Novel ini berkisah tentang dendam di masa lalu. Ketika dendam sudah tertanam didalam jiwa. Ketika dendam sudah menyatu dan mengalir dengan darah. Ketika dendam sudah menjadi bayang-bayang dalam pandangannya. Ketika itu pula, sebuah pembalasan menjadi cita-cita dalam hidupnya. Bagaimana perasaan seorang istri jika melihat suami yang dicintai meninggal disaat malam pertama mereka? Malam yang harusnya menjadi malam paling bahagia, malah menjadi malam penuh kesedihan. Itulah yang dialami oleh Miranti. Anak tunggal seorang juragan tanah yang kaya raya. Kamu merasa cinta novel yang menegangkan ini? Buruan baca dan subscribe novel ini sekarang juga!!! Insha Allah ceritanya tidak pasaran.
View More1983
Hari itu adalah hari yang sangat istimewa bagi Miranti. Perempuan cantik yang bekerja sebagai penyanyi di cafe Asmara. Sebuah cafe mewah yang terletak di Kota Surabaya.
Pasalnya, pada hari itu Miranti melangsungkan pernikahannya dengan seorang pengusaha sukses. Setelah berpacaran selama satu tahun, akhirnya mereka telah sah menjadi pasangan suami istri.
Setelah melakukan ijab kabul, resepsi pernikahan yang mewah berlangsung meriah. Terlihat sepasang mempelai duduk diatas kursi pelaminan. Senyum terpancar tiada henti hentinya dari keduanya. Miranti terlihat sangat cantik dengan riasan diwajahnya. Berbagai aksesoris melengkapi riasan ditubuhnya, seperti: paes, cunduk menthul yang berjumlah 7 buah, gunungan, centhung, konde, anting, kembang melati, dan anting. Sedangkan untuk pakaiannya, mempelai wanita memakai pakaian berwarna hitam dengan sulaman benang emas. Dan kain jarik bermotif batik dibagian bawah.
Mempelai pria yang baru saja resmi menjadi suami Miranti, terlihat sangat tampan dan gagah dengan memakai pakaian berwarna hitam dan kain jarik bermotif batik dibagian bawah, seperti yang digunakan oleh Miranti. Diatas kepalanya terdapat sebuah hiasan kepala yang bernama udheng. Sedangkan dipunggungnya terdapat sebuah keris.
Ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam, kedua mempelai beranjak dari duduknya. Mereka berjalan menuju kamar tidur pengantin. Saat itu juga, pertunjukan tarian gandrung dari Banyuwangi selesai, yang merupakan kota asal mempelai pria. Namun pesta pernikahan belum usai. Kesenian tradisional wayang kulit baru saja dimulai. Ratusan warga berkumpul dan duduk rapi diatas tikar yang dibentangkan diatas rerumputan.
Didalam kamar tidur Miranti yang seluruh dindingnya telah dihiasi dengan kain berwarna ungu, kedua mempelai yang telah berganti pakaian duduk diatas ranjang berbalut seprei berwarna ungu.
"Sayang, sekarang Aku merasa sangat bahagia! Hari inilah hari paling bahagia selama hidupku! Setelah Kita berpacaran selama setahun, akhirnya Kita telah menjadi sepasang suami istri!" Ucap suami Miranti.
"Aku juga sangat bahagia Mas Bondan! Bisa menjadi istrimu!" Balas Mira tersenyum.
"Kemarin Aku rasanya masih belum tenang, sewaktu Kita masih pacaran!" Ucap suami Mira yang bernama Bondan.
"Kenapa bisa begitu Mas?" Tanya Miranti.
"Itu karena Kamu kembang desa yang menebar bau harum diberbagai belahan di kota pahlawan ini, Mira sayangku! Karena wajahmu yang sangat ayu, Aku takut dan khawatir Kamu berpaling dariku!" Ucap Bondan.
"Tapi semua ketakutan dan kekhawatiranmu tidak terbukti, Mas! Aku tetap setia dengan dirimu! Aku tulus mencintaimu, Mas! Walaupun sudah tidak terhitung lagi, laki-laki yang menyatakan cintanya kepadaku, tapi tetap Aku tidak berpaling dari dirimu, Mas Bondan!" Balas Miranti.
"Terima kasih atas kesetiaanmu kepadaku, Miranti!" Ucap Bondan.
"Sama-sama Mas. Aku juga berterima kasih kepadamu yang telah setia kepadaku, Mas! Dengan wajahmu yang tampan dan hartamu yang banyak, Kamu bisa saja memiliki istri yang lebih cantik dariku. Tapi Kamu tetap memilih Aku sebagai Istrimu." Balas Miranti.
"Itu karena cintaku padamu tulus dari hatiku yang paling dalam, sayang! Dan Tuhan Yang Maha Kuasa telah menakdirkan Kita berdua menjadi suami istri! Untuk mengarungi kehidupan ini sampai maut memisahkan Kita!" Ucap Bondan.
"Iya Mas Bondan suamiku!" Balas Miranti. Bondan pun mencium kening istrinya dengan penuh cinta.
"Sebelum Kita menikmati malam pertama Kita, lebih baik Kita makan dahulu ya sayang! Soalnya Aku belum makan malam!" Ucap Bondan.
"Iya sayang! Aku juga belum makan malam. Sebentar ya Mas, Aku bilang Bi Tinah dahulu!" Balas Mira sambil bangkit berdiri.
"Iya sayang! Aku minumnya kopi hitam ya!" Ucap Bondan.
"Iya Mas." Balasnya. Lalu Mira berjalan menuju pintu kamarnya. Setelah membuka pintu itu, Mira keluar dari dalam kamar menuju dapur.
"Bi, siapkan makan malam buat Aku sama Mas Bondan ya! Minumnya teh hangat sama kopi hitam." Pinta Mira pada pembantu yang bekerja di rumahnya.
"Baik Mba!" Balasnya. Lalu Mira kembali berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Bi Tinah menyiapkan nasi, lauk, sayur dan dua buah cangkir teh hangat dan kopi hitam.
Ketika selesai membuat kopi hitam dan teh hangat, tiba-tiba Bi Tinah ingin buang air kecil. Dia pun bergegas menuju kamar mandi. Saat Bi Tinah berada didalam kamar mandi, tiba-tiba seorang lelaki berkelebat masuk ke dapur. Laki-laki berkacamata itu berdiri didepan meja, dimana kopi hitam dan teh hangat berada.
Tanpa disangka-sangka, laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Benda didalam genggaman tangan kanannya, ternyata adalah sebuah botol berukuran kecil. Didalam botol tersebut terdapat benda berbentuk serbuk berwarna putih. Tanpa membuang waktu lagi, laki-laki itu menuangkan serbuk putih itu kedalam cangkir berisi kopi hitam. Setelah mengaduk kopi hitam itu dengan sendok, laki-laki itu berkelebat pergi meninggalkan area dapur.
Setelah selesai buang air kecil, Bi Tinah keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, Bi Tinah menaruh piring berisi lauk pauk, wakul yang terbuat dari aluminium yang berisi nasi, dan dua buah cangkir teh hangat dan kopi hitam, diatas sebuah nampan berbentuk bulat berukuran besar. Bi Tinah membawa nampan itu menuju kamar tidur Miranti.
Tokkk...tokkk...tokkk...
"Permisi, Mba Mira!" Seru Bi Tinah ketika berdiri didepan pintu.
"Ya Bi, sebentar!" Balas seorang perempuan dari dalam kamar yang bukan lain adalah Miranti. Tidak berapa lama, Mira membukakan pintu kamarnya.
"Maaf Mba sedikit lama menunggu!" Ucap Bi Tinah sambil memberikan nampan yang terbuat dari aluminium itu, kepada Miranti.
"Tidak apa-apa kok Bi." Balas Mira sambil menerima nampan itu.
"Ya sudah, kalau begitu Saya ke dapur dahulu Mba!" Ucap Bi Tinah.
"Terima kasih ya Bi." Balasnya.
"Sama-sama Mba." Ucapnya.
Setelah Bi Tinah pergi, Mira kembali masuk kedalam kamarnya dan menaruh nampan diatas meja. Mira pun mengambil nasi, lauk, sayur dan menaruhnya diatas piring. Lalu memberikannya kepada Bondan, suaminya.
"Terima kasih istriku tercinta!" Puji Bondan sambil menerima piring itu.
"Sama-sama suamiku tersayang!" Balas Mira sambil mengambil nasi, lauk, dan sayur.
Mereka pun makan malam bersama dengan penuh perasaan sangat bahagia. Sesekali Bondan menyuapi istrinya. Lalu bergantian Mira menyuapi suaminya.
Setelah selesai menghabiskan makanan yang berada diatas piringnya, mereka pun meminum minuman yang berada didalam cangkir. Mira meminum secangkir teh hangat. Sedangkan Bondan meminum secangkir kopi hitam.
Setelah selesai makan, mereka berdua duduk diatas sofa yang berada didalam kamar. Dengan penuh cinta, Bondan kembali mencium kening istrinya. Mira pun membalasnya dengan mencium kening suaminya. Ketika mereka hendak berciuman, tiba-tiba Bondan merasa lehernya tercekik.
"Aaggghhh..Mi..Mira tolong!" Seru Bondan sambil memegangi lehernya dengan kedua tangannya.
"Mas!!! Mas Bondan!!! Kamu kenapa Mas???" Teriak Mira sangat ketakutan ketika melihat suaminya kesakitan dibagian lehernya.
Belum sempat Bondan menjawab pertanyaan dari istrinya, tubuhnya dengan keras jatuh diatas lantai ubin.
Bbbuuugggkkkkkkhhhh....!!!
Bondan terkapar diatas lantai ubin dengan kedua matanya melotot. Dari mulutnya keluar busa berwarna putih berjumlah cukup banyak. Melihat keadaan suaminya, seketika Mira langsung berteriak.
"Mas Bondan!!!!" Teriak Mira sambil berkelebat kearah tubuh suaminya yang diam tidak bergerak.
"Mas!!! Mas Bondan!!!" Mira kembali berteriak sambil menggerakkan tubuhnya dengan kedua tangannya. Namun Bondan yang belum lama menjadi suaminya, tetap diam mematung.
Setelah meninggalkan rumah Bu Sartika, Ricky mengendarai mobilnya menuju rumah tahanan yang berada di Kota Surabaya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah memarkirkan mobilnya, Ricky dan Kinan bergegas turun dari mobil. Mereka pun berjalan menuju tempat pendaftaran besuk narapidana. Setelah mendapatkan nomor antrian, mereka berdua duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 45 menit berlalu, akhirnya nomor milik Ricky dipanggil oleh petugas yang berjaga. Ricky dan Kinan pun bangkit berdiri. Lalu mereka menghampiri petugas itu. Setelah menyerahkan nomor yang dipegangnya. Ricky diminta untuk menitipkan KTP miliknya. "Mari Mas, Mba, ikuti Saya!" Ucap seorang petugas. Ia pun berjalan menuju ruang besuk. Sedangkan Ricky dan Kinan mengikuti dibelakangnya. "Silahkan tunggu saja disini. Saudara Jatmiko akan Saya panggil!" Ucapnya ketika sampai di ruang besuk. "Baik Pak." Balas Ricky. Ricky dan Kinan pun duduk d
Pagi itu, setelah selesai sarapan, mandi, dan berpakaian, Ricky dan Kinan terlihat keluar dari dalam rumah. Mereka berjalan menuju jalan raya. Begitu sampai ditepi jalan raya, Ricky menghentikan laju sebuah taksi yang akan lewat didepannya. Ketika taksi itu berhenti, Ricky dan Kinan pun bergegas menaiki taksi tersebut. Setelah mendapat petunjuk dari Ricky, supir taksi itu pun kembali menginjak pedal gas dengan kuat menuju tempat yang ditujunya. Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah membayar kepada supir taksi itu, mereka berdua pun turun dari atas taksi. Mereka berdua berjalan menuju pintu depan sebuah rumah yang masih beralaskan tanah. Tokkk...tokkk...tokkk... "Assalamu'alaikum." Salam Ricky. "Wa'alaikumsalam." Jawab seorang perempuan dari dalam rumah itu. Tidak berapa lama, pintu didepan Ricky terbuka dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang perempuan muda berdiri di balik pintu. "Mas, Mba! Bagaimana k
Ketika Ricky dan Kinan sedang menikmati bulan madu di Pulau Bali, Bu Sartika mulai merasa was-was. Pasalnya, sudah beberapa hari sejak Ricky datang ke rumahnya, Ricky tidak pernah menelepon dirinya lagi. Padahal janjinya sewaktu bertemu dengan Bu Sartika, dua minggu lagi Ricky akan menikahi Bu Sartika. "Kok Ricky tidak pernah menelponku ya? Padahal janjinya ia akan menikahiku minggu besok! Aku harus memastikan kapan Ricky akan datang melamarku!" Ucap Bu Sartika seorang diri. Perempuan itu pun bergegas menuju telepon yang berada di ruang keluarga. Setelah mengangkat gagang teleponnya, ia pun menekan nomor telepon rumah Ricky sesuai yang tertulis didalam buku telepon. Setelah panggilannya tersambung dengan nomor teleponnya Ricky, Bu Sartika menunggu Ricky mengangkat panggilan teleponnya. Ia sangat berharap agar Ricky segera mengangkatnya. Namun kenyataan tidak sesuai dengan keinginannya. Setelah menunggu beberapa saat, Ricky tidak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Sampai
Hari itu adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Kinan dan Ricky. Pasalnya, pada hari itu mereka akan melangsungkan pernikahannya. Namun acara pernikahan mereka digelar secara sederhana. Halaman depan panti asuhan terlihat sudah dipasang tenda biru dan dihiasi dengan janur kuning mengelilingi tenda tersebut. Kursi-kursi juga sudah ditata dengan rapi dan teratur. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 08.51 WIB, terlihat satu persatu para tetangga panti asuhan mulai berdatangan. Bu Khotijah pun menyambut dengan ramah tamah. Berdiri disamping Bu Khotijah dua orang laki-laki. Mereka berdua bukan lain adalah kakak dan adik kandung Bu Sartika. Sebenarnya Bu Sartika mempunyai empat saudara kandung. Namun kedua kakak perempuannya, telah meninggal dunia. Yaitu kakak kandung pertama dan kedua. Begitu berada dibawah tenda biru itu, para tamu tetangga panti asuhan duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 20 menit berlalu, kursi-kursi itu pun sudah dipenuhi oleh para tamu. Tapi Bu K
Malam itu, Ricky terlihat sangat tampan dan gagah dengan memakai pakaian kemeja berwarna biru. Rambutnya yang gondrong diikat dengan karet dibagian belakang. Setelah bercermin didepan lemari yang berada didalam kamarnya, dan merasa penampilannya sudah cukup rapi, Ricky pun bergegas menuju mobilnya yang berada di carport rumahnya. Begitu menaiki mobilnya, ia pun langsung mengendarainya dengan kencang menuju suatu tempat. Didepan sebuah tempat, Ricky menghentikan laju mobilnya. Ricky pun bergegas turun dari mobil dan berjalan menuju bagian depan tempat itu, yang ternyata adalah sebuah toko kue. Ricky pun dengan cepat memilih beberapa macam kue. Setelah merasa cukup banyak, Ia pun langsung menuju ke kasir. Setelah membayar kue-kue yang dibelinya, Ricky kembali menuju mobilnya, dan kembali mengendarainya menuju tempat berikutnya. Setelah sekitar 15 menit didalam perjalanan, akhirnya Ricky sampai didepan tempat yang menjadi tujuannya. Tempat itu sudah tidak asing lagi bagi Ricky. T
Setelah pergi meninggalkan rumah tahanan, Bu Sartika kembali menemui Ricky di panti pijat miliknya. "Siang sayang!" Sapanya. "Siang juga sayang! Hari ini, kayaknya Kamu lagi gembira sekali nih!" Serunya. "Dibilang gembira, memang hari ini Aku lagi gembira. Tapi dibilang sedih, Aku juga masih ada sedih." Balasnya. "Apa yang membuatmu bergembira? Dan apa yang membuatmu bersedih?" Tanyanya. "Yang membuatku bergembira dan bahagia adalah Aku resmi bercerai dengan suamiku. Sedangkan yang membuatku bersedih adalah kini Aku berstatus sebagai seorang janda." Balasnya. "Aku sangat senang sekali mendengar kabar darimu, sayang! Masalah Kamu sekarang jadi seorang janda, jarang terlalu dipikirkan. Aku akan segera menikahimu, sayang!" Ucapnya. "Kapan sayang?" Tanyanya. "Dua minggu lagi. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya. "Aku sangat setuju sekali, sayang! Lebih cepat lebih baik. Aku sudah tidak tahan kalau berjauhan darimu, sayang!" Balasnya. "Iya, Aku juga setiap hari selalu terb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments