TAWANAN CINTA TUAN CEO

TAWANAN CINTA TUAN CEO

Oleh:  Titisan Tinta  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
55Bab
614Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Karina tidak menyangka akan di pertemukan kembali dengan Marcel, musuh bebuyutannya di jaman SMA dulu, yang sialnya sekarang dia harus menjadi Sekretaris mantan Rivalnya itu yang ternyata masih belum berubah masih senang megerjai dan bertengkar dengannya terlebih lagi posisi Marcel yang sekarang akan lebih mudah bagiinya untuk menyiksa Karina. Karina ingin mengundurkan diri tapi dia tidak bisa karna dia sudah terlanjur menandatangi kontrak selama 3 tahun dan jika dia ingin mundur dia harus membayar pinalti. Dengan segala aksinya Karina ingin membuat Marcel menyerah dan memecatkan taoi selalu gagal, yang ada Marcel malah semakin ingin menahannya membuat Karina harus selalu ada di dekat Marcel dengan alasan pekerjaan. Apa sebenarnya alasan Marcel melalukan itu?, dan pada akhirnya usaha siapa yang akan berhasil Marcel, atau Karina?

Lihat lebih banyak
TAWANAN CINTA TUAN CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
🌹isqia🌹
emang musuh yang seperti apa karina dan marcel??
2023-08-03 20:28:03
1
user avatar
🌹isqia🌹
karina type orang yang gak peka. kasian marcel, di tinggal..
2023-08-03 20:19:27
1
user avatar
Titisan Tinta
Tema Cerita Yang Aku suka
2023-07-22 12:40:44
0
55 Bab
Bab 1 Tujuh Tahun Yang Lalu
Karina memijat pelipisnya yang mulai berdenyut, ia berkali kali mengotak atik layar ponselnya guna mencari pembahasan untuk presentasinya besok. Ia makin pusing saat harus menerima fakta mengerikan tentang dirinya yang berpasangan dengan musuh bebuyutannya. Gadis itu melirik sedikit ke arah Marcel, namun langsung dialihkan lagi ke lain arah saat Marcel sadar, "Apa lo liatin gue!?" ketus Karina sambil memalingkan wajahnya. Marcel yang sadar jika sedari tadi Karina lah yang lebih dulu menatapnya ikut berbicara, "Siapa juga yang mau liatin singa galak kayak lo? Jangan ngarep deh, Rin." Karina hanya mampu memasang wajah cemberut. Ia kembali menatap layar ponselnya, namun bukan lagi mencari topik untuk presentasi besok, melainkan jam digital di layar ponselnya. Tidak disangka jika jam kosong akan berlangsung sampai jam pulang. Karena itu juga, Karina menatap lekat ponselnya sambil berhitung mundur 3, 2, 1. Bel pulang pun berbunyi tak lama kemudian. Dengan malas, Karina membereskan buk
Baca selengkapnya
Bab 2 Kembali
Semilir angin masuk ke dalam kamarnya, Karina melihat pantulannya di cermin pagi ini. Ia hirup udara kamarnya yang sudah lama tak ia rasakan. Setelah perpisahan dengan teman-temannya, Karina tidak pernah sekalipun kembali ke sini. Setelah 7 tahun lamanya, Karina kembali ke kamarnya yang ia gunakan saat ia berada di bangku SMA.Setelah menyelesaikan masa kuliahnya, Karina juga keluarga kembali ke kota asal. Karina mengirim beberapa lamaran dan berakhir di perusahaan MAHAPRANA'S dengan jabatan cukup tinggi yakni sekretaris perusahaan. Karina mulai merias dirinya dengan beberapa sentuhan namun tak berlebihan. Ia rapikan kembali rambut juga pakaiannya kemudian bergegas ke dapur untuk menyantap sarapan. "Semangat ya, Rin. Pasti bisa!" ucap Hani—ibu Karina.Karina mengangguk patuh. "Semangat Karina udah menggebu banget, Ma. Masa iya anak Mama gak bisa semangat," balas Karina "Pertahanin semangat itu, Mama pasti selalu dukung!" Karina menyelesaikan suapan terakhir ke mulutnya, ia lalu m
Baca selengkapnya
Bab 3 Pekerjaan Pertama
Karina menopang kepalanya yang mendadak berdenyut dengan kedua tangannya. Matanya hampir mabuk akibat dokumen yang terus menerus Marcel berikan padanya. Dimulai dari dokumen tentang persetujuan, bisnis, hingga janji temu yang harus ia kerjakan. Tak berhenti sampai di situ, Karina bergumam, "Kenapa tugas sekretaris lebih banyak daripada bos, sih?! Terus si Marcel kerja nya apa dong!? Ish!" "Kerja gue itu ngeliatin lo kerja, becus atau enggak nya gue yang nentuin". Marcel tersenyum miring di seberang meja Karina. Gadis itu melirik kemudian membuang muka kesal. "Kalo aja dia bukan bos gue udah gue cekik dia sampe mati!" gumam Karina lagi. Bohong jika Marcel bilang ia tak mendengar semua yang Karina katakan. Jelas sekali Marcel mendengar setiap perkataan Karina, termasuk ocehan Karina yang kesal terhadapnya. Waktu mulai berjalan cepat, Karina tak berhenti menatap dokumen juga komputer, tangannya sedari tadi tak lepas dari pulpen juga notebook. "Ayo," ajak Marcel. Karina mengangkat
Baca selengkapnya
Bab 4 Asisten Sekretaris
"Ngedadak banget kayak gini, ada apa sih?" tanya Karina bingung. Ia bahkan baru pertama kali melihat raut wajah Marcel setegang tadi. Sebenarnya ada apa? Karina hanya mampu pasrah dan duduk diam di dalam mobil yang terus melesat menuju tempat tujuan. Hingga akhirnya, mereka tiba setelah 10 menit kemudian. Marcel turun dan berjalan terlebih dahulu seolah tak ingat jika dirinya sedang bersama Karina. Jelas gadis di belakang nya semakin bingung.Mereka tiba di lantai ruang kerja, Marcel menghentikan langkahnya. Itu membuat Karina juga ikut menghentikan langkahnya. "Sel—Marcel, kenapa?" tanya Karina. Marcel mengeluarkan ponsel di sakunya. "Halo, Kayla, tolong datang ke ruangan saya sekarang." Marcel membalikkan badannya menghadap Karina. "Saya lagi butuh waktu sendiri, kamu bisa belajar bareng asisten sekretaris yang barusan saya telepon," ucap Marcel. Dirinya berjalan menuju pintu di jalur kanan yang tak lain adalah ruangan pribadinya. Beberapa detik sebelum ia masuk, gadis bernama
Baca selengkapnya
Bab 5 Aksi Pertama Karina
"Makasih, ya, Qia!" ucap Karina sambil keluar dari toko. Ia berjalan sebentar menuju pinggir jalan dan memberhentikan taksi. Hampir lima menit dirinya menunggu taksi yang tak kunjung ia temui. "Karina?" tanya seorang wanita yang datang dari arah kanan jalan. Karina merasa terpanggil dan menolehkan kepalanya. Ia mampu lihat dengan jelas siapa wanita yang baru saja memanggilnya, Nita. "Nita! Kemana aja? Kita baru ketemu!" ujar Karina antusias. Ia benar-benar di pertemukan kembali dengan semua sahabatnya saat kembali. "Baik, Rin. Kamu gimana?" tanya Nita. "Baik. Lo mau kemana?" Nita nampak kesusahan menjawab pertanyaan Karina yang terkesan mudah. Ia menatap pijakan kakinya kemudian kembali menatap sendu wajah Karina. "Mau jemput ke sekolah Siska, Rin." "Siska? Keponakan lo?" tanya Karina bingung. Pasalnya ia tahu betul Nita itu adalah bungsu dan tidak mempunyai adik. Nita tersenyum tipis. "Dia anak perempuan aku, Rin. Aku tahu kamu pasti kaget, ya?" ucapnya. Karina termenung di t
Baca selengkapnya
Bab 6 Curiga
"Terima kasih atas kedatangannya." Marcel menjabat tangan setiap orang yang hendak keluar setelah meeting selesai."Terimalah ini sebagai tanda terimakasih dari saya. Hanya kopi, tapi semoga bermanfaat, ya." Marcel dan Karina membagikan kopi kepada seluruh partner meeting. "Pak Marcel baik banget, padahal yang hadir lumayan banyak loh, Pak." "Eh tidak apa-apa, ini saya bawakan lagi takutnya ada yang tidak kebagian," ucap Kayla sembari membawa beberapa kopi lagi. "Tapi bukankah terlalu berlebihan jika uang perusahaan dipakai untuk barang yang tidak terlalu penting?""Tenang saja, ini pakai kartu kredit pribadi Pak Marcel!" ujar Kayla kegirangan. Setelah beberapa yang hadir meninggalkan ruangan, kini tinggal Marcel dan Karina juga tamu lainnya yang masih bersiap-siap atau hanya sekedar mengobrol dengan sesama. "Pak Marcel baik-baik saja kan?" tanya salah seorang di sana. Marcel tersentak. "Saya baik, tenang saja. Sepertinya akhir-akhir ini saya hanya kurang tidur saja," ucap Marce
Baca selengkapnya
Bab 7 Peceraian
Karina terus terduduk di depan pintu kamarnya. Ia tak mau siapapun masuk ke kamarnya saat ini. Termasuk ibunya. Sudah hampir 2 jam ia terdiam dengan pipi yang terus membasah. Karina sudah tak bisa menyeka air mata dengan tangannya sendiri. Selama ini, dirinya hanya mencoba tegar dan menerima semuanya. Ia mencoba untuk terus diam terhadap semua perlakuan ayahnya pada dirinya juga pada ibunya.Karina terlalu lemah. "Padahal semua udah mulai baik-baik aja, kenapa sih masalah datang lagi!? Padahal gue udah mulai nyaman kerja di tempat musuh gue! Padahal..." Karina kembali menangis dalam diam. Dadanya kembali terasa sesak. Ia tak punya siapapun, dirinya tak punya pegangan untuk kembali melangkah. Karina terlalu hancur untuk kembali membuka mata dan melihat dunia. Malam itu, Karina malah mengingat lagi kejadian yang sama sekali tidak ingin ia kenang. Kenangan yang terus membuat luka di benaknya. Perceraian kedua orang tuanya. Flashback On"Ma, kenapa kita pindah?" tanya Karina pada ibun
Baca selengkapnya
Bab 8 Luna
Karina mengusap wajahnya kasar, pagi ini ia sangat dibuat frustasi oleh keadaan. Gadis itu tak bisa berhenti memandangi dirinya di cermin. Cara satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menghubungi Kayla. "Halo, Kay!" panggil Karina. Kayla di seberang telepon menjawab, "Eh iya Kak? Tumben telepon ada apa?" "Itu, anu.. Kalo izin gak masuk kerja bisa gak?" "Oh, kalo itu biasanya langsung Kak Marcel yang handle. Jadi Kak Karina langsung hubungi Kak Marcel aja." Karina terdiam. "Oh, gitu, ya?" tanya Karina sambil terkekeh kaku. Karina menutup sambungan telepon dan kembali memikirkan nasib hidupnya selanjutnya. Ia menghela nafas berharap jika apa yang terjadi kemarin hanyalah mimpi semata. Karina pergi ke kamar mandi yang menyatu di kamarnya. 30 menit telah berlalu, Karina datang ke ruang makan hendak menyantap sarapannya. Ia tersenyum saat melihat punggung sang ibu. Namun senyumnya kembali pudar saat seseorang melempar tatapan ke arahnya. "Lo! Ngapain di sini!?" tanya Karina kaget
Baca selengkapnya
Bab 9 Cemburu
Karina menghela nafasnya setelah Ridwan mematikan sambungan teleponnya. Ia kemudian kembali duduk. "Siapa kak?" tanya Kayla. Bisa Kayla lihat perubahan suasana hati Karina yang memburuk. "Oh, itu... Keluarga," ucap Karina. Tentunya ia tak boleh membawa masalah pribadinya ke tempat kerja. Hanya cara yang Ridwan katakan lah yang bisa ia lakukan. "Aku mau rekomendasiin karyawan baru, itu langsung bilang ke Marcel, 'kan?" Kayla mengangguk, tak lupa ia meneguk kopinya. "Iya kak, langsung aja. Biar Pak Marcel tahu dan langsung ngasih surat persetujuan atau tidak," balas Kayla. "Marcel lagi ada dimana sekarang, ya?" "Biasanya ada di ruang pribadinya kak. Kakak coba cek aja." Karina mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya. Aneh, padahal hanya akan bertemu dengan atasannya. Tapi kenapa hatinya jadi lebih senang seperti ini. Namun sedetik kemudian, semua rasa senang itu Karina usir jauh-jauh. "Dia itu pacar Kayla, Rin! Inget! Gak baik deketin pacar orang!" gumam Karina di depan pintu
Baca selengkapnya
Bab 10 Emosi Meledak
Karina mengendus kesal setelah menghabiskan sebagian waktu malamnya untuk lembur. Dia menaruh tas kerjanya di meja rias lalu dengan buru-buru membaringkan tubuhnya di atas ranjang. “Aku merasa lelah hari ini, tetapi kenapa aku masih mau lanjut kerja di sini. Aku tidak tahu kenapa pikiranku berubah. Di awal aku ingin membuat Marcel memecatku tetapi makin ke sini tidak bisa dipungkiri kalau aku sudah cukup nyaman di tempat kerja, di sisi lain juga aku masih butuh uang untuk beberapa list harapanku sendiri,” gerutu Karina sambil memegang pelipisnya karena merasa sedikit pusing. Pandangan yang diarahkan ke langit-langit kamar itu seketika membuat Karina menatap sayu. Matanya pun kini mulai bergerak lambar hingga dirinya tertidur. Bayangan yang ada di pikirannya pada saat itu adalah soal Marcel yang masih saja mengacaukan hari-hari kerjanya. Kebersamaan yang tak terduga sebelumnya itu mengantarkan Karina hanyut dalam bayangan masa lalu saat masih bersama dengan Marcel sewaktu sekolah.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status