Hari ini Adila dan ke-dua saudaranya berada di kantin, yang kebanyakan adalah siswa-siswi kelas Adila. Sudah 3 hari yang lalu kejadian di mana Aqia tidak sengaja ketahuan memotret Raden, tetapi sampai saat ini dirinya masih di jadikan bualan oleh yang lain.
"Fi, Fi pose dong," ucap Adila dan membentuk tangannya seperti kamera.
Ya seperti Adila tadi contohnya, tetapi yang terparah adalah...
Flashback.
"Kak Raden, Dedek Aqia nya malu-malu tapi mau nih!!!" teriak Adila, belum lagi Afia yang tiba-tiba menyahuti.
"Kak Raden. Dedek Aqia nya mau panggil Mas, boleh enggak?" teriak Afia menyahuti.
"Mas Raden!!!" bukan Aqia yang memanggil, tetapi Adila yang berteriak tepat di depan kelas Raden—lebih tepatnya mereka sejak tadi berteriak-teriak di depan kelas Raden.
"Woi. Den, itu ada Dedek gemes yang naksir," ucap Erchan yang baru saja melihat keluar jendela karena mendengar keributan.
Dan mulai hari itu Aqia benar-benar menyumpah serapahi ke-dua saudaranya yang rasa malunya entah tertinggal di mana.
*****
Dengan senyum jahil, Adila mengambil sapu dan berdiri di atas kursi, "Jantungku berdetak saat kau..." nyanyi Adila saat Raden dan teman-temannya memasuki kantin
"Mati!!!" sahut Afia yang menunjuk Raden, yang membuat mereka tertawa. Berbeda dengan Raden yang terkejut karena tiba-tiba di tunjuk.
"Bercanda...serius ajeh hidupnya!!!" ucap Adila yang membuat Raden menghembuskan napas lega.
"Dengan mu..." lanjut Adila
"Aku, bukanlah..." teriak Afia menyahuti.
"Udinnn!" teriak teman-teman mereka yang membuat Aqia dan beberapa orang lainnya geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan membuat rambut Jovan yang lebat berkibar.
"Om, kepalanya terbang om!!!" heboh Adila sambil menunjuk Jovan. Dengan refleks Jovan memegang kepalanya dengan ekspresi yang membuat mereka tertawa.
Jovan bersiap-siap melemparkan jas yang dia gunakan kearah Adila, tetapi terhenti karena ternyata mereka belum selesai.
"Perdamaian-perdamaian"
"Langit bumi bersaksi" lanjut Afia.
"Ih, kayak monyet" Akhirnya yang di tunggu-tunggu bersuara. Dedek Aqia yang sedari tadi diam membisu, akhirnya bersuara yang membuat mereka kembali heboh.
"Cepat putuskan samsoll!!!" teriak mereka menunjuk kearah Raden.
"Salah gue apa sih. Baru juga mau masuk" dengan uring-uringan Raden berjalan melewati mereka.
"Hati hancur berantakan" teriak mereka bersamaan.
"Kiss jaman now" sahut Adila.
"Emang generasi micin"
"Ini kepala sekolah mungut anak modelan kek mereka dimana sih? Lama-lama ini sekolah jadi kebun binatang lag-" ucapan Erchan terhenti saat ingat sesuatu.
Dirinya segera berdiri dan menatap siswa-siswi di sekitar yang juga menatapnya, "uuaa uu aa uuu aaa uuaa" teriaknya.
Secara serempak mereka juga mengikuti dan membuat sekolah seperti kandang monyet seketika, "UUAA UU AA UUU AAA UUAA!!!"
"Monyetnya terlatih ya Bund," Marvin terkekeh melihat kegilaan teman dan adik kelasnya.
"Belum," ucap Revano singkat.
Mereka yang merasa heran pun menatap Revano, dan yang di tatap mengarahkan pandangannya kearah meja Adila. Dan ternyata di sana sedang menanggap topeng monyet— siapa lagi jika bukan Adila dan Afia yang berusaha membuat Aqia tertawa.
"Uuu aa" panggil Adila
"Uuuu" sahut Afia.
"Wawawa wawa uuuaaa" teriak Adila
"Uauauaa"
Aqia menggebrak meja dengan kencang yang membuat Adila dan Afia berpelukan karena terkejut, "Gue mau resign aja deh jadi saudara kalian"
"Uauauaa"
"Uuuuuwawawa"
"Gue prustasi bang***"
Dengan tiba-tiba Adila dan Afia tertawa sendiri melihat kegilaan mereka.
"Udah. Gue capek, mau tidur"
Dan berakhirlah acara mereka hari ini. Ini semua berawal mereka yang tidak tahu ingin melakukan apa di jam kosong, dan berakhir kejadian absurd itu.
Di halte bus, Adila sedang menunggu seseorang yang sudah dia tunggu selama 30 menit yang lalu. Hari ini adalah hari rabu, sekolah sudah di pulangkan sejak tadi. Saat ini pasti siswa-siswi yang lain sedang merasakan nikmatnya kasur di rumah mereka. Hanya Adila yang masih di area sekolah, dan beberapa siswa-siswi yang masih ada jam mapel kejuruan. Saat ini Adila benar-benar menyesali perbuatannya yang menyuruh ke-dua Saudara untuk pulang terlebih dahulu, seharusnya tadi dia meminta mereka untuk menemaninya, jadi dirinya tidak seperti anak hilang.Flashback. "Kalian duluan aja, gue pulangnya nanti" ucap Adila kepada ke-dua saudranya yang sudah menunggu di depan pintu kelasnya. "Mau kemana lo?" tanya Aqia
Afia sedang berada di perjalanan menuju ke supermarket terdekat. Dirinya berniat membeli makanan ringan untuk dia dan ke-dua saudranya. Saat ini dirinya sedang menunggu sang adik yang entah pergi kemana. Dengan perasaan kesal, Afia membeli mie dan menyeduh nya di supermarket. Saat sedang menikmati mie panas dengan rasa pedas yang menggiurkan. Tiba-tiba ada orang yang duduk di depannya, tepat di depan wajahnya. Bahkan jika dia bergerak maju, maka hidung mereka akan bersentuhan. Uhuk uhuk. Afia tersedak kuah mie nya sendiri. Tenggorokan nya terasa perih dan panas, Jovan—orang yang membuat Afia tersedak kuah mie pedas itu. Jovan mengambil air minum di depannya, dan memberikan air itu kepada Afia setelah membuka tutup botolnya. Jovan mengusap kepala Afia dengan gemas, "Makanya, pelan
"Terus? Kalian pisah jalan gitu aja? Gaada adegan-adegan pelukan kayak di drakor gitu?" tanya Aqia heboh. Dirinya terkejut Revano tiba-tiba mengajak saudaranya untuk berangkat bersama. Afia memukul kepala Aqia, "Drakor mulu. Pikirin tuh doi lu yang ga peka-peka" "Dia peka kok, cuman kurang pinter aja" sahut Aqia yang tiba-tiba teringat Raden. "La...terus lukanya Kak Revano?" tanya Afia yang penasaran. "Ya nggak gue obatin lah, dianya aja enggak mau" Penjelasan Adila barusan membuat seseorang menghela napasnya lega.***** Pagi ini, seperti janji Revano kemarin, mereka berangkat bersama. Revano sudah menunggu Adila di depan rumahnya, sedangkan yang di tunggu masih sibuk marah-marah karena berangkat terlalu pagi. "Kak, kalau enggak niat j
Saat ini siswa-siswi sedang menikmati makan siang di kantin sekolah. Begitu pun dengan Adila dan saudara-saudaranya, seperti janji Revano untuk menjemput Adila, dirinya bahkan sudah menunggu Adila 1 menit sebelum bel istirahat. Adila bahkan terkejut melihat Revano yang bersander di pintu kelasnya, dia pikir ucapan Revano pagi tadi hanya bercanda.Flashback. Saat Adila keluar dari kelasnya dirinya terkejut melihat manusia es sudah standby di kelasnya. Bahkan Adila hampir terjungkal kebelakang saking kagetnya. "Loh Kak, ngapain di sini?" tanya Adila bingung. "Jemput lo" Revano berjalan pergi mendahului Adila yang membuat darah tinggi nya naik seketika. Dengan kesal dirinya mengejek Revano yang membu
"Lo kenapa sih, Kak!" Teriak Adila frustrasi melihat Revano yang dengan tenang bersender di tembok. Saat ini mereka berada di rooftop, entah di mulai dari siapa, tiba-tiba pagi ini dirinya di kejutkan dengan status barunya 'pacar seorang Revano Bagaskara' Adila yang awalnya memiliki mood yang baik, tiba-tiba di rusak dengan caci maki dari siswa-siswi sekolah. Dirinya yang tidak tahu kenapa dia di hujat pun menghampiri salah satu siswi yang terlihat sangat membencinya. Flashback. "Jadi dia, ceweknya Revano?" "Dekat nya sama Raden, jadian nya sama Revano. Bukan maen!" "Cih, cantikan juga gue" "Lo tahu enggak? Katanya dia suka open BO. Bahkan dia suka godain
Setelah kejadian itu, Adila di 'skors' oleh pihak sekolah. Dengan kekuasaan Ayah Irene sebagai kepala sekolah tentu saja itu hal mudah. Saat ini Adila kembali menginap di rumah sakit. Setelah perdebatan di ruang BK dirinya langsung di bawa kerumah sakit. Sepertinya setelah ini dia akan mendapatkan ceramah geratis dari Kakek tersayangnya. "Ila!" teriak seorang laki-laki tua yang baru saja memasuki kamar Adila. Adila yang baru saja akan melahap bubur yang di suapi oleh Afia terhenti. Dia menghela napasnya melihat Kakeknya berdiri dengan tatapan marah. Jefri Maulana Utomo. Kakek cerewet yang di maksud oleh Adila, jika kalian menebak dia adalah pemilik sekolah SMA Utomo Internasional Highschool, maka tebakan kalian benar. "Berapa kali Kakek bilang! Jangan menyembunyikan margamu Adila. Kalian ju
"Untung gue gak pakek behel, bisa copot behel gue kalau gini caranya." Erchan berucap sambil berusaha menggigit kerupuk yang menggantung di depannya. Karena gemas, Erchan langsung menariknya menggunakan tangan dan memakannya. Setelah itu dia berdiri dan menatap teman-teman nya yang melongo melihat tingkahnya. Sedangkam sahabat-sahabatnya tertawa dan menghampirinya. "Van, masih ada ga kerupuknya?" tanya Erchan kepada Jovan. "Masih banyak. Ambil aja di kelas kita" sahut Revano.***** Perlombaan beralih dengan lomba basket. Tim yang sedang bermain saat ini adalah tim JovanYang berisikan, Jovan(sebagai kapten basket), Revano, Jenan, Marvin, dan Lean. Sedangkan Erchan menjadi cadangan, untuk Raden, dirinya sedang mempersiapkan diri untuk lomba Futsal. "Ya...tim Jovan memimpin. Saat ini skors 2 u
Satu bulan berlalu. Hubungan Adila dan ke-2 saudranya membaik, tetapi tidak dengan kisah cinta mereka. Adila dan Revano yang saling mencintai diam-diam, Jovan yang masih mengejar Afia, dan Aqia yang masih di gantungkan oleh Mas Raden. Begitupun dengan Adila yang mulai berulah. Tentang dirinya yang menyanar menjadi Alana (Kakaknya) mereka semua sudah tahu, dan tentunya banyak berbagai macam tanggapan dari mereka. Flashback. "Jadi dia cucunya pemilik sekolah?" "Lebih tepatnya mereka ber-tiga" "Dia Alana kan?" "Lo belum tahu? Alana udah enggak ada," ucap salah satu siswi menjelaskan kepada temannya. "Hah?! Terus yang di d