Share

TUKANG SOL SEPATU
TUKANG SOL SEPATU
Penulis: tedi sugiri

Bab 1 TUKANG SOL SEPATU PEMBERANI

Terlihat seorang wanita muda bernama Maya dan anaknya, Indri, keluar dari apartemennya di malam hari menuju temannya karena ada urusan penting. Saat mereka memasuki jalan yang sepi, sekelompok pemuda gangster tiba-tiba muncul dan menghalangi mereka.

"Ada apa lagi dengan kalian?" tanya Maya dengan tegas, terkejut oleh kehadiran mereka.

"Cepat tanda tangani berkas ini, May! Ini perintah dari mantan suamimu," ucap Bani, pemimpin kelompok tersebut.

"Saya sudah bilang, saya tidak akan menandatangani sertifikat rumah itu. Rumah itu milik saya, dan atas nama saya. Lagi pula, saya sudah mewariskannya kepada anak saya. Katakan pada bos kalian, saya tidak akan memberikannya kepada orang jahat seperti dia."

Mendengar penolakan Maya, Bani yang menerima perintah dari Cakra, bos utama geng tersebut, langsung menyekap Maya dan anaknya. Maya berontak, tapi tak berdaya menghadapi kekuatan anggota geng yang kuat. Dia diancam bahwa jika tidak menandatangani, anaknya akan dibunuh.

Ririn merasa ketakutan dan frustrasi, tetapi dia berusaha menahan diri demi melindungi anaknya. Sementara itu, Indri menangis ketakutan, memohon pada Bani agar tidak menyakiti ibunya.

"Dia tidak punya pilihan, Maya. Kalau tidak menandatangani, anakmu akan menderita akibatnya," ujar Bani dingin, sementara anggota geng lainnya tetap mengancam Indri.

Meskipun terpaksa, Maya mempertimbangkan opsi sulit yang dihadapinya. Namun, dalam hatinya, dia bertekad untuk melawan ketidakadilan.

Di sisi lain, Kakek Zaki, seorang tukang sol sepatu, berada di tempat tidak jauh dari lokasi di mana Ririn disekap. Mendengar suara teriakan, dia penasaran dan mendekati tempat kejadian dengan hati-hati. Saat melihat Maya dan Indri disekap oleh sekelompok gangster, rasa keadilan memuncak di dalam dirinya, terutama melihat Indri yang mengingatkannya pada masa lalu yang menyakitkan.

Kakek Zaki langsung menghampiri para gangster yang menyekap Maya dan Indri. "Lepaskan mereka," ucapnya dengan tatapan tajam.

Para gangster langsung mengalihkan pandangan ke arah Kakek Zaki. Bani mendekatinya, tetapi Kakek Zaki tetap tenang, seolah sudah terbiasa dengan situasi semacam itu.

"Maumu apa, Kakek? Sudahlah, pergi sana, jangan campuri urusan kami. Sayangilah sisa umurmu," ejek Bani.

"Sudah saya bilang, lepaskan mereka, kalau kalian mau selamat," tegas Kakek Zaki.

Mendengar ucapan Kakek Zaki, Bani dan anak buahnya tertawa geli. Ririn, yang sudah mengenal karakter kejam para gangster, merasa khawatir.

"Kek, tolong pergilah dari sini. Mereka sangat jahat," ucap Maya khawatir.

"Kamu sudah dengar, Kakek tua? Jangankan kamu, seorang anak kecil pun jika menghalangi jalan kami, kami tidak akan segan untuk membunuhnya," ancam Bani dengan nada tinggi.

Saat itu, Kakek Zaki melihat ke arah Indri, yang gemetar ketakutan, lalu kembali menatap tajam Bani.

"Sudah saya bilang, lepaskan mereka, karena saya tidak akan pergi sebelum kalian melepaskan mereka," ucap Kakek Zaki tetap dengan sikap dingin.

Mendengar jawaban Kakek Zaki, Bani semakin emosi dan langsung melakukan pukulan dengan sangat bertenaga. Namun, Kakek Zaki membuat semua orang terkejut dengan melakukan hindaran cepat dan memasukkan pukulan ke arah perut Bani dengan keras. Bani langsung tersungkur sambil memegang perutnya karena rasa sakit yang luar biasa.

Setelah Kakek Zaki berhasil menunjukkan keahliannya dalam pertarungan, para gangster yang tadinya angkuh menjadi ragu. Maya dan Indri, meskipun masih dalam ketakutan, merasakan adanya harapan. Kakek Zaki dengan mantap berkata, "Jangan coba-coba lagi menyakiti mereka."

Setelah Kakek Zaki berkata dengan mantap, Bani segera berteriak memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Kakek Zaki. Para anak buah, bersenjatakan golok, melancarkan serangan ke arah Kakek Zaki. Namun, Kakek Zaki dengan keahlian beladiri yang luar biasa, melibas serangan mereka dengan gerakan yang memukau.

Dengan kecepatan dan kekuatan yang mengejutkan, Kakek Zaki melakukan serangan balasan secara brutal kepada semua anak buah Bani. Terdengar suara tulang retak dan teriakan kesakitan dari para gangster yang tidak berdaya. Kakek Zaki berhasil mematahkan tangan dan kaki mereka dengan keahlian yang membuat para anak buah Bani tersungkur tak berdaya di tanah.

Bani, yang menyaksikan kekalahan brutal anak buahnya, merasa ketakutan. Kakek Zaki, sambil menatap tajam, berkata, "Keadilan tidak akan pernah tunduk pada kejahatan. Pergilah sebelum hukuman lebih berat menimpa kalian."

Saat itu, akhirnya Bani langsung pergi meninggalkan tempat tersebut, sambil menahan rasa sakit. Para anak buahnya masih terkapar di sana, dengan tangan dan kaki mereka yang patah karena tindakan Kakek Zaki.

Maya dan Indri masih terdiam, kaku, memperhatikan tindakan Kakek Zaki. Mereka masih shock melihat apa yang terjadi. Kakek Zaki menghampiri mereka dengan lembut.

"Kalian tidak apa-apa?" tanyanya.

"Siapa kamu sebenarnya, Kakek?" tanya Maya tidak percaya.

"Maksud ibu apa! Ibukan sudah tahu sendiri saya hanya tukang sol sepatu!" ucap Kakek Zaki tersenyum.

Kakek Zaki kemudian melihat Indri, yang membuatnya teringat pada masa lalunya.

"Jangan takut, nak. Kakek bukan orang jahat, kakek hanya ingin melindungi kamu," kata Kakek Zaki sambil mengusap kepala Indri dengan lembut.

Maya dan Indri tidak mengucapkan sepatah kata pun, mereka hanya diam, membeku melihat Kakek Zaki.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, menuju tempat kejadian. Kakek Zaki berkata kepada Maya dengan lembut.

"Bu, biarkan polisi menangkap para gangster ini, dan ibu ceritakan bagaimana ibu dihadang oleh mereka. Saya sebetulnya tidak berharap ibu menceritakan bahwa saya yang melumpuhkan mereka. Tapi jika ibu ingin menceritakannya, silakan. Saya akan pergi dari sini untuk melanjutkan pekerjaan saya."

Maya menjawab dengan perasaan yang masih shock, "Baiklah, Kek. Terima kasih atas bantuannya."

Kakek Zaki pergi meninggalkan Maya dan Indri untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu.

Beberapa saat kemudian, polisi tiba di tempat kejadian dan menangkap para gangster yang sudah terkapar tak berdaya. Maya memberikan kesaksiannya tentang insiden tersebut, tetapi memilih untuk tidak menyebutkan peran Kakek Zaki dalam pertarungan tersebut. Setelah para gangster diamankan, Maya dan Indri dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Maya masih terguncang oleh kejadian tersebut, namun bersyukur atas pertolongan Kakek Zaki.

Sementara itu, Kakek Zaki melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu dengan hati yang lega, mengetahui bahwa mereka berdua aman. Meskipun dia hanya seorang tukang sol sepatu, tindakannya membuktikan bahwa keadilan bisa datang dari siapa pun.

Di tempat lain, Bani dengan rasa malu dan ketakutan melaporkan kegagalannya kepada Cakra, pimpinan gangster yang duduk di balik layar kejahatan mereka. Cakra marah.

"Kamu benar-benar mengecewakan aku, Bani! Bagaimana mungkin kalian kalah oleh seorang kakek-kakek?!" ucap Cakra.

Bani mencoba memberikan alasan, tetapi Cakra tidak merestuinya.

"Kalian tidak bisa menyelesaikan tugas sederhana ini. Sekarang, kita punya polisi di belakang kita, dan itu semua karena kegagalan kalian!" ucap Cakra.

Bani mencoba membela diri, tetapi Cakra tidak mau mendengarnya.

"Tidak ada alasan! Aku tidak akan mentolerir kegagalan. Kalian harus menyelesaikan masalah ini atau bersiap-siap menghadapi konsekuensinya!"

Cerita terus berlanjut, menggambarkan perjuangan Maya dan Indri dalam menghadapi konsekuensi kejadian tersebut, sementara gangster di bawah pimpinan Cakra berencana untuk membalas kekalahan mereka.

Kisah tentang kakek tukang sol sepatu yang menolong Maya dan anaknya dengan keahlian luar biasa tersebar cepat di berbagai tempat. Seorang warga yang tanpa sengaja menyaksikan aksi heroik Kakek Zaki dari kejadian sebelumnya mulai menyebarkan cerita itu di lingkungan sekitarnya. Berita tersebut dengan cepat menyebar di kalangan warga, termasuk di tempat padat penduduk tempat Kakek Zaki tinggal.

Warga mulai mengumpulkan cerita dan informasi tentang kakek tukang sol sepatu yang memiliki keahlian bela diri yang menakjubkan. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa sosok yang selama ini dikenal hanya sebagai tukang sol sepatu memiliki kemampuan melawan gangster dengan begitu efektif.

Di kontrakan kecil tempat tinggal Kakek Zaki, tetangga-tetangganya mulai membicarakan kejadian tersebut. Beberapa di antara mereka tidak percaya bahwa kakek yang sering terlihat sederhana memiliki keterampilan yang luar biasa. Cerita tersebut menjadi bahan pembicaraan di warung, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya.

Seiring berjalannya waktu, cerita tentang Kakek Zaki menjadi semakin melegenda di masyarakat sekitarnya. Beberapa orang bahkan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu dan keterampilan luar biasa yang dimiliki oleh kakek tersebut. Pada akhirnya, Kakek Zaki tanpa disadari telah menjadi sosok pahlawan di mata warga, memberikan inspirasi dan harapan bahwa kebaikan dan keadilan masih ada di tengah-tengah kehidupan sehari-hari.

Pagi itu, ketika Kakek Zaki bersiap-siap untuk berangkat melakukan aktifitasnya sebagai tukang sol sepatu, seorang warga mendekatinya dengan rasa penasaran yang besar. Warga tersebut bertanya, "Maaf, Kakek Zaki, saya penasaran tentang kehebatan Anda dalam melumpuhkan para gangster. Dari mana asal Anda? Apakah Anda dulunya seorang militer? Dan kenapa bisa ada di sini?"

Kakek Zaki menjawab dengan dingin, tanpa kesombongan sedikitpun, "Saya hanya seorang tukang sol sepatu yang mencoba menjalani kehidupan sederhana."

Warga itu semakin penasaran, "Lalu bagaimana Anda memiliki keterampilan bertarung seperti itu? Apakah Anda pernah belajar bela diri?"

Kakek Zaki duduk sejenak di kursi depan kontrakan kecilnya, menjawab dengan tenang, "Saya belajar keahlian ini dalam perjalanan hidup saya. Kadang, masa lalu membawa kita pada hal-hal yang tidak kita banggakan."

Warga itu tampak tertarik, "Mengapa Anda memilih tinggal di sini? Apa yang membawa Anda ke lingkungan kami?"

Kakek Zaki tetap tenang, "Saya mencari kedamaian setelah berbagai peristiwa sulit di masa lalu. Dan di sini, saya menemukan makna baru dalam membantu sesama dan melawan kejahatan. Tempat mana pun bisa menjadi rumah, selama kita berusaha menciptakan kebaikan di dalamnya."

Warga tersebut mengangguk mengerti, terinspirasi oleh sikap rendah hati Kakek Zaki. Meskipun tidak menyampaikan kebenaran penuh tentang masa lalunya, kisah hidup Kakek Zaki terus menyentuh hati dan memberikan inspirasi di kalangan warga kota kecil mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status