Crimson League: Pakta Dendam di Puncak Kekuasaan

Crimson League: Pakta Dendam di Puncak Kekuasaan

last updateLast Updated : 2025-05-03
By:  rurunaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
15Chapters
202views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Evan masuk ke Crimson Ridge Academy untuk menyelidiki misteri dibalik kematian saudara kembarnya, Ivana. Ivana ditemukan bunuh diri beberapa bulan sebelumnya setelah terlibat dengan geng di akademi tersebut. Evan tidak tahu siapa yang bertanggung jawab, tetapi ia yakin jawabannya ada di akademi itu. Dengan dendam yang membara, Evan bertekad untuk menemukan pelaku di balik kematian Ivana sekaligus menghancurkan mereka yang terlibat. ___

View More

Chapter 1

Prolog

Seorang pemuda berdiri di ujung lorong yang gelap. Udara di sekitarnya terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Keheningan membungkus tempat itu, hanya dipecahkan oleh suara langkah-langkah yang bergema di kejauhan. Langkah itu bukan miliknya. Ia mengikuti suara langkah itu.

Sosok familiar terlihat di depannya.

Ia tahu siapa itu.

"Ivana..." bisiknya pelan, seperti sebuah doa yang kehilangan harapan.

Pemuda itu kemudian berteriak tanpa ragu saat sosok itu mulai kembali menjauh, "Berhenti!" Suaranya menggema, memantul di antara dinding-dinding lorong yang terasa semakin sempit. Namun, sosok itu terus berjalan. Samar-samar dapat terlihat kondisi gadis itu dengan seragam sekolah yang kusam dan rambut hitam tergerai acak menutupi sebagian wajahnya. Langkah-langkahnya pelan tetapi tak terhentikan, seperti bayangan yang bergerak di antara gelap.

Pemuda itu masih mencoba mengejarnya. Namun, setiap langkahnya terasa berat, seperti berlari di atas pasir hisap. Napasnya memburu, dadanya terasa sesak, tetapi dia tidak peduli. Dia harus menghentikan gadis itu, apapun yang terjadi.

"Ivana, tunggu!" teriaknya lagi, kali ini dengan nada putus asa.

Sosok itu akhirnya berhenti di depan sebuah tangga panjang yang muncul entah dari mana. Tangga itu menjulur ke dalam kegelapan yang seolah tak berujung, seperti pintu menuju kehampaan. Pemuda itu terpaku saat Ivana berbalik perlahan.

Dia berharap melihat wajah yang dikenalnya—wajah ceria gadis itu yang selalu bersinar. Tapi yang dilihatnya adalah mimpi buruk yang hidup. Wajah Ivana penuh luka, seolah-olah baru saja melalui sesuatu yang tak manusiawi. Darah kering menodai pipinya dan matanya, yang dulu selalu bersinar, kini kosong. Hampa. Tak ada kehidupan di sana, hanya pantulan gelap seperti kaca retak yang menyimpan ribuan rasa sakit.

"Kamu terlambat, Evan," kata Ivana. Suaranya tenang, terlalu tenang, seperti angin dingin yang menyusup melalui celah dinding.

"Ivana, jangan lakukan ini. Kumohon... Kemarilah!" Pemuda itu, Evan, mengulurkan tangannya, mencoba meraih gadis itu. Tapi jarak di antara mereka terasa semakin jauh. Kakinya tetap berat, seperti ada kekuatan tak terlihat yang menahannya.

Ivana hanya tersenyum tipis. Senyum itu tidak lagi membawa kehangatan seperti seharusnya—hanya dingin. "Sudah terlambat, Kak," gumamnya pelan. Lalu, dengan gerakan yang begitu tiba-tiba, Ivana menjatuhkan tubuhnya ke belakang, menghilang ke dalam kegelapan yang tak berbatas. Cahaya terakhir yang ada di lorong itu ikut lenyap bersamanya, meninggalkan Evan dengan mata terbelalak.

"Tidak!" Evan berteriak sekuat tenaga pada kehampaan yang tak berujung.

.

.

.

.

.

Evan terbangun dengan napas tersengal, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Ruangan yang gelap menyambutnya dengan keheningan, seolah mimpi tadi belum benar-benar berakhir. Dia menatap langit-langit, mencoba mengatur nafas yang terasa berat. Itu hanya mimpi, pikirnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Tapi bayangan Ivana yang jatuh ke dalam kegelapan terus terulang di pikirannya, seperti sebuah rekaman yang diputar tanpa henti.

Tangannya gemetar saat meraih liontin kecil yang tergantung di lehernya. Itu satu-satunya peninggalan Ivana, benda yang selalu membuatnya merasa bahwa gadis itu masih ada di sisinya.

Evan tahu mimpi itu bukan sekadar bunga tidur. Itu adalah pengingat. Luka di hatinya kembali terasa, luka yang tidak akan pernah sembuh.

Dia bersumpah pada dirinya sendiri—pada Ivana. Dia tidak akan berhenti sampai mereka yang telah menghancurkan hidup Ivana membayar harga yang setimpal. Evan mengepalkan tangannya, membulatkan tekad.

Hari pembalasan itu akan tiba.

_____

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
15 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status