Setelah menghabiskan waktu selama satu minggu di desa Orishin, Rin dan Kyeo melanjutkan perjalanan mereka. Tanpa arah, hanya mengikuti kemana gadis Akibara hendak pergi. Benar-benar pengembaraan tanpa tujuan yang jelas.
Sama sekali tidak membuat sesosok iblis yang bersama Rin sejak beberapa lama mengeluh karenanya, justru Kyeo termasuk paling tenang dalam perjalanan. Kecuali jika Rin mengungkit dan membuat sang iblis kelelawar merasa terusik.
Kyeo mudah sekali marah jika ketenangannya diganggu, tetapi sepertinya Rin tak terlalu mengindahkannya. Ia masih saja menjaili Kyeo, suka dengan tindakan sang iblis ketika marah.
Gadis itu senang bisa menganggu sang iblis kelelawar. Baginya, mengusik Kyeo adalah salah satu pembalasan paling menyenangkan. Sebab iblis itu suka sekali menggodanya di saat-saat dirinya tak ingin diganggu.
&nb
Kyeo menyeringai, rencananya dalam mengerjai sang gadis Akibara berjalan dengan sukses. Lihat betapa memerahnya wajah gadis itu, bagaikan buah merah delima yang sudah kelewat matang. Belum lagi peluh yang membasahi wajah gadis yang masih ditindih olehnya kini, benar-benar terlihat lucu. Kyeo tahu gadis itu sedang gugup karena posisi mereka yang begitu intim. Bahkan dirasakan olehnya, tubuh sang gadis memanas, seperti orang yang sedang terkena demam tinggi. "Hei," panggil Kyeo, memastikan apakah gadis itu masih sadar atau tidak. Mustahil pingsan dengan mata terbuka, bukan? Rin merasa napasnya tercekat di tenggorokan, ia tak kuasa mengeluarkan kata-kata sahutan kepada sang iblis kelelawar. Ia hanya sanggup membalas tatapan Kyeo yang begitu memabukkan. Manik kuning itu bergerak, menjelajahkannya pada tubuh gadis miko yang berada di bawahnya.
Dunia mimpi adalah lautan impian semu yang didapatkan oleh hampir setiap orang di kala tidur. Apa pun bisa terjadi di dunia mimpi, menjadi pahlawan yang menyelamatkan negeri serta dikagumi oleh seluruh rakyat, bahkan menjadi monster menakutkan yang menghancurkan seluruh jagat raya sekalipun. Semua tak ada yang mustahil di sana. Sayangnya, mimpi hanyalah angan-angan yang tidak bisa direalisasikan dengan mudah. Perlu banyak perjuangan dan usaha untuk mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata. Semua orang dapat bermimpi, tetapi tak semua orang bisa memujudkan impiannya. Agaknya, hal itu pulalah yang menjejali pikiran seorang pemuda berparas tampan yang sedang duduk diam di atas kursi kedai. Tampaknya ia sedang berkutat dengan alam pikirannya, terlalu sibuk memikirkan sesuatu hingga tak memedulikan sekitar. Impiannya yang ingin memperoleh kekuatan dari pohon Sensa mendadak luntur saat menget
"Hei, Kyeo!" Sapa gadis itu lagi ketika tak mendapat respons dari sang iblis kelelawar. "Turunlah ke bawah sini! Ada yang ingin kutunjukkan padamu!" Kyeo mendengkus. Gadis itu kerap sekali memerintahkan sesuatu yang tidak berguna kepadanya, membuat sang iblis kelelawar mendadak kesal terhadapnya. Bahkan sekarang saja, di saat ia sedang bersantai dengan tenang, gadis itu tiba-tiba saja muncul dan berteriak kencang memanggil namanya. Rin benar-benar ... manusia yang unik. "KYEO!" Rin kembali berteriak lantang. "Kau mendengarkanku, kan?" Tanya sang gadis, suaranya terdengar kesal. Sudah beberapa kali ia memanggil nama Kyeo, tetapi sang iblis sama sekali tidak memedulikannya. Lehernya sudah sakit, karena dipaksa mendongak ke atas secara terus-menerus. Gadis itu terus saja meneriakkan nama sang iblis kelelawar. "Kyeo!!" Teriaknya, berharap kali ini K
Yuuto memandang langit siang yang terik dan cerah, secerah suasana hatinya sejak bangun dari tidur dengan semangat menggebu di dalam dada. Pemuda itu baru saja menyelesaikan salah satu latihan beratnya di sebuah kawah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi bersama sang guru—Hiroshi. Awalnya, Yuuto sempat merasa khawatir karena ia dan sang guru akan menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk berlatih tanding di sana. Pemuda itu takut jika gunung merapi itu ternyata masih aktif dan tiba-tiba saja meletus lalu menyemburkan lahar yang begitu panas. Bukan tak mungkin, cairan itu akan melelehkan tubuh mereka seperti larutan yang lengket. Akan tetapi, setelah beberapa kali Hiroshi menerangkan kepada Yuuto bahwa tak akan terjadi apa-apa kepada mereka ketika berlatih di sana, akhirnya ia berhasil menyakinkan anak muridnya itu. Sehingga pemuda yang memiliki senyum manis dan bertubuh jangkung yang awalnya t
"Kenapa kau bisa berada di tengah hutan seorang diri, Yuuto?" Zura bertanya kepada pemuda yang beberapa saat yang lalu sudah ditolong olehnya. Yuuto tertawa pelan, lalu menggaruk kepala bagian belakangnya dengan canggung. "Hahaha, aku ya? Sebenarnya aku tadi sedang latihan saja," jawabnya yang kemudian diakhiri kekehan pelan. Zura mengangguk-anggukan kepalanya perlahan, seperti sudah memahami apa yang diterangkan oleh Yuuto. Pemuda iblis dengan kimono putihnya yang tipis itu lalu mengangkat tangan kanannya, kemudian memutarnya pelan di udara seraya berbisik pelan. Secara tiba-tiba, keluarlah cobek beserta ulekan dan beberapa lembar tanaman obat dari ujung jarinya, yang kemudian jatuh ke tangan sang pemuda iblis. Zura lalu menaruhnya ke tanah, dan menyusunnya sebentar. Ketika ia menengadahkan wajah menghadap manusia yang ia tolong, seulas senyum tipis terulas begitu saja ketika ia meliha
"Wah, akhirnya kita sampai juga, Kyeo!" Rin berseru dengan gembira, dengan polosnya ia meloncat bak anak kecil yang kegirangan mendapatkan mainan baru, sedangkan Kyeo yang melihat tingkah sang gadis Akibara hanya merotasikan matanya dengan ekspresi bosan. Mereka berdua baru saja tiba di sebuah gua yang menjadi tempat tinggal biksu pertapa yang dipanggil Isamu oleh Rin. Namun, mereka tidak mendapati keberadaan pertapa tua itu di sana. Gua itu kosong dan tak terlihat ada seorang pun di dalamnya. Rin tampak kebingungan, beberapa kali ia celingak-celinguk di depan gua. "Ah, Guru Isamu pergi kemana ya?" gumam sang gadis Akibara. Ia masuk ke dalam gua dan memeriksa semua sudutnya, tetapi nihil. Mustahil sang guru bersembunyi di dalam celah-celah bebatuan gua, bukan? Rin sangat tahu bahwa sang guru akhir-akhir itu memang suka sekali berpindah tempat dari satu lokasi ke lokasi lainnya, sekadar untuk menemukan tempa
Rin duduk di depan rumahnya sembari bersenandung riang. Suasana desa Anohagaku ketika siang hari memang begitu tenang, membuat hatinya menjadi lebih damai. Hari itu cuacanya memang begitu panas, teriknya matahari terasa membakar kulit siapa saja yang kebetulan tak sedang bernaung di bawah atap. Gadis itu mendadak memikirkan keadaan Kyeo yang sebelumnya berpamitan pergi keluar rumah. Pergi kemanakah dia? Rin sungguh ingin tahu kemana perginya iblis itu. Kyeo memang mengatakan ia akan pergi sebentar, tetapi hingga menjelang sore ia belum juga kembali ke rumah. Padahal hari itu Rin berencana mencari keberadaan Isamu bersama Kyeo, gadis itu merasa tidak enak meninggalkan pria tua itu sendirian. Setelah mendapat cara untuk menjadi kuat dari Tatarimokke—yaitu membebaskan iblis kelelawar dengan cara belajar kepada Enzu, lalu berpetualang berhari-hari bersama Kyeo, Rin belum pernah bertemu lagi dengan Isamu sejak hari di mana ia
Kyeo menyandarkan punggungnya di batang pohon. Jaraknya yang terlalu jauh dari gadis Akibara membuat Kyeo merasa aman dan yakin tidak akan ketahuan oleh gadis yang sudah berhasil membebaskannya dari segel. Akan repot jadinya jika gadis itu sampai mengetahui bahwa Kyeo—iblis yang terpandang dan hebat luar biasa—ketahuan sedang mengawasi setiap pergerakannya. Bisa-bisa gadis itu akan terus menggodanya, dan Kyeo sangat tidak mengharapkan hal itu terjadi. Penglihatan yang tajam dan pohon yang tinggi benar-benar menguntungkan Kyeo dalam mengawasi setiap gerak-gerik sang gadis Akibara. Entah karena alasan apa ia memperhatikan gadis manusia itu, Kyeo sendiri pun tak tahu alasannya. "Tunggu, apa yang sedang ia lakukan?" Dalam ketenangannya mengawasi sang gadis dari atas pohon, Kyeo melihat gadis itu menarik seorang pria muda beserta seorang kakek-kakek tua menuju ke arah kediaman me