Hari ini terakhir masa Orientasiku. Masa pengenalan untukku sebagai Mahasiswa angkatan baru, mengenali bahkan mendalami sarana tempatku menata Ilmu seperti apa. Oya, by the way lupa bilang ke kalian kalau aku berkuliah di Jurusan Bisnis Marketing Universitas of London. Tempat kuliahku termasuk ke dalam lima Besar Univ terbaik di UK.
Hari ini aku merasa sedikit aneh dari biasanya, ini terjadi sedari pagi hari. Papa juga sedikit mempertanyakan kondisiku sebelum mengantarkan aku ke kampus. "Perasaan aneh apa ini?" Batinku. Irama jantungku serasa lebih cepat dua kali lipat dari biasanya, dan hari ini insting dan penciumanku terasa sangat aktif, beberapa aroma menarik perhatian dan beberapa lagi terasa mengguncang perutku.
"Hay Ene, Are you okey?" Tanya salah satu teman dekat yang ku temui saat Ospek. Namanya Lucianna Acyellen. Gadis cantik berambut ikal cokelat sebahu, warna matanya mengikuti warna rambut, terlihat Indah dengan bulu mata panjang dan alis yang tebal, hidung mungil dan juga senyum yang menawan. Tingginya dibawah sedikit dariku.. aku 172cm, for your information, hehe. Dan sepertinya Lucia memiliki tinggi sekitar 168-170cm.
Dia salah satu gadis yang hari ini ku tahu banyak di dekati para lelaki di jurusan kami. Apakah dia famous? Hm.. maybe, gak bisa bilang tidak juga, karena terbukti baru beberapa hari pengenalan di kampus, dia sudah didekati oleh banyak kakak tingkat. Okey! Back to the topic, hari ini sungguh tidak seperti bisanya, tunuhku benar-benar memberikan respon yang tidak baik. Aku hanya ingin segera pulang dan istirahat dirumah.
"Ene.. " Aku sontak menoleh ketika Lucia mencoba menyadarkanku. Jarinya menunjuk ke arah Presiden BEM a.k.a Arrone yang sedang duduk bersebrangan denganku, memperhatikan ke arah kami berdua. Entah mengapa aku hanya memanggilnya Arrone tanpa embel-embel 'kak'. Ketika aku menoleh, mata kami bertaut satu dengan yang lain membuat desiran darahku terasa mengalir dengan cepat.
"What strong with me???"
Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Suara itu muncul kembali di kepalaku. No!!! Gak mungkinkan aku menunjukan perubahan mataku di tempat umum seperti ini.
"Kontrol Ene, kontrol!". Ucapku dalam hati. Aku berusaha mengalihkan fokus pikiran, tapi apa ini..
"Demicielle, Mate, Demi, Mate.." Kata-kata itu terus saja muncul dikepalaku.
"Aghh, a.. ak.. aku!"
#.Pov Lucianna
Aku Lucianna Acyellen seorang Noblesse yang diutus atau mungkin lebih tepatnya dikutuk untuk menjadi penjaga darah murni Werewolf seumur hidup, di luar dari tugasku sebagai penengah dan penjaga perdamaian dunia immortal. Entah apa yang dilakukan leluhurku dulu sampai-sampai aku harus menjadi seperti sekarang ini.
Beberapa bulan lalu, Anthoni De Cassio dari Koloni Bloodmoon, datang menemuiku secara terang-terangan dan memberi tugas untuk mencari tau tentang Alpa mereka yang telah lama menghilang. Selama ini yang ku tau werewolf memiliki Alpanya masing-masing dari setiap Koloni yang ada. Namun setelah mendengarkan penjelasan Antonio, aku sedikitnya mengerti dan mulai tertarik untuk mengetahui siapa sang Alpa yang telah meninggalkan koloninya hanya karena sebuah rasa 'Cinta' dan hubungan terlarang yang ia pertahankan.
Aku begitu sangat mudahnya mengetahui dimana kediaman mereka berada, entah karena kehebatanku atau memang karen Anthoni sengaja memberiku pekerjaan yang dia sendiri malas untuk lakukan. Dan perlahan aku menyadari ke anehan yang terjadi, sang Alpa yang bernama Jasson Alwolf ini, memiliki keturuan sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sedikit berbeda dari keturunan-keturunan werewolf yang lain. Namun sejauh ini kehidupan mereka baik-baik saja.
"Apakah aku harus membawanya kembali ke koloni?" batinku.
Aku menyadari jika sang Alpa memiliki aura yang luar biasa seperti leluhur sebelum-sebelumnya tapi yang tidak disangka-sangka adalah putri dari sang Alpa yang memiliki berkali-kali lipat karunia dari sang Alam yang bisa ku lihat dalam dirinya.
The real Alpa ada pada Shewolf keturunan murni dari keluarga Alwolf bangsawan Bloodmoon. Aku pikir ini akan menjadi tugas yang paling menarik dari biasanya, atau diakah (shewolf) yang harusnya ku bawah ke koloni? Isi pikiran di kepalaku membuat perutku terasa dikelitik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana para petinggi-petinggi akan mengatasi ini.
By the way, umurku sudah tidak terhitung saking lamanya aku hidup. Aku sudah melihat beberapa koloni werewolf berganti Alpa termasuk koloni bloodmoon, aku memperhatikan mereka dari sejak buyut-buyut keluarga Alwolf tumbuh besar.
Koloni Werewolf yang masih ada saat ini yang ku tau adalah mereka-mereka yang mendominasi segala penjuru; bagian utara di dominasi oleh Pack Koloni Bloodmoon, Selatan ada pack Koloni Redmoon, Barat ada pack Koloni Blackmoon dan di Timur tempat perkumpulan Godwolf, petinggi-petinggi dari berbagai penjuru kaum werewolf di dunia. Namun dari sekian yang ku sebut, kaum werewolf tersebar sangat banyak membentuk pack kecil yang dipimpin oleh Pack Koloni wilayah masing-masing.
Godwolf adalah mereka-mereka yang menjaga persatuan dan kedamaian antar Koloni, walaupun ujung-ujungnya tetap akan ada koloni-koloni yang membelot dan berbentrokan satu dengan yang lainnya untuk menunjukan kekuasaan masing-masing. Dan kali ini dari sekian abad aku menunggu penugasan untuk mengkawal salah satu Alpa, inilah yang ku peroleh. Very-very interesthing! tidak sabar melihat ending dari kejadian ini.
"Hm, akankah yang menjadi the next Alpa benar dia.." pikirku sebelum akhirnya aku mengantarnya ke Unit Kesehatan kampus. Aqueene Alwolf, Shewolf yang memiliki keberkahan dari Alam yang diluar ekspektasi dan Nalar ini pingsan tepat di sampingku saat aku menunjuk ke arah Presiden Mahasiswa kampus yang adalah calon Alpa Koloni Redmoon. "Apakah mereka mate? Ini akan menjadi hal yang luar biasa jika ia bisa sampai ke tahap akhir dari ceritanya"
Setelah sampai di unit kesehatan, hanya ada aku dan dia dalam ruangan, aku memperhatikannya mulai membuka mata, tapi kali ini ia sedikit terlihat berbeda.
"I'm Lord-Damicielle.." ucapan yang terlontar setelah dia bangun dengan warna matanya yang berbeda. Aku sepersekian detik terdiam dan kembali sadar ketika sekujur tubuhku tersungkur diluar kendali pribadiku.
"Lama tidak berjumpa denganmu Noblesse ku yang terhormat.."
aku terkekeh mendengar perkataannya. "Sial...dia kembali" Umpatku dalam hati.
"Kau menggelariku dengan sebuah kehormatan, tapi kau membuat tubuhku jatuh tersungkur hanya agar aku menghormatimu?!".
Aku memandanginya sinis, namun aura intimidasinya yang mencekam sangat kuat hingga tak kuasa rasanya mataku menatapnya.
"haha, sudah lama aku tidak mendengar perkataan sinismu dan sifatmu masih saja sama dan tetap arogan.. apa si anthoni itu yang mengutusmu?".
Aku berdecak kesal dan menggerutu dalam hati mendengar perkataannya.
"Tentu saja! Seperti katamu.. aku diutusnya". Ucapku singkat tidak ingin menanggapi lebih.
"Baguslah.. dia akan menjadi Alpa menggantikan Ayahnya. Bimbing dia hingga tugasmu selesai! Ku peringatkan ini tidak akan mudah, aku akan sering-sering bertemu denganmu mulai sekarang Noblesse ku yang terhormat". Dia tersenyum memandangiku, kemudian anak itu kembali tertidur dengan tenang.
"Sial.. sungguh diluar ekspektasi! Dia, yang membuat gadis ini spesial. Dia bersemayam dalam tubuh gadis werewolf berdarah murni ini.. Hahaha menarik!".
Aku mencoba berkomunikasi dengan Lord-Dami menggunakan mindlink, dan ia hanya memberiku tambahan tugas lagi. "Huff menjengkelkan, mereka pikir aku pembantu yang seluwesnya mereka suruh-suruh" gerutuku dalam hati. Menurutnya aku harus menjauhkan gadis ini dari Mate-nya. "Tapi bagaimana caranya?" yang ku ketahui werewolf memiliki karunia untuk menemukan mate mereka secara alami, walaupun pada akhirnya semua akan ditentukan oleh para Godwolf jika menyangkut dengan para Alpa dan keturunan mereka.
"ku mohon, jawab aku!" turutku tegas.Terik matahari menyengat, merambatkan cahayanya melintasi selah-selah tirai kamarku.Setelah pertemuan kami selesai, aku bergegas kembali ke ruangan. Anthoni dan beberapa guards sedang menjalankan tugas untuk menyampaikan pesan ke tiap-tiap koloni dan para kaum immortal yang ada.Entah mengapa, firasatku berkata ini bukan hanya sekedar tentang pack atau bahkan kaum kami saja, "apa ini akan jadi perang besar?" ucapku, membatin.Tuk.. tuk.. tuk..Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, tercium aroma khas tubuh sosok yang ku kenal, "masuklah" timpalku.Lucia tersenyum, dengan jubah putih yang indah menyampu lantai kamarku, ia berjalan mendekat."Apa dia masih tertidur?" tuturnya sembari menatapku."Kau tahu?" ucapku spontan menanyainya."Hm.." ia kembali tersenyum dan kini mengambil tempat tepat di sampingku."Biar ku bantu, dia tidak akan meresponmu tanpa desakan." ucapnya la
"siapkan pasukan! Waktunya telah tiba. Kekeke.." ucap salah seorang wanita yang wajahnya nampak tertutup oleh bayangan hitam dalam cahaya malam. Dengan tawa dan lantunan mantera yang ia ucapkan, membuat para pasukan bayangan kegelapan bangkit dari tidur mereka dan bertebaran dilangit malam."Baik, Ratu!" timpal seorang dengan deep tone yang terdengar dibalik kegelapan."Saat bulan berdarah tiba, semuanya akan menjadi milik kita. Dunia immortal akan menjadi milik kita" ucapnya lagi.***"Alpa.." sapa Anthoni dibalik pintu ruanganku."Ada apa, An?" tanyaku."Semuanya tengah menunggu anda dibawah.""Baiklah" ucapku meminta Anthoni untuk turun terlebih dahulu.Pagi ini aku terbangun dengan gelisah, tubuhkan mengeluarkan hawa panas, tidak seperti biasanya.Aku berjalan menuju mainhall, dari jauh beberapa mata memandangku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Kali ini pun diriku dibuat terheran dengan berkumpulnya semua orang
"Besok aku akan kembali ke Pack" tuturku membuka percakapan ditengah keheningan antara diriku dan Arrone malam ini."Tak bisakah kau menundanya lagi?" balasnya.Sembari menggelengkan kepalaku pelan, "ini sudah terlalu lama, Ar. Ku mohon mengertilah." ucapku, menolak keinginannya dengan lembut.Terdengar suara tarik nafas kasar sebelum mateku berkata lebih lagi, "baiklah, kita akan ke perbatasan besok pagi. Aku akan mengawalmu." tuturnya lagi, walau dengan wajah kekecewaan yang tersirat.Setelah insiden yang terjadi di perbatasan terakhir kali, aku menunda kepulangan ke pack selama seminggu penuh dan hanya ditemani oleh Groovin, sedangkan Anthoni dan para guards lain telah beranjak mendahuluiku untuk kembali ke Koloni Bloodmoon terlebih dahulu."Vin, kau mendengarku" sapaku melalui mindlink."Ada yang bisa saya bantu, Alpa?" timpal guardku."Persiapkan kepulangan kita besok." pintahku."Baik, Alpa."***Keesokan ha
Butuh beberapa puluh menit lagi untuk sampai keperbatasan. Namun faktanya, wilayah Koloni Redmoon kembali dibobol oleh para serigala liar dan..., entahlah!Tercium aroma asing yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya, "tipis, seperti sengaja untuk disamarkan." batinku."Apa ini ulah mereka lagi?" ucap Arrone."Mereka?... Siapa?..."***Anthoni terlihat bergegas mengarah ke arahku dan Arrone, "Lapor Alpa, didepan para rogue sedang mencoba untuk menghadang para warrior dan guards, namun kali ini ada yang berbeda, para serigala liar itu seperti memiliki sepuluh kali lipat kekuatan dari biasanya. Pergerakan mereka pun sulit untuk diprediksi dan bahkan mereka terlihat menyerang tidak hanya dengan tangan kosong.""Apa maksudmu, An. Tidak dengan tangan kosong?" tuturku heran. Baru kali ini mendengar jika kawanan serigala liar itu mampu membuat kawanan mereka di akui.Kali ini Arrone kembali memimpin dengan Alpa tonenya, memberi arahan pada Be
Malam ini terasa panjang dan menggairahkan setelah ku lalui bersama dengan Arrone. Kami menuangkan segala kerinduan yang mendalam setelah terpisahkan jarak dan waktu yang cukup lama.Perlahan tanganku menyusuri setiap lekuk wajah mateku, menancapkan kerinduan yang mendalam pada rona wajahnya. Pandangan kami bertemu satu sama lain dengan nafas dan detak jantung yang memburu, Arrone perlahan kembali memberikan sensasi yang menaikkan adrenalin untuk menghabiskan malam panjang kami.***Silauan cahaya matahari menembus sela-sela jendela, perlahan aku membuka mata dan beranjak dari tempat tidur terlebih dahulu tanpa membuat Arrone terbangun. Aku merasakan keberadaan Anthoni di balik pintu seakan menunggu kami hingga tersadar."Anthoni.." ucapku melalui mindlink."Ya Alpa, selamat pagi. Maaf membuat anda terbangun.""Tak apa, kalian sudah siap?" tuturku lagi."Sudah, Alpa. Alpa Christ dan Luna Diana sedang menunggu di ruang jamuan unt
"Arbyon!" tuturku terkejut melihat pemuda itu dipenuhi baluran darah segar disekujur tubuhnya.Tatapan tajam dengan kilauan nanar hitam nan pekat menggambarkan segala hal yang terjadi padanya. "Arbyon..." ucapku lagi, namun kali ini dengan nada yang terdengar lebih pelan dan lembut."Apa yang terjadi?" tanyaku.Hening melanda kami hingga beberapa saat. Aku melempar tatapan disegala sisi ruangan, tercium bau amis darah segar memenuhi sekitar kami. "Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, selain dari kami berdua." pikirku."Mereka semua pergi meninggalkanmu!" ucapnya datar. Perlahan kabut gelap menutupi tubuh pemuda itu, membawanya lenyap dalam sekali kedipan mata, dan sekejap saja ruangan dimana aku berada terlihat seperti pemakaman maut.Mereka.. mereka semua..."Aarrgg.. hah, hah, hah!"***Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya setelah tenggorokanku terasa sulit untuk menelan salivah. Mataku menjelajahi sel