Rin merapikan diri, bersiap untuk pergi berlatih bersama Kyeo, saat tiba-tiba saja sang kakak mencegat langkahnya di depan pintu keluar—tepat di depan kamarnya. Ia menatap kedua mata Yuuto lekat-lekat. "Ada apa, Kak?" tanyanya cepat.
Yuuto langsung menangkup pipi Rin seraya memperhatikan luka lecet dan memar keunguan di leher adiknya dengan cepat. Matanya memicing tajam, "Lehermu kenapa?" tanyanya penuh selidik. Ia baru menyadari memar itu setelah kembali lagi ke rumah adiknya.
Rin berusaha menutupi bekas cekikan Kyeo dengan rambut panjangnya, menimbulkan ketidaksukaan dari sang kakak yang sedari tadi memperhatikan.
"Rin, jawab Kakak," pinta Yuuto dengan nada tegas.
Gadis itu hendak menceritakan semua yang terjadi kepada sang kakak, menjelaskan sampai tidak ada lagi kesalahpahaman. Namun, ia urungkan niatnya ketika melihat Kyeo sudah berdiri di ambang pintu masuk dengan tang
Di tengah hutan yang lebat, kala tengah malam menjelang, terlihatlah asap mengepul di satu titik. Aroma pembakaran daging tercium dari puluhan meter, membuat para serigala hutan melolong satu sama lain dari atas tebing yang tinggi. Yuuto meraih sebuah ranting sedang dan panjang yang telah dibersihkan, ia lalu mengambil seekor ikan yang didapatnya dari sungai yang berada tak jauh dari sana. Kepulan asap sebelumnya berasal dari api unggun yang pemuda Akibara itu nyalakan. Malam yang dingin dapat sedikit ditaklukan dengan kehadiran api yang menyala dari tumpukan kayu yang terbakar. Yuuto yang sudah selesai menusuk ikan berukuran sedang miliknya, segera menancapkannya ke dekat api unggun yang menyala. Sembari menunggu ikannya matang, Yuuto terlihat merenung memikirkan sesuatu. Kedua tangannya tergenggam satu sama lain, sorot matanya tertuju pada api yang tengah membakar makan malamnya, sesaat kemudian ia mengus
Zura tersenyum tipis ketika melihat betapa posesifnya Kyeo kepada sang gadis Akibara. Ada sedikit perasaan tidak rela di hatinya saat melihat Rin dipeluk mesra oleh lelaki iblis lainnya. Hanya dia saja yang boleh memeluk gadis itu dengan mesra, dulu. Namun kini, ada orang lain yang juga menginginkan gadis yang ia cintai. Terlebih lagi, yang menginginkan gadis itu adalah iblis dengan kasta tertinggi di dunianya. Apakah Zura pantas memiliki gadis sebaik Rin? "Kami berdua membahas tentang—" "Tidak ada apa-apa, lupakan saja masalah ini!" Sang iblis kelelawar menjawab dengan nada emosi. Rangkulannya di pinggang Rin semakin bertambah erat. Dapat Rin rasakan sesuatu yang tidak pernah Kyeo tunjukkan kepada orang lain, termasuk juga kepada dirinya sendiri. Sebuah perasaan kuat dari sosoknya yang sama sekali tak ingin miliknya dibagi kepada orang lain. Menyentuh miliknya pun, akan membuat t
Bukan Kyeo namanya jika ia tak merasa kesal saat melihat Rin dan Zura berada di ruangan yang sama, terlebih lagi, di sebuah kamar yang awalnya hanya dipakai oleh Rin saja! Mereka satu kamar ... di tempat tidur yang sama ... dengan hanya satu ranjang kayu sederhana di sana. Bagaimana bisa Kyeo merasa tenang saat mungkin saja iblis Onigama itu mendekati sang gadis di saat gadis itu tidur?! Baiklah, ini memang tidak seperti Kyeo yang biasanya. Kyeo di hari-hari biasa itu selalu mengabaikan Rin dan tak peduli terhadap keberadaan sang gadis. Namun, iblis itu berubah saat menyadari ada sesosok iblis lainnya yang juga dekat dengan sang gadis Akibara. Kyeo tidak suka fakta ini. Terlebih lagi, iblis itu seperti menyimpan rasa kepada Rin, lalu jika itu tidak cukup, Kyeo juga tahu jika Rin pun menaruh rasa kepada iblis berwajah babyface itu! "Cih, mereka gila," maki Kyeo seraya mendengkus kesal. S
Rin pikir, dengan berakhirnya pembicaraan di antara mereka pada siang hari itu, Kyeo akan sadar dengan tingkah lakunya yang menyebalkan, lalu pulang ke rumah mereka seperti tidak terjadi apa-apa. Namun, dugaan Rin salah. Nyatanya iblis itu tidak kembali juga walau hari sudah gelap dan matahari telah bertukar posisinya dengan bulan. Kyeo nyatanya tak kembali juga ke rumah sang miko sampai berjam-jam lamanya. Meski sebelumnya Kyeo sempat mengungkapkan semua kekesalannya kepada sang gadis Akibara, tapi ternyata itu tak cukup bisa membuat Kyeo kembali pulang ke rumah. Rin sungguh tak mengerti. Apa yang Kyeo inginkan sebenarnya? Ingatan gadis itu lantas melayang pada ingatan siang hari itu, di mana Kyeo hampir saja mencium bibirnya. Rin lagi-lagi tak mengerti. Itu tak seperti kebiasaan Kyeo yang Rin ketahui. Yang gadis itu tahu tentang sang iblis adalah Kyeo suka sekali mengejutkannya dengan serangan tiba-tiba.
Setelah kejadian di mana Kyeo memeluk Rin dan diam seribu bahasa itu, kedua orang berbeda jenis kelamin itu pun duduk bersandar di bawah pohon yang sebelumnya menjadi tempat Kyeo menenangkan diri. Kyeo tak mengucap apa-apa saat itu. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh sang gadis Akibara. Mereka sama-sama diam dan menikmati keheningan yang tercipta. Rin yang duduk di sebelah Kyeo lantas melirik iblis itu sekilas, lalu kembali menatap kedua kakinya yang mengenakan alas kaki sederhana. Gadis itu sama sekali tak menggunakan geta* yang setiap hari ia kenakan saat memakai pakaian miko. Rin sengaja memakai alas kaki yang tipis beserta kaos kaki tebal ketika pergi keluar dari rumah secara diam-diam demi mencari keberadaan Kyeo. Dan inilah yang dia dapatkan, Kyeo sedang bersandar pada bahunya sembari menatap langit malam yang gelap. Angin malam di bawah sebuah pohon besar benar-benar membuat Rin merasa kedinginan
Sesaat sebelum Rin dan Kyeo pulang ke rumah mereka yang tampak sederhana dari luar, mari kita mengintip sedikit ke kamar berukuran 4 x 5 m yang saat itu sedang dihuni oleh seorang pemuda tampan. Pemuda itu berbaring sendirian di atas lantai yang hanya beralaskan selimut tebal yang tampak kumal. Namun, hal itu sama sekali tak membuatnya risih. Dia tetap berbaring di sana dengan nyaman seolah itu adalah tempat tidur yang memang dirancang khusus untuknya. Tempat yang nyaman dan empuk. Zura adalah nama panggilan dari sang pemuda yang saat ini sedang melamunkan suatu hal. Sembari menatap langit-langit kamar yang dibaginya bersama sang pemilik rumah, Zura pun terkenang dengan masa lalunya sebagai seorang manusia. Dengan berbantalkan kedua tangan yang dilipatnya di belakang kepala, Zura kembali menyelami ingatan yang tak seharusnya dia gali lagi karena itu sama saja dengan mengingat luka lama. Masa lalunya yang be
Alangkah terkejutnya Zura terhadap apa yang baru saja dia lihat di depan mata. Rin, gadis yang ditunggunya selama beberapa jam lamanya, gadis yang telah dinantikan olehnya di dalam kamar mereka, kini sedang berada di pelukan pemuda lain dengan posisi yang sangat mencurigakan. "Rin?" panggil Zura di tengah rasa keterkejutannya. "Apa yang sedang kau lakukan?" Pertanyaan yang sarat dengan rasa kaget itu timbul ketika melihat posisi kedua orang di depan matanya. Tampak Rin sedang mengurung Kyeo dengan mencengkeram kedua tangan sang iblis kelelawar, hingga membuat pangeran Dunia Kematian itu terpojok di dinding dengan tubuh bagian depan sang gadis yang menempel di dadanya. Bahkan, posisi itu tampak seperti Rin yang sedang mengancam dan menindih tubuh Kyeo karena ada maksud tertentu. Oh, jangan salahkan Zura dengan segala daya khayalnya yang tinggi. Siapa saja akan berpikiran buruk jika berad
"Kyeo, tenanglah," pinta Rin sembari melirik Zura. "Bagaimana kalau kita duduk di depan saja?" Kyeo mengerutkan kening. "Duduk di mana?" tanya sang iblis dengan nada sinis. Dia kembali mendengkus kesal saat Rin lagi-lagi melirik Zura, dan gadis itu dengan beraninya melakukan itu di depan matanya. Semakin kesal lah Kyeo saat ini. Zura tersenyum tipis, berusaha tak semakin memancing kekesalan Kyeo yang sekarang sedang berada di suasana hati yang kurang baik. "Kita duduk di ruang tamu saja, Kyeo-sama. Apa Anda ingin tidur sekarang?" Melihat kesopansantunannya Zura, Kyeo malah mendengkus. Tak mencerminkan sosok iblis yang menakutkan, batinnya kes. Lihat bagaimana cara iblis Onigama ini tersenyum. Sama sekali tak menunjukkan kekejaman bangsa iblis. Bukankah iblis itu harus kejam dan mematikan? Entah karena alasan apa yang membuat Yamasuke—penguasa Dunia Kematian—menjadikannya seo