Gavin Atmaja akhirnya tiba di kafenya, ia baru saja ke kampusnya setelah menyelesaikan tugas, di kafe terlihat Jiha tengah melayani pelanggan sementara itu di seberang Dean tengah bermain game seorang diri. Gavin lantas menghampiri Dean lalu duduk di hadapan Dean."Mama minta Lo pulang ke Bali," ujar Gavin tiba-tiba. "Buat apa?" jawab Dean ketus. "Lo gak boleh gitu lah Dean, bagaimana pun juga itu Mama Lo" ujar Gavin."Mama? Bang Gavin koma mereka gak dateng, cuma Bang Gavin yang aku anggap keluarga disini" jawab Dean tanpa melepaskan atensinya dari layar ponselnya. "Gue tau Lo marah, tapi ini gak baik Dean, mungkin aja mereka sibuk kan sampai gak bisa ke Jakarta" ucap Gavin."Terserah, gue gak mau pulang" final Dean lalu berdiri meninggalkan Gavin, sementara itu Gavin menghela nafas lelah. Jiha yang melihatnya akhirnya menghampiri Gavin. "Dean marah?" tanya Jiha. "Iya, Lo nanti bantu ngomongin Dean deh, tuh bocah keras kepala banget," ujar Gavin.Jiha lantas menatap keluar jendela, J
Jeffran menatap foto Lea yang terpajang di kamarnya, laki-laki itu sangat menyayangi Lea. Jeffran berjanji akan membalas perbuatan Raihan. Ia tidak akan pergi begitu saja sebelum membalas Raihan."Jeffran kita makan dulu yuk" ucap Aksa di ambang pintu kamar Jeffran yang terbuka. "Oke," ucap Jeffran. Siang itu Jeffran, Aksa dan Yeara makan bersama. "Ra, lo mau lanjut kuliah dimana?" tanya Jeffran memecahkan keheningan. Karena sejak tadi mereka tidak ada yang mulai bicara."Aku mau ke kampus kalian, ambil bahasa" jawab Yeara. "oh, kirain Lo mau lanjut sekolah di London" ucap Jeffran. "Jangan gue gak mau LDR soalnya" ucap Aksa. Semua orang tertawa mendengar ucapan Aksa."Hari ini gue mau ke kafe Gavin, lo berdua mau ikut gak?""Gue sih bisa," jawab Aksa seraya menatap Yeara."Kalian pergi aja, udah lama kan gak ngumpul bareng hari ini Yea mau di rumah aja" jawab perempuan itu. "Gak papa sayang?" tanya Aksara, sejujurnya ia tidak enak harus meninggalkan Yeara. "Gak papa kak Aksa ngumpu
"Brengsek!" Jeffran membanting ponselnya ke kasur saat mendengar suara Raihan, Jeffran buru-buru mengemasi baju-bajunya malam ini ia akan ke Bali menemui Lea, namun belum selesai mengemasi barang-barangnya ponselnya berbunyi kembali, ada panggilan dari Lea."Lea..." "Jeffran, aku ke jakarta ikut kamu ya... aku takut ada Raihan" ucap Lea dari seberang telepon."Aku jemput kamu sekarang," ucap Jeffran seraya memasukkan baju-bajunya ke koper."Gak usah, aku udah di pesawat sekarang" ucap Lea, Jeffran menatap layar ponselnya yang menyala, sudah pukul 8 malam. "Kalo udah sampe telpon aku lagi," ujar Jeffran lalu sambungan pun terputus.Jeffran akhirnya keluar dari kamarnya, ia terkejut melihat Papi berdiri di hadapannya dan sudah ada Aksa dan Yeara di sana."Pa-Papi?" "Aksa sudah cerita semuanya ke Papi tentang masalah kamu dan Lea, Papi merasa tidak setuju jika kamu menikahi wanita itu, kamu bukan orang yang wajib bertanggung jawab atas anak di perut Lea, Jeffran! Masa depan kamu masih
Jeffran akhirnya menghela nafas lega saat Papi telah pergi dari rumah Aksa, laki-laki itu lantas menghampiri Aksa. "Lea kemana?" Tanya Jeffran, Yeara juga menghampiri Aksa."Lea di kamar Lo," Jawab Aksa, Jeffran lantas segera pergi ke kamarnya. Di sana Lea terlihat menangis, hal itu membuat Jeffran merasa khawatir."Kamu kenapa?"Lea lantas menatap Jeffran dengan raut kecewa, "kenapa kamu gak ngomong kalo Papi kamu gak setuju sama pernikahan kita?" Sumpah demi apapun Jeffran sangat takut sekarang, dia bukan tidak mau memberitahu, Jeffran akan memberitahu Lea ketika ia sudah siap. Namun saat itu pikiran Jeffran masih kalut."Kamu juga membangkang lagi kan?" Jeffran tidak menjawab."Jeffran, gak semua hal bisa di gampangkan, Papi jauh lebih butuh kamu di banding aku jadi jangan membangkang Papi demi aku..." ucap Lea. Wanita mana yang tega membuat anak laki-laki dalam suatu keluarga durhaka pada orang tuanya sendiri."Aku gak Papa Lea, aku yakin aku bisa buat Papi luluh dan setuju sama
Aksa dan Yeara akhirnya pulang setelah pukul 8 malam, Aksa tersenyum saat melihat Yeara yang begitu bahagia saat ini. Aksa telah berjanji pada dirinya sendiri tak akan membuat perempuan itu menangis. Aksa lantas menatap istrinya yang membuat Yeara bertanya, "kenapa kak Aksa?" "Nanti kita ke festival lentera lagi ya, tahun lalu kamu sudah mendoakan aku untuk selalu bahagia, aku juga ingin mendoakan kamu" ujar Aksa."Kak Aksa masih ingat?" "Ingat dong sayang, namun saat itu aku brengsek banget sampai ninggalin kamu gitu aja," ucap Aksa, dulu ia meninggalkan Yeara yang tengah sakit demi mengejar Mira yang kala itu ia lihat di festival lentera. Yeara hanya tersenyum lalu membawa Aksa kedalam pelukannya."Kak Aksa jangan inget yang sedih-sedih terus, sekarang kan kita udah bahagia" ujar Yeara, Aksa pun menatap wajah istrinya lalu mengusap rambut Yeara dengan lembut. "Kita harus tetep sama sama terus ya sayang?" ucap Aksa, Yeara hanya menganggukkan kepalanya meskipun Aksa sudah terlalu s
Jeffran masih kesal dengan Kedatangan Raihan, mengapa laki-laki itu bisa di sana? Apa sekarang Raihan mulai memata-matai Lea? laki-laki itu lantas menatap Lea sebentar."Raihan belum punya nomor kamu kan?" Tanya Jeffran memastikan. Lea lantas menggelengkan kepalanya, " gak ada, emak kenapa?""Aku takut Raihan mata-matain kamu," jawab Jeffran."Maksud kamu Raihan jadi stalker?" "Iya," jawab Jeffran. Lea juga khawatir Raihan akan berbuat hal lebih dari ini. Lea tidak mau sampai Jeffran kenapa-kenapa, apa kabur adalah solusi yang tepat, namun Lea tidak setega itu untuk mengambil seorang anak laki-laki dari Ayahnya. Lea tidak mau Jeffran durhaka pada Ayahnya sendiri meskipun Jeffran melakukan ini untuk melindungi Lea. Jeffran sudah memberitahu Aksa, Gavin dan Kevin jika Raihan mengikuti Lea. Tindakan Raihan sudah tidak bisa dibiarkan lagi Jeffran harus melakukan sesuatu. ••• Aksa dan Yeara berada di kafe Gavin setelah mendapatkan kabar dari Jeffran bahwa Raihan mengikuti Lea. Aksa san
Aksa tersenyum saat melihat Mira, gadis itu tengah berjalan-jalan di sore hari bersama perawatnya. Saat ini Yeara memutuskan untuk menunggu di kamar rawat Mira, Yeara ingin memberikan waktu untuk Aksa dan Mira."Mira..."Perempuan itu tersenyum saat melihat Aksa, Aksa lantas menghampiri Mira lalu berjongkok untuk memeluk Mira yang duduk di kursi roda."Maafin aku ya baru Dateng," ucap Aksa, Mira lantas menggelengkan kepalanya. "Aku senang kamu masih disini Aksa" ucap perempuan berwajah pucat itu. Aksa jadi sedih saat mengingat Mira, di mimpinya yang panjang Aksa melihat Mira sehat dan bisa melanjutkan pendidikannya. "Aku senang bisa lihat kamu lagi Mira," ucap Aksa lalu mengusap wajah Mira dengan lembut, "kamu harus cepet sembuh ya..." ucap Aksa. Mira tiba-tiba menitihkan air matanya," aku takut banget saat kamu koma, Aksa..." ucap gadis itu."Aku masih disini Mira," ucap Aksa. "Jadi jangan khawatir, kamu harus tetep fokus sama kesehatan kamu, aku mau lihat kamu sembuh Mira" ujar Aks
Saat ini Gavin, Aksa, Dean, Kevin dan Jeffran telah berada di kafe milik Gavin. Kafe masih dibiarkan tutup bahkan Gavin sengaja menutup tirai dan membiarkan lampu kafe menyala saat siang hari."Gue udah ketemu sama mereka aja udah keringet dingin apalagi ketemu Raihan," ujar Gavin, Gavin masih kesal atas kejadian di hotel. Ia tidak ingin berurusan dengan para penjahat itu namun Kevin malah menyuruhnya untuk bertahan."Gue makasih banyak ya Gavin, karena udah mau bantu gue sama Lea. Lo boleh berhenti sampai di sini, gue gak akan melibatkan Lo lagi," ujar Jeffran namun perkataan Jeffran malah membuat Gavin tidak enak hati."Eh gak gitu kok, gue masih mau lanjut iya kan Kevin?" ujar Gavin, Kevin lantas menganggukkan kepalanya."Dalam beberapa hari mereka akan menghubungi Gavin lagi," ujar Kevin."Gue ada 300 juta lagi, kita pasang harga tinggi untuk barang mereka dan buat Raihan penasaran sama lo Vin," ucap Aksa."Sa, Lo gak usah sejauh itu lah Sa, 300 juta itu gak sedikit kemarin Lo uda