue,” ucap Luna sambil menghabiskan sarapannya.Di satu meja makan bersama, Karina sedari tadi hanya cuek makan sambil bermain ponsel. Bukan tanpa alasan, dirinya melakukan hal demikian karena ada info mendadak dari bagian management terkait kesalahan yang dia lakukan di hari lalu.“Uudah kelar belum masalahmu?” tanya Karina sedikit melirik ke arah Luna.Luna merasa dirinya ditanya lalu menjawab, “Gue? Masalah yang kemarin?”“Iya iyalah. Dah tau hari pertama kerja harusnya kan bisa tuh ngedengerin a
"Jadi, ini diskusi pagi hari ini. Sesuai dengan perintah Pak Marcel, temen-temen semuanya bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain," ucap Karina.Kalimat akhir itu cukup membuat dirinya lega setelah berperang dengan rasa grogi yang menghinggap pada dirinya sendiri.Perintah Marcel memang tidak bisa dibantah karena dirinya juga bekerja untuk tujuan yang sama di perusahaan. Sejak saat itulah Karina mulai bisa belajar lebih baik lagi dimana dirinya memposisikan sebagai seorang pemimpin."Ini awal dan ya, akhir! Gak mau tau intinya besok kalo disuruh buat memimpin lagi gue sih ogah!" ucap Karina dalam batinnya.Dia melihat para rekan kerjanya juga sibuk berdiskusi satu sama lain. Mereka membicarakan tugas yang sedang terjadi terutama laporan akhir bulan dari setiap divisi.Selang beberapa menit, Karina langsung menutup meeting pagi hari itu karena dirasa sudah mulai pada paham dan tidak ada lagi yang perlu dibahas.Saat itu juga Karina berusaha untuk menyapa baik rekan kerjanya. Belu