Terima_Kasih_Telah_Mencintaiku (1)
“Sukma, kamu itu sudah numpang di rumah ini! Pendidikan kamu juga cuma SMP! Kamu sudah ngerepotin Abah sama Ambu bertahun-tahun. Nih denger, ya! Harusnya kamu balas budi. Kamu jadi orang jangan gak tahu diri gitu, dong! Harusnya kamu bela aku di depan Abah, harusnya kamu bilang biar kamu saja yang nikah sama pria cacat yang sudah duda itu!” Prisilia melempar satu buah gelas yang tadi dipakainya untuk minum tepat di depan sukma yang sedang mencuci pakaian.
Gelas itu seketika pecah berserakan. Sukma menatap Prisilia dengan nanar.
“Sisil, yang sudah dijodohkan itu kamu kata Abah. Jadi seperti sudah ada kesepakatan gitu waktu Abah dulu susah dan ditolong mereka!” Sukma menjawab.
Selama ini dia diam bukan takut. Namun lebih pada mawas diri karena semenjak dia menjadi yatim piatu, dia diurus oleh keluarga Abah. Hanya keluarga Abah yang bukan siapa-siapa yang mau menampungnya. Karena kemiskinan keluarga Sukma, bahkan sanak saudara pun tak ada yang mau menerimanya.
Ambu dan Abah yang baru saja datang menghampiri keduanya di dapur. Abah menatap Prisilia.
“Sisil! Maafin Abah, tetapi Abah memang sudah berjanji menikahkan putri Abah dengan Putra keluarga mereka. Maafin Abah, tapi kamu memang harus menikah dengannya!"
“Gak mau! Abah kenapa gak nikahin Sukma saja! Dia selama ini cuma ngerepotin kita doang! Numpang makan, numpang tidur, gak ada guna juga Abah sama Ambu merawat dia dari kecil! Pokoknya aku mending mati dari pada nikah sama pria cacat itu! Aku ini cantik, berpendidikan, Bah! Aku ini calon orang sukses di masa depan! Gak mau aku menggadaikan kebahagiaan aku dengan menikah sama pria itu, mana cacat, duda lagi!” Prisilia berbicara panjang lebar.
Abah hanya menggeleng kepala. Watak Sisil memang keras.
“Ambu, tolong! Nikahin saja si Sukma, Bu! Ambu juga akan bahagia kalau dia udah gak numpang di sini lagi!” Sisil meraih tangan Ambu.
Ambu menoleh pada Abah. Benar mungkin yang dikatakan oleh putri semata wayangnya. Jika mereka harus mencoba.
“Abah coba bilang sama mereka, bagaimana kalau yang dinikahkan itu Sukma. Abah bisa bilang kalau Sukma ini putri angkat kita! Kasihan Sisil juga, Bah! Ambu juga gak setuju sih sebetulnya. Masa putri cantik kita harus punya suami orang lumpuh udah gitu duda lagi. Anggap saja Sukma membayar hutang budi sama kita, Bah! Toh hanya kita yang selama ini peduli.” Ambu menatap harap pada Abah.
Lalu Ambu melirik pada Sukma.
“Sukma, kamu sudah kami rawat selama ini! Numpang makan, numpang tidur di sini! Sudah saatnya kamu balas budi. Ingat hutang budi itu bisa dibawa mati, Sukma! Kamu mau, ya menikah dengan anak Pak Bagas gantiin Sisil?” Ambu menatap Sukma dengan tatapan tajam.
Sukma terdiam. Hatinya berontak tapi bisa apa. Sebetulnya dia sudah berjanji akan menerima lamaran Ahsan---putra dari Pak Camat. Lelaki itu sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan dengannya.
“T—tapi aku sudah terlanjur menyanggupi kalau akan menerima lamaran Mas Ahsan, Ambu!” Sukma menunduk. Ucapannya lirih hampir tak terdengar.
Ahsan berjanji setelah wisuda S1 nya digelar, dia akan datang melamarnya. Lelaki itu sering ketemu ketika Sukma diminta Ambu membantu acara-acara di kecamatan. Ambu ini salah satu pegawai PKK juga dan dia selalu melibatkan Sukma untuk meringankan pekerjaannya. Dari saat itulah hubungan keduanya semakin dekat.
“Ahsan biar nanti Ambu yang urus. Lagian Sisil juga baru saja putus. Mungkin nanti kalau Sisil mau, biar dia yang menggantikan kamu menikah sama Ahsan, kamu menggantikan Sisil menikah sama anak Pak Bagaskoro itu.” Ambu memutuskan.
“Ambu!” Abah hendak menyahut. Namun kedua netra Ambu membulat mengisyaratkan Abah untuk diam.
“Ambu nanti yang urus sama Nak Ahsan. Kalau dia ke sini kamu gak usah temui dia. Kamu bersiap saja untuk merawat diri agar nanti anaknya Pak Bagas suka sama kamu. Biar Sisil nanti anter kamu ke salon kalau keluarga mereka mau datang!” Ambu bertitah.
“Baik Ambu kalau dengan menikahinya bisa membalas hutang Budi. Aku bersedia!”
Sukma akhirnya menyerah. Toh selama tinggal bersama keluarga Ambu dirinya hanya seperti pembantu saja. Setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah dari shubuh sampai malam lagi. Jika sudah selesai, tak ada waktu juga untuknya bersantai. Ambu akan menyuruhnya menunggui toko sembako miliknya yang ramai dan memang kekurangan pegawai.
Selama ini, Sukma hanya menumpang hidup dan dimanfaatkan tenaganya. Awalnya dia sudah bahagia ketika Ahsan hendak melamar. Berharap memiliki kehidupan masa depan yang bahagia. Namun semuanya buyar, ketika ternyata dia hanya harus menikahi seorang duda lumpuh yang bahkan dia belum tahu mukanya.
Abah tidak banyak bisa melawan Ambu. Dia juga takut akan ancaman Sisil yang mengancam akan bunuh diri jika tetap dipaksa menikahi anaknya Pak Bagas---teman Abah masa muda dulu. Akhirnya hari itu, Abah mengurus kartu keluarga dan memasukkan Sukma menjadi anak angkatnya.
Setelahnya Abah mengirimkan foto Sukma yang sudah didandani. Gadis berlesung pipit itu tampak sangat cantik sekali bahkan melebihi kecantikan Sisil. Tidak berapa lama, Pak Bagas membalas dan menyetujuinya. Selama perempuan itu anak dari Abah, baginya tak apa.
Sisil tersenyum senang. Ambu yang menemui Ahsan ketika pria itu datang. Dia meminta Ahsan melupakan Sukma. Sebagai gantinya, Ambu mengenalkan Sisil pada Ahsan.
“Nak Ahsan, Sisil ini juga lagi kuliah S1 Cuma baru semester dua! Kalau Sukma itu malah gak ada pendidikan apa-apa, dia cuma SMP. Ambu sering ajak dia kalau ada kegiatan karena emang di sini gak ada kerjaan! Mungkin mulai hari ini, Nak Ahsan mulai lupakan Sukma, ya! Dia sendiri yang meminta untuk menikah dengan anak Pak Bagas. Mungkin sudah bosan hidup alakadarnya bersama kami di sini. Dia ingin hidup serba kecukupan di kota nanti!” Ambu menjelaskan panjang lebar.
“Saya gak nyangka pikiran Sukma sesempit itu! Baik Bu kalau begitu saya permisi!”
Ahsan berpamitan meninggalkan kediaman Ambu. Dia hanya melirik sekilas pada Sisil yang tersenyum malu-malu. Sukma yang mendengarkan dari balik kamarnya mengigit bibir. Menahan rasa yang tiba-tiba menyesak.
“Ya Allah, semoga aku bisa benar-benar hidup bahagia bersama anaknya Pak Bagas itu. Entah dia cacat, entah dia duda, jika Engkau sudah menentukan dia berjodoh denganku semoga semuanya yang terbaik.” Sukma menyeka air matanya sambil menatap punggung Ahsan yang sudah mulai menjauh dari jendela kamar.
TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (BAB 2)“Ya Allah, semoga aku bisa benar-benar hidup bahagia bersama anaknya Pak Bagas itu. Entah dia cacat, entah dia duda, jika Engkau sudah menentukan dia berjodoh denganku semoga semuanya yang terbaik.” Sukma menyeka air matanya sambil menatap punggung Ahsan yang sudah mulai menjauh dari jendela kamar.Derit pintu membuatnya menoleh. Sisil masuk sambil tersenyum sumringah. Dia duduk di tepi dipan tempat Sukma tidur selama ini.“Ahsan ganteng juga, ya, Ma? Kok dia bisa-bisanya sih jatuh cinta sama kamu yang kampungan gini?” Sisil menatap Sukma merendahkan, lalu dia lempar pandang ke sembarang arah. Sukma masih terdiam. Sisil melanjutkan perkatannya.
TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (BAB 3)Namun sial, terdengar suara Abah memanggil Sukma. Dasar Abah, memang gak tahu situasi dan kondisi.“Sukma! Sini, Nak! Ini calon mertuamu ada datang!” panggil Abah. Membuat langkah Sisil dan Sukma terhenti begitu saja.“Iya, Bah!” ujar Sukma sambil menarik tangannya dari Sisil.“Abah, aku mau dandanin Sukma dulu!” ucap Sisil sambil melotot ke arah Abah.
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (BAB 4)Selamat Membaca!“Aku kuat … aku kuat … aku harus melupakan dia ….”Sukma kembali ke kamar. Ditutupnya pintu itu rapat-rapat. Dia tidak mau mendengar apa saja yang diobrolkan Ahsan dengan Sisil.Dibukanya ponsel sederhananya. Ponsel yang hanya bisa melakukan panggilan sms karena ponsel yang dimilikinya itu ialah ponsel jadul bekas Abah. Itu pun sudah dia ikat pakai karet. Dia diberikan ponsel itu oleh Ambu agar mudah ketika Ambu butuh sesuatu.Terdengar suara notifikasi pesan masuk dan getar pada ponsel kecil itu. Ada pesan masuk rupanya. Sukma melirik sekilas. Namun dia abaikan.Gadis itu melanjutkan kembali kegiatan membuat cerita anak. Kerinduan pada almarhum Ibu pada akhirnya membuatnya menjadi lebih suka menga
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (5)Ahsan berjalan lunglai. Setelah diparkirkan sepeda motornya di halaman rumah dua lantai milik orang tuanya. Dia menuju ke dalam dengan perasaan tak karuan. Pikirannya masih tertaut pada Sukma. Kenapa perempuan itu sama sekali tidak ingin menemuinya, padahal dirinya sudah menurunkan harga diri dengan menghubungi nomor Sisil. Mendekatinya hanya untuk mencari alasan bertemu Sukma.“Baru pulang, San? Habis dari mana?” Bu Emilia---ibu Ahsan bertanya ketika anak bujangnya baru saja masuk.“Tadi ada perlu sebentar ke depan, Bu!” jawab Ahsan datar.“Duduk dulu, San! Ibu mau bicara!” ujarnya. Dia masih duduk bersandar pada sofa sambil menonton acara kesukaannya di televisi.Dengan malas, Ahsan menjatuhkan bobotnya p
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (6)Selamat Membaca!Hari minggu pagi. Sukma sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Ambu memintanya bangun dari jam empat pagi untuk beres-beres rumah dan menata semuanya. Sehingga menjelang pukul tujuh, semuanya sudah selesai.Usai menata sarapan nasi goreng bakso di atas meja. Sukma bergegas ke kamar. Dia mengambil pakaian yang dibelinya sendiri kemarin di pasar. Sukma minta di anter Bi Esih untuk memilihkan pakaian untuk hari pertemuannya dan sekaligus bertunangan katanya.“Ambu, Abah … aku pergi ke salon dulu! Katanya jam sepuluhan keluarga Pak Bagas akan datang, ya?” Tas kecil sudah diselempangkannya dan bersiap untuk pergi.
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (7)Selamat Membaca! Tetap tinggalkan jejak komen dan lovenya, ya! Makasih yang sudah dukung 🥰🥰🥰Sukma menoleh dan mengulas senyum menyambut Pak Bagas dan Bu Ayu yang turun sambil menggendong balita cantik dengan rambut dikuncir dua.Sementara itu, Sisil melongo menatap paras lelaki yang duduk di kursi roda itu. Wajah bersih dengan rahang tegas membingkai wajah dengan ekspresi datar itu. Hidung bangir dan bibir merahnya membuat Sisil menelan Saliva. Ketampanan anak Pak Bagas yang duda dan cacat ternyata dua kali lipat dari ketampanan Ahsan yang kini tengah digelayuti lengannya olehnya.“Apa kabar, Bu? Pak?” Sukma menyalami Pak Bagas dan Bu Ayu.
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (8)Selamat Membaca!Mobil yang dikemudikan oleh Pak Agus sudah mulai memasuki jalan tol. Jarak dari kediaman Abah dengan tempat tinggal Pak Bagas bisa ditempuh dalam waktu sekitar dua jam jika melalui tol. Namun tujuan mereka kali ini ialah ke sebuah pusat perbelanjaan yang bisa ditempuh hanya dengan satu jam saja.Bu Ayu mengamati Sukma yang tampak ketinggalan mode pakaian, ia merasa iba. Kelembutan hatinya seolah bisa meraba kehidupan seperti apa yang Sukma jalani di dalam rumah itu.Aira sudah mulai menguap. Sukma memeluknya dan membiarkan gadis kecil itu bersandar nyaman dalam pelukannya.Diusap-usapny
Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (9)Selamat membaca! Komenin sama lopein jan lupa, ya! 😁😁😁Lalu dia menyuap dengan cepat mengingat harus segera menggantikan Bu Ayu menjaga Aira. Bagaimanapun semua makanan itu terasa istimewa, terlebih perhatian dari seorang pria rupawan meski dalam segala keterbatasan. Namun, bukankah yang sempurna hanya milik Allah? Sukma tidak muluk-muluk mengharapkan Imam sesempurna Nabi Muhammad SAW, karena dirinya sendiri pun sadar jika masih sangat jauh dari sosok Sayyidah Khadijah yang mulia.Usai makan, Sukma menggantikan Bu Ayu. Dia gantian menjaga Aira. Sedangkan Raga duduk terpisah dan tampak sibuk dengan gadgetnya. Sesekali tampak lelaki itu melakukan panggilan.&nbs