“The moon will guide you through the night with the brightness, but it will always dwell in the darkness, in order to be seen.” - Shannon L. Alder
_____
Ketika semuanya terasa gelap, tidak ada cahaya sedikit pun yang ku lihat, yang terasa hanya kehampaan.
"Dimana aku?". Ucapku lantang..
Aku berharap siapapun bisa membantuku untuk keluar dari kegelapan ini. Aku berjalan terus menerus entah kemana arah kakiku melangkah. Lelah? Jelas saja, tapi aku lebih memilih untuk merasakannya dan menemukan jalan untuk keluar ketimbang harus diam dalam kegelapan seorang diri.
"Siapapun.. tolong keluarkan aku dari sini!". Ucapku lagi dengan sedikit teriakan.
Sampai saat secerca cahaya nampak di depan mataku, cahaya itu berterbangan berkumpul pada satu titik berubah mengambil form wolf, yang awalnya ku yakini adalah Dami.
"akhirnya Dami kembali"
Langkah kaki & wangi aroma tubuh Anthoni tercium semakin mendekat berjalan ke arah ruanganku."Masuklah" ucapku bahkan sebelum anthoni mengetuk pintu terlebih dahulu."Hormat saya Nona Aqueene, Alpa Jasson sudah menunggu anda di mainhall bersama para tamu undangan".Aku tersenyum menatap Anthoni, "baiklah, 10 menit lagi aku akan turun. Kau duluanlah anthoni". Ucapku memintanya dengan lembut.Walau sebenarnya jauh dalam lubuk hatiku, begitu banyak ketegangan dan tekanan yang kurasakan sekarang. Dan bagaimana aku bisa berdiri tegap tanpa Dami di sisiku."Huff, sadarkan dirimu Ene. Sebentar lagi Dami pasti akan kembali, yap! Aku harus bersiap-siap sekarang".Melangkah ke arah lemari pakaian, memilih pakaian terbaik dan sedikit berpoles, agar wajah pucat ku tak teelihat dihadapan para rakyat Koloni dan juga para tamu undangan."Walaupun di tentang, setidaknya penampilanku tid
Haruskah perang terjadi lagi?Jika waktu bisa diputar kembali, jiwaku tidak akan berkelana cukup jauh hanya untuk kembali menyaksikan kekelamanku.____"MAJULAH, akan ku bunuh kalian semua"."CUKUP!". Tiba-tiba saja Lucianna muncul, tepat detik-detik dimana Dami akan menghabisi mereka yang tidak setuju ataupun membatah keputusan Koloni kami."Aku, Noblesse perantara para kaum dunia Immortal memperingatkan kalian para werewolf untuk tidak mengulangi kesalahan yang pernah leluhur kalian lakukan. Jika kalian mengabaikan peringatanku, penguasa Dunia Immortal akan menghancurkan kalian tanpa tersisa sekalipun".Kali ini aku merasa Dami sedikit menurunkan level niatnya setelah mendengarkan ucapan Lucia dan kembali mengambil form human."Heh! Dasar Noblesse gila... Setelah menyegel kekuatanku, sekarang kau datang untuk menakut-nakuti bangsaku". Ucap Dami melalui min
"Damicielle, please! Jangan lakukan itu". Gemah seorang lelaki terdengar cukup jeles sedang terisak dengan pilunya."Maafkan aku dan tetaplah seperti ini, semuanya adalah kesalahan sejak awal, tidak seharusnya kita bertemu. Walau Moongoddess mengikat takdir kita, tapi biarlah aku yang menanggung semuanya"."Tidak..... Ku mohon! Ku mohon jangan, Dami. Akan ku lakukan hal yang sama jika sampai itu terjadi. A...a..atau biarkan aku menyelesaikan ini, hmm? Aku tidak ingin kau menanggungnya sendiri". Ucapnya lagi."Maafkan aku MATE! ".🥀"TIDAAKKK!"..."Hah hah hah".Aku terbangun dengan mimpi buruk yang sama namun versi yang berbeda. Kali ini sangat menusuk dan menyesakkan dadaku. Bermimpin kembali tentang Dami yang mengakhiri hidupnya dan juga tentang seseorang yang ditinggalkannya."Siapa Lelaki itu...?"
New Forest Hampshire, Inggris."Kita sudah sampai di perbatasan wilayah Koloni Redmoon". Ucap Anthoni, setelah memberhentikan mobil yang kami kendarai. Aku terperanga menyaksikan pemandangan yang sangat indah menyambut kami."Walau terlihat indah, hutan ini terkenal dengan makhluk-makhuknya yang menakutkan serta bringas, dikalangan manusia hutan ini terkenal dengan kemistisannya". Timpal Groovin, salah satu guards yang ikut bersamaku, papa dan anthoni untuk menghadiri undangan dari Koloni Redmoon.Di depan perbatasan kami dijemput dan dikawal oleh beberapa barisan warrior hingga sampai ke kediaman Alpa Christian Maagsolf, pemimpin Koloni Redmoon yang sebentar lagi akan mengakhiri masa jabatannya."Sepertinya kita Koloni pertama yang tiba". Ucapku setelah melihat keadaan diseke
"Lapor Alpa, saya sudah mengintai disekeliling, belum ada pergerakan yang mencurigakan sejauh ini". Ucap Groovin melalui mindlinknya."Kau yakin?" Tanyaku sekali lagi memastikan."Yakin Alpa, tapi jika Alpa mengijinkan, saya akan berputar sekali lagi untuk memastikan dengan lebih yakin""Hm, tidak perlu Groovin. Kita percayakan saja pada para warrior pack ini! Kau tetaplah disini menemaniku".Sisa beberapa menit lagi acara pelantikan Alpa baru beserta dengan Luna dari pack koloni Redmoon akan segera dimulai. Aku berpenampilan alakadarnya, entahlah! Rasanya terlalu malas untuk memoles wajahku dengan make up. Lipstik pink menjadi pilihan, agar tetap anggun di pandang mata dan tentunya tidak membuat wajahku terlihat pucat pasih, dengan style long dress berwarna Navy, aku berjalan mengitari Mainhall kediaman Redmoon hingga sampai ke tempat acara Ex-mateku."Aku sama sekali belum melihat gadis yang akan disandingkan dengan Arrone" ucapku membatin semba
"Beristirahatlah Alpa, besok kita akan melakukan perjalanan sebelum matahari terbit". Ucap Anthoni, sebelum akhirnya meninggalkan ruanganku.Malam ini begitu dingin, terasa putaran angin menembus pori-pori kulitku. Malam yang sungguh berkesan! Aku harus menyaksikan dengan kedua mataku, takdir berbalik arah mengkhianati jalannya. Inilah resiko yang harus ku tanggung ketika melawan takdirku sendiri.Aku mencoba menentralkan perasaanku dibawah gelapnya awan malam tanpa hamparan bintang dan cahaya bulan, yang hanya menyisahkan hawa dingin yang menggelitik sekujur tubuhku.Seketika mataku yang merabah keberbagai arah menangkap sosok berkerudung hitam berlari melewati jembatan dimana blackwitch sempat terlihat."Siapa itu?" Batinku."Jika dia adalah blackwitch yang ku lihat kemarin, tentu saja aku bisa langsung mengenalinya dari aroma busuk yang ditimbulkan, tapi... Tapi apa ini? Aromanya adalah
Hutan yang indah, kini dipenuhi dengan hawa mencekam. Ketakutan dan kemarahan mengambil ahli seisinya. Kaum yang terkuat memajang ketangguhan mereka, menikmati setiap peperangan di dasar Bumi yang tua. Mereka yang datang membawa kemurkahan, yang pergi mepninggalkan dendam. Siapakah yang berani bertanya padanya? Hanya Takdir yang mampu berbicara._______Tok, tok, tok"Alpa, anda sudah bangun?"..."Hah, hah, hah"Aku bangun dengan nafas terkecat. Berusaha menghirup udara sebanyak mungkin dan mengisinya dalam ruang paru-paruku."Alpa".Suara anthoni membuyarkan ketegangan yang diciptakan mimpiku semalam."Ya, 10 menit lagi aku keluar"."Baik Alpa".Sekarang sudah tidak tercium aroma tubuh Anthoni. Aku kembali me
Perjalanan kali ini memakan waktu cukup lama, entah mengapa waktu serasa berputar sangat lambat."Kau baik-baik saja, sayang?" Ucap papa lembut menanyakan keadaanku.Aku tersenyum mengiyakan dengan sedikit anggukan. Namun jika boleh jujur, kejadian yang ku peroleh hari ini benar-benar membuat isi kepalaku penuh dengan segala persoalan yang ada dan tentu saja dengan fakta-fakta baru yang ku temui.Setelah sampai diperbatasan, beberapa warrior tampak berlari menghampiri mobil, memberi hormat dan ucapan selamat datang kembali untuk rombongan kami. Sesampainya di kastil, aku memutuskan untuk segera beranjak ke ruanganku tanpa bertemu siapapun, termasuk mama dan El.Aku merebahkan tubuh dikasur yang empuk, memejamkan mata sejenak dan berusaha merelexkan pikiranku. "Apa yang harus ku lakukan jika benar kutukan itu terus berjalan?".Sepertinya kali ini aku & Dami kembali mengambil